Bab 1-Orang Kaya Tak Beruntung

Amora dengan rasa malas dan mata yang sayu, datang dan berjalan disepanjang ujung sekolah menuju kelasnya, XI MIPAIR 2 (Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Robotika).

Bruk!

Suasana didalam kelas mendadak menjadi ricuh, namun kemudian berubah menjadi hening ketika tau bahwa pelaku sang penendang pintu tak bersalah itu adalah Amora.

"Kenapa, Amora? Keliatannya kamu kok lemes gitu?" Tanya seorang perempuan dengan rambut berponi dan dikuncir itu menghampiri Amora. Itu adalah teman Amora, Rummie Seravina, itulah namanya.

Amora langsung duduk dibangkunya dan menelungkupkan wajahnya di meja dengan kedua lengannya yang rapuh, menyembunyikan kantung matanya yang menghitam.

Amora merasa kepalanya sangat pusing, ia merasa pandangannya berputar-putar bersamaan dengan 'mood'-nya yang berantakan.

Seorang perempuan lain dengan rambut sebahu berjalan ke arah Amora, kemudian menarik rambut Amora ke atas membuat kepala Amora yang menunduk mau tak mau terangkat.

"Lo kenapa?" Tanya nya.

Amora hanya diam tak menjawab pertanyaan tersebut. Ia tak kuasa mengeluarkan suara, saking lemasnya badannya bahkan kini tubuhnya tak mampu menopang kelopak matanya yang akan terpejam.

"Jesslyn! Jangan digituin, Amora lagi lemes!" seru Rummie menyahut dari belakang memperingati sosok perempuan yang tak berubah, dan masih terpaku pada posisinya.

Jesslyn Abrelian, itulah namanya. Perempuan yang memiliki rambut sebahu itu memiliki banyak kesamaan dengan Amora terutama sifat mereka berdua. Mereka sangatlah mirip, sampai-sampai seluruh anak-anak di sekolah ini menganggap mereka adik kakak.

Jesslyn mendengus, ia pun berujar dengan nada kesal, "biarin! Ini anak udah dibilangin jangan maksain belajar, sekarang sakit kan? Tanggung sendiri sakitnya!"

Mendengar itu Amora langsung menegakkan badannya, lalu menghela nafasnya yang berat dan kemudian terasa sesak. Udara disekitarnya rasanya seperti menipis. Amora pun mengeluarkan obat lambungnya dalam bentuk suspensi dan meminumnya.

"Kamu jangan begadang tengah malem lagi, Amora. Tidur yang cukup, kamu punya maag. Maag kamu makin parah nantinya," ucap Rummie menasehati dengan lembut.

"Harusnya lo bilang ke si tua itu lah!" Desis Amora dengan nada sinis.

"Terus gimana sekarang? Lo berhasil? Dapet nilai berapa?" Tanya Jesslyn dengan beruntun, kemudian duduk dimeja yang tadi dipakai menelungkupkan wajah Amora tadi.

"Gak. Gue gagal, gue cuman dapet nilai 95 doang," jawab Amora dengan sorot mata yang semakin sayu. Bahunya merosot, membahas kenyataan ini membuat ia semakin lemas.

"Gagal apa nya si, Mor? Lo gagal darimana, coba? 95 lo kata gagal? Terus gimana sama gue yang nilainya cuman 69 doang, Mor? Gak ada harapan sama sekali, gitu?" Sahut anak laki-laki berambut kumal duduk disebrang yang mendengar pembicaraan Amora dengan Jesslyn dan Rummie.

Mendengar itu, semua murid mendadak berteriak dan bersorak menyalahkan Amora. "Wuuuu!! Dikasih nilai bagus bukannya bersyukur, malah ngeluh!"

Jesslyn yang mendengar itu lantas turun dari meja dan menatap tajam anak-anak yang menyoraki Amora. Namun sayangnya, suasana kian bertambah ricuh. Sedangkan Amora yang tak tahan dengan suasana keributan yang mengganggu telinga dan pikirannya langsung menegakkan kakinya, dan kemudian-

Bruk!

-menendang meja didepannya.

Perilaku Amora yang kini berubah menjadi sekasar ini, yang juga menandakan bahwa Amora benar benar marah itu sanggup membungkam mulut-mulut yang sejak tadi mengeluarkan kata-kata layaknya api yang membakar sumbu dalam bom api.

"KALIAN ITU GAK TAU APA YANG GUE RASAIN! KALIAN ITU GAK TAU RASANYA DITUNTUT! JADI LEBIH BAIK KALIAN DIEM KALAU KALIAN GAK TAU APA-APA!" Teriakan Amora memantul diantara dinding-dinding yang kokoh membuat suaranya menggelegar.

