Bab 4-Kewarasan

03.00.

Amora terbangun pada pukul 03.00 dini hari, ia terbangun tanpa alasan. Amora sudah mencoba untuk tidur kembali, namun rasanya sangat sulit. Berkali-kali ia mencoba memejamkan matanya, tapi isi kepalanya yang berisik memaksanya untuk tetap terjaga.

Amora pun menghela nafas pelan, dadanya mulai kembali terasa sesak. Dengan perlahan ia membuka laci disisi ranjang yang terdapat obat-obatan lambungnya, ia lantas mengambil obat lambungnya yang berbentuk suspensi.

Glek!

Amora pun meminumnya. Tanpa menelan air putih, ia sudah terbiasa meminum obat tanpa air putih. Baik itu obat padat seperti kapsul, tablet, maupun cair (suspensi). Tak peduli obat-obatan yang ia minum itu bisa menyumbat saluran esofagus-nya.

Hanya saja, untuk saat ini karena efek baru bangun tidur Amora merasa lidahnya terasa kelat dan terbelenggu dengan rasa kalut. Jadi ia lantas memutuskan pergi kebawah untuk mengambil segelas air minum.

Setelah selesai meminum air, ia melihat salah satu Cyborg membawa banyak botol minuman-

Astaga!

Itu adalah minuman ker*s!

Pergelangan kaki Amora membawa Amora menuju pekerja tersebut, sekelebat rasa penasaran yang menghantuinya. "Who is it for?"

Terjemahan : "Untuk siapa ini?"

"Being processed. Programmed questions.

Success" Ucap Cyborg tersebut menanggapi Amora.

Terjemahan : "Sedang diproses. Pertanyaan terprogram. Sukses."

"For Mrs. Emelyn Zyavanca." Jawab Cyborg tersebut membuat Amora membelalakkan matanya. Ia tidak mungkin mengira Cyborg tersebut berbohong kepadanya. Bagaimanapun, dia hanyalah sebuah mesin biasa yang hanya dapat menerima perintah.

Terjemahan : "Untuk Nyonya Emelyn Zyavanca."

"Rea-"

Bruk!

"Pergilah kamu dari sini, aku sudah tidak sudi melihatmu tidur diranjangku!"

Terdengar suara berat yang memekikkan telinga Amora, rasa penasarannya semakin membuat dirinya mendekat dengan sumber suara.

"Mama!" Amora kemudian menghampiri Emelyn dan mengangkat tubuhnya yang terjatuh.

"Ssshhh.. bau alkoh*l." Gumam Amora dalam hati setelah tercium bau alk*hol yang menyengat dari badan ibunya tersebut.

"Aku juga gak sudi-hik! Tidur disampingmu. Kamu yang-hik! Harusnya pergi.." celetuk Emelyn dengan cegukan beberapa kali diiringi kesadaran yang tersisa sedikit.

Bruk!

Amora menggeram tertahan ketika Nellan, papanya, melemparkan semua baju-baju Emelyn dengan kasar dan mengenai wajah Amora.

"Papa!" Pekik Amora kemudian, papanya benar-benar keterlaluan!

"Urusin mama kamu aja sana! Dasar orangtua gak berguna." Ujar Nellan kemudian masuk kembali ke kamarnya dan membanting pintu.

Blam!

Amora menghela nafas. Ibunya tertidur dalam rangkulannya, ia pun berusaha membawa ibunya kedalam kamar tamu.

"Kamu dasar anak gak berguna-hik! Kamu jangan sentuh-sentuh saya! Kamu anak gak berguna yang selalu bikin masalah-hik!" Emelyn menepis tangan Amora yang memegang bahunya.

Kesadaran Emelyn yang menurun membuat Emelyn tidak mampu menopang tubuhnya sendiri, beruntung mereka berada disisi ranjang. Jadi Emelyn terjatuh pada ranjang empuk.

"Karena kamu, aku dan suamiku jadi begini! Dasar-hik! Anak tidak berguna." Ngigau Emelyn kembali kemudian terlelap diranjang yang dirasa nyaman itu.

Amora terdiam, ia tahu betul siapa yang dimaksud Emelyn karena ia adalah anak tunggal. Mendengar tutur kata ibunya yang sedang mabuk membuat hatinya merasa tersayat-sayat.

Kata-katanya yang lebih menyakitkan dibandingkan pukulan dan cambukan keras dari orangtuanya membuat kakinya yang berat pergi dari sana. Biarlah ia meminta Hybrid Android mengurus ibunya.

