Kosong Dan Hampa

Devan melirik jam yang menggantung di ruangannya. Sudah hampir jam sebelas siang, tapi belum ada tanda-tanda Jesslyn akan datang. Biasanya gadis itu datang membawakannya makan siang, atau hanya sekedar merecokinya saja.

Kosong dan hampa, itulah yang Devan rasakan ketika Gadis itu tidak ada. Dia mencoba menghubungi ke rumah, dan pembantu di sana mengatakan jika Gadis itu pergi bersama temannya.

Dan Entah kenapa Devan merasakan sesuatu yang tidak nyaman dengan perasaannya ketika mendengar Jesslyn pergi dengan laki-laki lain. Jelas-jelas di antara mereka tidak ada hubungan apa-apa.

Dan bukankah seharusnya Devan merasa senang karena Gadis itu tak merecoki hidupnya lagi. Tetapi yang dia rasakan justru sebaliknya, Devan justru merasa ada yang kurang sejak Jesslyn tak lagi mengganggu hari-harinya.

"Akhirnya kau datang juga, kenapa lama sekali?!" celetuk Devan setelah mendengar suara pintu ruangannya dibuka dari luar.

"Maaf, Dokter Zhang," kaget seorang perawat setelah mendengar apa yang baru saja Devan katakan.

Sontak Devan menoleh dan dia menghela napas. Dia pikir yang datang adalah Jesslyn, tapi ternyata bukan."Oh, kau ternyata. Ada apa?" Devan menatap sekilas pada perawat itu, dan kembali fokus pada data-data pasiennya.

"Maaf, Dokter. Apa Anda menunggu seseorang?" bukannya menjawab pertanyaan Devan, perawat itu malah balik bertanya. Namun tak ada jawaban dari dokter tampan tersebut.

Kemudian perawat itu menyerahkan sebuah dokumen yang berisi data-data pasien yang akan menjalani operasi. Sedikitnya ada lima pasien yang harus Devan operasi selama satu Minggu ke depan.

"Dokter, ini adalah data-data para pasien yang Anda minta."

"Letakkan saja di atas meja, dan kau boleh pergi!!" setelah meletakkan dokumen itu di meja kerja Devan, perawat itu pun melenggang keluar.

Devan menghela napas untuk kesekian kalinya. Segera ia menutup matanya sekejap saat perasaan tidak nyaman itu kembali mengganggu pikirannya. Perasaan yang begitu mengganggu di kala bayang-bayang Jesslyn yang tanpa bisa ia cegah muncul di benaknya.

Hembusan napas yang menguap seperti asap keluar ketika kedua bibirnya terbuka. Dokter tampan itu kemudian beranjak dari kursinya dan berjalan menuju dinding kaca yang berada di belakang meja kerjanya. Devan bersandar sambil bersidekap dada.

Devan termangu menatap jalanan yang penuh sesak oleh lautan manusia. Jalanan hampir tak pernah lengang oleh suara derap kaki manusia yang bergerak hilir mudik, suara klakson mobil dan suara bus yang setiap 10 menit sekali berhenti tepat di halte bus juga tak absen meliputi kebisingan kota Seoul setiap harinya.

Ini adalah musim panas, sebagian orang mungkin sedang berjalan-jalan menikmati waktu liburan, bersama keluarga atau bersama kerabat dekat. Seingat Devan pantai-pantai di Korea tak kalah indah dari negara lain, selalu menjadi primadona para penduduk Korea maupun turis asing untuk menghabiskan waktu liburan mereka.

Sejauh ini tak ada yang menarik di matanya, semua terlihat biasa-biasa saja, karena pemandangan seperti itu selalu dia lihat setiap harinya ketika memiliki waktu senggang, baik malam maupun siang hari.

Dan sampai akhirnya Devan melihat seorang gadis yang wajahnya sangat familiar memasuki sebuah pusat perbelanjaan yang letaknya berseberangan dengan rumah sakit tempatnya bekerja. Dan gadis itu tidak sendirian, dia bersama seorang laki-laki.

Melihat mereka berdua yang begitu dekat membuat Devan merasa kesal dan tidak nyaman. "Bisa-bisanya dia bersenang-senang dengan laki-laki lain dan mengabaikan ku?!" ucapnya setengah menggerutu.

Gadis itu tidak lain dan tidak bukan adalah Jesslyn. Sedangkan laki-laki yang bersamanya adalah Peter, teman Jesslyn yang baru datang dari luar negeri.