Rummie pun mendekati Amora dan mengusap bahu Amora dengan pelan, bermaksud menenangkan temannya yang marah ini. Shhhh! Amora memejamkan matanya menahan bibirnya untuk merintih, bahunya terluka sebab terkena pukulan orangtuanya atas nilai ulangan hariannya kemarin yang hanya mendapatkan nilai 92.

Amora kemudian cepat-cepat menepis tangan Rummie dengan kasar, Jesslyn yang melihat itu kemudian terkejut. "Amora kok jadi sekasar ini?" Tanya Jesslyn dalam hati lalu pandangannya jatuh pada Rummie yang menunduk sedih karena mendapatkan balasan kasar dari Amora.

Sejauh Jesslyn mengenal Amora, Amora tidak pernah kasar pada teman-temannya. Retina Jesslyn mengarah pada baju putih milik Amora yang mendadak berubah warna. Kemudian matanya melebar, dan mulutnya memekik tertahan.

Darah dari luka Amora merembes dan membasahi baju putihnya, "Amora! Darah!" Seru Rummie pada Amora yang menahan perih.

Jesslyn dengan tergesa-gesa menghampiri Amora dan menarik lengan kiri Amora yang tak terluka, "ayo ke UKS! Cepetan!" Tegas Jesslyn.

****************

Di UKS, Amora sesekali mengerang tertahan saat bahunya yang terluka itu diobati. Rummie hanya dengan sabar dan lembut mengobati luka Amora.

Jesslyn diam diam mengepalkan tangannya sampai kuku-kuku jarinya memutih. "Orangtua itu.." tutur Jesslyn menggeram rendah.

Ingin sekali rasanya Jesslyn menyeret kedua orangtuanya Amora itu ke pengadilan atas tuntutan penganiayaan. Namun sayang, keluarga Amora adalah seorang professor dan ilmuwan tersohor dan keduanya tak lepas dari kawalan pihak keamanan yang memegang hukum.

Ting Tong!

Suara bel berbunyi menggema disudut koridor sekolah, terutama setiap dinding-dinding yang terbuat dari besi itu menampilkan hologram 2D yang berisi informasi peringatan dan mata pelajaran disetiap kelas, baik yang kelas umum (MIPAIR, MIPS, Bahasa) ataupun kelas khusus (Seni, Kedokteran, Kepolisian, Ahli AI, Astronomi).

Beginilah sistem pendidikan dimasa depan, setiap sekolah membangun kelas umum dan kelas khusus pada tingkatan sekolah menengah atas. Kelas umum diadakan untuk jurusan umum yang sesuai minat, sedangkan kelas khusus dikhususkan untuk jurusan-jurusan yang sesuai dengan bakat masing-masing siswa/i.

Amora langsung turun dari brankar UKS tersebut, hendak pergi secepatnya dari sana untuk masuk ke kelasnya sebelum ia terlambat dan dikurangi nilainya oleh *cyborg yang menjadi pemandu pembelajaran.

"Mau kemana lo?" Tanya Jesslyn dengan nada tajam menatap Amora.

"Gue mau pergi ke kelas! Lo lupa sekarang yang ngajar itu cyborg *Laoshi?" tutur Amora dengan raut wajah panik. Namun, hal itu tidak dapat menutupi air muka Amora yang semakin memucat.

"Yaa kasarin balik, lah! Bukan manusia ini, dituntut yaa tinggal lawan! Cuman kaleng kok ngelunjak," ujar Jesslyn dengan rasa kesal yang menggebu.

"Jess... Gue takut.. Lo tau kan bapak gue.." lirih Amora kemudian.

"Jess..mau kita lawan dan tuntut atau izinin ketidakhadirannya Amora pun.. Kamu tau kan kekuasaan professor Nellan atau papanya Amora, bisa megang informasi apapun dari cyborg?" sahut Rummie yang sejak tadi tidak bersuara.

"Professor Nellan punya banyak koneksi dari kekuasaannya, dia punya banyak telinga dimana-mana atas anaknya." lanjut Rummie menatap Jesslyn yang kini terpaku dengan tatapan tak bisa diartikan.

"Mereka yang iri sama gue gak bakalan pernah tau rasanya jadi gue. 'Orang kaya beruntung' lah, 'anak keturunan ilmuwan hebat' lah, halah! Omong kosong semua! Ujung-ujungnya gue cuman dituntut dan dipaksa jadi mereka!" Erang Amora kemudian mendengus keras.

Ia sungguh merasa letih oleh tuntutan ini. Ia hanya ingin kebebasan, tak peduli hidup dilingkungan penuh nestapa sekalipun.

...----------------...

Cakrawala semakin mengkuning, cahaya sang mentari memaksa untuk menembus atap berlapiskan kaca. Amora mengapit buku Metafisika karya Aristoteles yang sangat tebal dilengannya. Buku itu memiliki 312 halaman, dengan isi teori demi teori sang bapak Filsafat, Aristoteles.

