Neraka

Aku terdiam seketika. Mataku menatap kearah tangannya yang lebar dan sesekali kupandangi wajahnya. Amarahku semakin menjadi-jadi tatapan kebencian bercampur dengan rasa kecewa yang begitu dalam. Aku tak tahu mengapa semua ini terjadi, kesalahan ini berawal dari mana?

Tio menatapku tapi entah kenapa pukulannya semakin menjadi.

"Tatapan apa itu kurang ajar sekali, berani kamu!"

Aku tak menjawab Tio lagi, aku berusaha melawannya dan melindungi diriku. Tapi apalah daya tenagaku kalah dengannya. Aku yang tak pernah olahraga ataupun belajar beladiri karena semua lingkungan hidup yang nyaman tak bisa melawan kembali. Sesekali kulindungi wajahku dengan tangan dan menipis tangannya. Tapi pukulan itu semakin keras.

Tio meninggalkan aku saat dirinya sudah puas memukulku. Aku hanya tersungkur lemah kehabisan tenaga dan juga menahan rasa sakit akibat pukulan-pukulan yang menghantam beberapa bagian tubuhku. Air mataku menetes begitu saja, ia mengalir bersama dengan darah yang menetes dari keningku. Aku tak habis pikir kenapa ini? Saat ini aku hanya bisa menangis dan duduk terdiam menahan rasa sakit. Rasa sakit tubuhku bercampur dengan rasa sakit hatiku karena kecewa. Kecewa terhadap orang yang paling aku percaya, orang yang kucinta sepenuh hati. Dan dalam sekejap terlintas rasa kecewa pada diriku sendiri yang selama ini kuanggap sebagai wanita mandiri ternyata disaat seperti ini tidak dapat melakukan apapun.

Entah aku yang bodoh atau lemah karena tidak bisa melawan dan melindungi diriku sendiri. Bodoh karena mempercayai orang sepertinya.

"Ah jadi itu semua benar." aku bergumam tanpa sadar. Sekelebat ingatan muncul dalam benakku. Dulu saat aku masih bekerja ada beberapa temanku yang mengatakan bahwa Tio tidak sebaik yang aku kira. Temanku mengingatkan tentang dia. Ada beberapa gosip bahwa dia tidak hanya sedang dekat denganku. Karena saat itu kita tidak mengumumkan bahwa kita berpacaran. Aku hanya menganggap itu akibat dari dia yang terlalu ramah pada semua orang. Dan ketepis berita itu dan menganggap tak pernah mendengar nya.

Aku juga teringat ada berita buruk tentang dia yang suka berkelahi dan tidak memperdulikan bahwa dia laki-laki ataupun perempuan.

"Hahahaha." aku tertawa dengan pahit. Bodoh atau memang tolol aku ini. Mengapa aku bisa terlalu percaya padanya. Sambil tetap tersenyum dan nyengir dengan wajah babak belur aku bangkit kembali. Pikiranku benar-benar kacau tapi aku tetap mencoba melangkahkan kakiku kearah kamar tidur.

Aku berjalan dengan tertatih-tatih dan mengambil sekotak obat P3K yang ada di lemari dekat kamar. Buku dengan tangan kiri ku perlahan sambil menahan sakit karena nyaris tangan kananku tak dapat digerakkan. Aku mencoba mengobati lukaku sendiri untuk mengurangi rasa sakit. Aku merebahkan badanku ketempat tidur mencoba untuk tidur agar rasa sakitnya tidak terlalu terasa.

Aku putuskan untuk tidak menghubungi siapapun terlebih dahulu atau pergi kerumah sakit. Sambil menjernihkan pikiranku dan berfikir apa yang sebaiknya aku lakukan besok. Karena bagaimanapun apa yang terjadi saat ini semua juga karena diriku, karena pilihanku sendiri. Aku sudah dewasa itu pikirku sekarang ini.

Perlahan mataku terpejam, rasa sakit mulai teralihkan dengan pikiran-pikiran yang begitu banyak. Apa yang harusnya besok aku lakukan. Berobat kerumah sakit terlebih dahulu tapi apa yang harus kujawab saat ditanya nanti kenapa ada luka-luka ini. Kalau aku jawab jujur semua orang termasuk orang tua ku akan tahu semua ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!