Sebuah pesan yang masuk ke ponselnya sedikit menyita perhatiannya. Devan mengeluarkan benda tipis berharga fantastis itu dari saku celananya, dan mendapati nomor kakeknya tertera di layar ponselnya yang menyala terang.

"Devan, malam ini jangan pulang terlambat. Jesslyn ingin merayakan ulang tahun temannya. Dan dia ingin supaya kita semua berkumpul untuk makan malam,"

Devan mendecih sebal. Alih-alih membalas pesan singkat itu, dia malah mematikan ponselnya. Daripada dia harus mengikuti acara yang menurutnya tidak penting seperti itu lebih baik lembur di rumah sakit. Karena itu lebih berguna.

.

.

Jam dinding telah menunjuk angka 18.30 malam. Dan persiapan sudah mencapai 90%. Hari ini jesslyn berencana merayakan ulang tahun Peter yang ke 26. Tentu saja dengan ijin Kakek Zhang, karena tanpa ijin darinya Jesslyn juga tidak berani, mengingat jika dirinya di rumah ini hanya menumpang.

Memang tidak ada perayaan besar-besaran, apalagi pesta meriah dengan dihadiri ratusan tamu undangan. Hanya sekedar makan malam bersama keluarga Zhang saja, dan Jesslyn juga sudah meminta Kakek Zhang agar menghubungi Devan supaya hari ini dia pulang lebih awal. Tetapi sampai sekarang dia masih belum pulang.

Jesslyn menghampiri Kakek Zhang untuk menanyakan Devan. "Kakek, apa kau sudah menghubungi, Devan? Kenapa sampai sekarang dia belum pulang?"

"Kakek, sendiri tidak tahu. Kakek, tadi sudah mengirim pesan singkat padanya dan memintanya untuk pulang lebih awal. Sudah Dibaca tapi tidak dibalas, dan ketika kakek mencoba menghubungi nomor telfonnya. Tapi ponselnya malah tidak aktif," jelas Kakek Zhang.

Jesslyn menghela nafas panjang. "Dia benar-benar menyebalkan!! Kalau begitu biar aku saja yang menghubunginya sendiri. Kakek, berikan nomor ponselnya padaku," pinta Jesslyn. Jesslyn memang tidak memiliki nomor ponsel Devan.

Kemudian Kakek Zhang memberikan nomor ponsel Devan pada Jesslyn."Bagaimana? Apa bisa dihubungi?" Jesslyn menggeleng. "Tuh, kan. Kakek, bilang juga apa. Ponselnya tidak bisa dihubungi, sepertinya dia sengaja mematikannya."

"Ya, sudah. Tidak apa-apa. Kita masih bisa merayakan ulang tahun Peter tanpa dia." Jesslyn menghela nafas kecewa. Dia sudah menduganya jika Devan tidak mungkin datang.

.

.

"Kau tidak pulang?"

Devan menoleh setelah mendengar teguran seseorang dari arah belakang. Terlihat Sean berjalan menghampirinya. Sean membawa dua cup kopi yang salah satu dia berikan pada Devan.

"Aku ambil lembur malam ini," Devan mengambil kopi itu dari tangan Sean lalu menyeruputnya sedikit.

"Tapi tidak ada jadwal mu lembur malam ini, apa kau tidak selah setelah melakukan dua operasi besar hari ini?"

"Hn,"

Sean mendengus sebal. Dia langsung kehilangan kata-katanya setelah Devan mengeluarkan kata mutiara andalannya. Dan kata 'Hn' seolah menjadi isyarat jika dia tidak ingin bicara lagi. Dan hanya orang-orang tertentu saja yang memahami kata ambigu tersebut.

"Baiklah kalau begitu, terserah kau saja. Aku duluan," Sean menepuk bahu Devan kemudian beranjak dan meninggalkan devan sendiri di ruang kerjanya.

Malam ini memang bukan jadwal Devan untuk lembur. Tetapi dia sengaja mengambil jatah lembur karena malas pulang, apalagi hanya untuk merayakan ulang tahun seseorang yang menurutnya tidak penting sama sekali, terlebih lagi dia adalah orang asing memiliki ikatan sama sekali dengan keluarganya.

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Winsulistyowati

Winsulistyowati

Mungkn dr.Devan Cemburu Ya Thor..😊🤭

2023-05-02

1

Umi Tum

Umi Tum

lanjuut ..

2023-03-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!