Buku itu memiliki khas aroma Sandalwood yang menyengat ketika Amora membuka lembaran demi lembaran. Mood Amora menjadi kian meninggi, hatinya menghangat meskipun sedikit.

Ia pun menaiki mobil mewah dengan fasilitas teknologi Artificial Intelligent yang melimpah ruah. Amora dijemput oleh *Hybrid Android milik ayahandanya. Sungguh benar-benar sebuah keberuntungan bagi Amora yang terlahir dengan butiran emas berkelap-kelip dimatanya.

Hanya saja sebuah kenyataan bahwa ia terlahir untuk sebuah tuntutan sungguh menghancurkan keberuntungannya.

Tak terasa sudah sampai dirumah besarnya yang megah, Amora membuka pintu mobil tersebut lalu masuk kerumahnya. Pintu mobil tersebut memiliki fitur yang dapat menutup sendiri, jadi Amora atau Hybrid Android tidak perlu bersusah-payah menutupnya.

Baru membuka pintu yang besar itu, Amora disambut dengan sosok pria berbadan tegap memegang cambuk ditangan kanannya.

Amora menghela nafas dengan pasrah, ia harap ia bisa merasakan sekali saja disambut dengan makanan, ataupun pelukan dari orangtuanya. Bukan dengan hukuman yang dapat menyiksa tubuhnya lagi.

"Dapet nilai 92 udah berani telat masuk kelas, hm?" suara berat yang terdengar menggeram tertahan itu terlihat begitu mengerikan.

Ctasss!

Amora merintih pelan, ingin rasanya mengerang sekeras-kerasnya, namun semuanya tak akan mengubah apapun. Erangannya takkan pernah menarik belas kasih dari ayahnya, Nellan Michya.

"Kamu tuh bisa gak sih mikir? Kalau kamu telat itu seberapa banyak materi yang terlewat? Dasar anak tidak tau diuntung!" bentak Nellan kemudian mengangkat cambuk besarnya lagi.

Ctassss!

Brukk!

Kaki Amora tak mampu menopang tubuhnya lagi, ia sungguh lemas dan tak mampu lagi melihat apapun, pandangannya sudah gelap dan nafasnya mulai tercekat. Amora berusaha semaksimal mungkin untuk tetap sadar.

Ctasss!

Ctasss!

Ctass!

"Rummie, Jesslyn, sakit.. tolong.." rintih Amora dalam hati di sela-sela cambukkan ayahnya yang semakin keras tanpa mengenal kata ampun.

Terdengar suara sepatu pantofel tinggi yang mulai mendekat. Sesosok wanita dengan pakaian formalnya menarik rambut Amora ke atas sampai kepala Amora terangkat.

Ctasss!

Darah mulai menetes dari hidung Amora. Amora mimisan. Wanita dengan nama Emelyn Zyavanca yang merupakan ibu Amora itu mencengkeram leher Amora.

"Mama dapet informasi kalau ada ulangan di kelas khusus jurusan Ahli Artificial Intelligent. Berapa nilai kamu?" Tanya Emelyn semakin mengeratkan cengkramannya.

"Sem-sembilan puluh lima.." jawab Amora dengan terbata-bata. Ia sudah tidak mampu lagi bersuara, namun Emelyn memaksanya.

Bruk!

Emelyn menghempas Amora dengan kasar kebawah membuat pandangan Amora semakin gelap, kesadarannya menurun drastis.

"Dasar anak tidak tau diuntung!"

Greppp!

Kemudian semuanya pun hening di telinga Amora. Tak dapat lagi Amora mendengar apapun, rasa sakitnya mendadak hilang dan nafasnya pun semakin terasa sesak.

Amora, jatuh pingsan.

...----------------...

Cyborg \= Robot dengan kemampuan yang mumpuni, robot itu biasanya digunakan untuk melayani tuannya. Untuk menjadi guru, cyborg ini perlu dimasukkan materi dalam bentuk printer blue kecil yang disimpan dalam processor kecil.

Cyborg Laoshi \= Laoshi dari bahasa China yang berarti, guru. Itu dikhususkan untuk guru-guru yang mengajar dalam tingkatan atas atau pendalaman materi dari cyborg-cyborg lainnya. Mereka hanya ada ketika ada ujian kompetisi atau ulangan.

Hybrid Android \= Hybrid Android adalah sebongkah mesin dengan komputer kecil yang dimasukkan ke dalam tubuhnya. Terdapat kamera yang memungkinkan pengguna memonitor apa yang dilihat Hybrid dan Hybrid Android dikendalikan oleh sistem jaringan komputer.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!