...----------------...

Sore hari telah tiba, cakrawala membias menjadi kuning. Cahayanya menembus atap yang terbuat dari kaca tersebut. Suasana sekolah Amora sangatlah sepi, hanya tersisa dirinya, dan juga beberapa Cyborg dan Hybrid Android yang masih membersihkan pekarangan sekolah.

Memasuki perpustakaan, netra Amora menilik Cyborg yang sedang membersihkan debu-debu tipis yang menutupi buku-buku disana.

"Excuse me, can i help you?" Tanya Cyborg tersebut kemudian mendekati Amora.

Terjemahan : "Permisi, ada yang bisa saya bantu?"

"I want to borrow books and return books." Jawab Amora lalu menyodorkan buku tebal tersebut kepada Cyborg.

Terjemahan : "Saya ingin meminjam buku dan mengembalikan buku."

"What book do you want to borrow?" Tanya Cyborg itu kembali.

Terjemahan :"Buku apa yang ingin kamu pinjam?"

"Retorika, Aristoteles." Jawab Amora dengan nada tenang, aura ambisius dan kegilaannya terhadap belajar menguar mengelilingi sekeliling. Beruntung, yang dihadapinya saat ini bukanlah manusia.

"All right, please wait." Jawab Cyborg tersebut kemudian pergi mengambil buku tersebut.

Tanpa membutuhkan waktu lama, Cyborg itu datang dan memberikan buku sesuai yang diinginkan Amora. Amora pun pergi setelah mengucapkan terimakasih kepadanya.

Untuk saat ini, Amora ingin menenangkan diri diluar rumah. Ia sangat tidak ingin kembali ke tempat yang sudah seperti neraka.

Langit sudah semakin menggelap, namun tak mampu menghilangkan keinginan Amora untuk pergi ketaman sendirian. Ditemani buku Retorika yang diapit dilengannya.

Ditaman, Amora mencari tempat duduk yang pas untuknya membaca buku. Ia datang dengan secangkir kopi hangat yang asapnya mengepul. Amora pun duduk ditempat duduk dengan ditemani meja kecil didepannya, beserta lampu temaram yang meneranginya.

Taman terlihat begitu sepi, Amora hanya bisa memandang bintang-bintang dilangit yang bergemelapan disana.

Meneguk kopi hangatnya, Amora membuka lembaran pertama dari buku yang dibawanya tersebut.

Setelah hampir setengah jam terus membaca deretan tulisan dari buku tersebut, Amora menutup bukunya lalu meraih kopinya yang tak lagi hangat dan meminumnya.

Ia kembali menatap bintang-bintang yang ada di langit malam. Ada perasaan yang tidak dapat diartikan ketikaa ia menatap bintang-bintang tersebut.

Tess!

Tanpa sadar, Amora menitikkan air mata. Air mata tersebut turun membasahi pipinya. Amora pun menangis tanpa suara sembari menggigiti kukunya, meredam rasa ketakutan akan keluarganya yang menyergap tubuhnya.

"Jangan cerai.. mama, papa.. Pernyataan kalian yang cerai lebih menyakitkan dibandingkan cambukan dan pukulan dari kalian."

Untuk kedua kalinya, Amora menangis diatas kesakitannya terhadap keluarganya. Terakhir Amora menangis itu ketika ia masih berumur 5 tahun dipukuli Emelyn karena tidak bisa membaca.

Amora menyeka air matanya di pelupuk matanya, "gue gak boleh lemah! Alay banget lu Mor, haha. Gitu doang nangis, dikira dengan nangis semuanyaa bakalan berubah? Enggak, kali!" Gumam Amora lalu terkekeh pelan.

Seseorang menyodorkan sapu tangan kepada Amora.

"Nangis emang gak bakalan ngerubah takdir. Tapi seenggaknya ngerubah perasaan lo. Ambil." Ujar laki-laki, seseorang yang menyodorkan sapu tangan.

Amora mengambil sapu tangan itu dan kembali menumpahkan air matanya. Kali ini ia terisak, ia benar-benar sangat lelah. Sedangkan laki-laki itu hanya terdiam dan menatap perempuan itu seraya menggeleng pelan.

"Pasti lo sedih banget karena keluarga lo hancur, maaf. Maaf karena seseorang yang juga hancurin keluarga kalian bukan cuma tentang lo, tapi juga karena ibu gue. Dan maaf karena gue gak bisa cegah apa-apa."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!