Mendengar komentar Edward yang makin membuatnya resah, Kalula langsung kembali menutup handphone-nya dan mematikannya, lalu memasukkannya ke dalam tas.
Bakso favorit yang dulu sering ia makan bersama Edo itu jadi terasa tidak enak. Ia menyingkirkan mangkuk itu dan meletakkan tangannya di pipi.
Kalula melamun dengan sedih. Lalu karena terbawa suasana dan perasaannya sedang tak karuan, Kalula terus curhat soal Edo kepada Edward.
Gayung bersambut. Setiap cerita Kalula soal Edo selalu direspon Edward dengan negatif. Secara tak sadar Edward mulai menghasut, seolah-olah ia menjelek-jelekkan Edo agar Kalula makin mencurigai pacarnya itu selingkuh.
"Aku cuma takut aja sih kalau dia selingkuh lagi," ucap Kalula.
Mereka sedang berjalan-jalan melewati jalanan ramai yang penuh lalu-lalang mobil dan motor itu.
Malam itu cuaca cerah. Gedung-gedung tinggi yang berlampu terang membuat suasana malam menjadi makin indah, tapi tidak indah bagi hati Kalula yang sedang gundah gulana.
"Hah? Edo pernah selingkuh? Ya ampun, Kal. Kok kamu masih mau sama dia?" Edward terus menghasut.
Kalula terdiam. Ia lalu berjalan pelan sambil menunduk. Ia merasa keceplosan dan terlalu banyak bicara. Bagaimanapun ia baru mengenal Edward beberapa minggu. Tapi entah kenapa ia bisa seterbuka ini.
Edo pun juga tidak tahu kalau ia sedang dekat dengan Edward. Ya mereka berteman biasa saja, sih. Tapi biasanya Kalula selalu bercerita soal hal apapun dengan Edo.
Hanya saja akhir-akhir ini mereka sering banyak bertengkar dan rupanya Edo juga mulai kesal karena terus dicurigai. Maka komunikasi mereka jadi terhambat.
"Dia minta maaf. Katanya nyesel. Mungkin aku juga kali yang kurang perhatian sama dia. Waktu itu ayahku lagi sakit. Aku bolak-balik ke rumah sakit berbulan-bulan sampai nggak punya waktu lagi selain sekolah sama urusin keluarga.
Waktu itu Edo lagi sakit juga. Kakinya cedera waktu main basket. Dia dirawat beberapa hari di rumah sakit, tapi sisanya dia izin cuti sekolah sebulan untuk pemulihan. Tantenya yang rawat dia. Aku nggak pernah jenguk dia.
Terus waktu itu teman sekolahku juga yang nabrak dia sampai cedera jenguk dia terus. Dia cewek. Cantik pula. Anak cheerleader. Mereka jadi deket dan cewek itu sendiri yang ngaku kalau mereka saling menyukai.
Aku sedih. Aku marah. Lalu aku minta putus. Bertepatan sama momen itu ayahku meninggal. Aku terpukul dan merasa nggak punya siapa-siapa.
Edo memaksa datang ke rumah menemui aku sambil terpincang-pincang kakinya. Sudah hampir pulih cederanya, tapi harusnya dia nggak boleh keluar-keluar rumah sejauh itu. Dia minta maaf. Mohon-mohon terus.
Ya akhirnya aku maafin sampai sekarang kita udah mau 5 tahun. Kita punya mimpi yang sama. Kita punya latar belakang keluarga yang sama. Kita saling melengkapi. Saling ada satu sama lain.
Aku terlalu sayang sama dia. Makanya aku maafin." Kalula terus bicara sambil menatap langit ibu kota yang gelap tanpa bintang ini.
Edward mengangguk-angguk. Ya, Kalula ini tulus dan setia. Ia merasa Edo tak pantas mendapat kesempatan kedua.
Edward jadi kesal. Sosok Edo yang baru ia kenal lewat cerita Kalula dan foto sekilas tadi membuatnya iri.
Edo dicintai perempuan setulus Kalula. Awas saja Edo macam-macam di Tokyo dan membuat Kalula sedih. Ia akan ikutan marah. Andai saja anak itu di sini, akan ia pukuli anak itu.
Edward termasuk tipe cowok dengan temperamen tinggi dan berapi-api. Ia membatin dengan emosional.
"Tapi yang namanya orang selingkuh itu sulit dipercaya lagi, Kal. Kata orang selingkuh itu seperti penyakit yang nggak ada obatnya. Nggak bisa sembuh.
Ya semoga Edo-mu itu nggak macam-macam, lah. Kalau macam-macam lagi, udah minta putus aja. Jangan makan hati dan mengorbankan diri demi cowok tidak tahu diri," sahut Edward.
Kalula kembali galau. Bukannya ditenangkan tapi Edward malah makin mengomporinya. Lama-lama kata-kata itu merasuki pikirannya. Ya memang perkataan Edward ada benarnya juga. Kalula makin kesal sendiri karena makin mencurigai Edo.
Mereka terus berjalan menjelajahi kota. Edward merasa nyaman. Ingin ia gandeng tangan Kalula yang mungil itu tapi ia tidak berani.
Ini adalah hal baru yang menyenangkan untuknya. Kalula yang hidup sederhana memperkenalkannya dengan banyak hal. Termasuk warung bakso yang enak di pinggir jalan itu.
Ternyata berada di luar dan melihat sekeliling begini membuatnya merasa lebih hidup. Selama ini ia hanya duduk di balik jok mobil mewahnya dan melihat dunia luar dari jendela.
"Kalau kamu sendiri gimana? Kamu punya pacar? Atau pernah punya pacar? Pernah nggak mengalami hal serupa kayak aku?" tanya Kalula.
Edward menanggapi pertanyaan Kalula dengan tertawa pelan. Ia menggeleng.
"Aku nggak pernah punya pacar. Belum tertarik. Aku sulit jatuh cinta," ucap Edward.
Padahal perkataan Edward tidak sepenuhnya benar. Ia menutupi sesuatu dari Kalula.
Dia dulu sempat dekat dengan seorang gadis cantik dari keluarga terpandang. Dan yang paling penting gadis itu adalah anak dari teman mamanya.
Jelas sekali kalau mamanya ingin menyetir jalan hidup Edward dengan menjodohkannya dengan gadis yang ia tunjuk. Mamanya ingin jodoh yang selevel status sosialnya.
Waktu itu Edward merasa oke saja. Ia pikir tak apalah menyenangkan mamanya. Toh gadis itu juga baik dan membuatnya jatuh cinta sungguhan. Tetapi seiring hubungan itu berjalan dan Edward sudah mantap untuk menyatakan cintanya, ia malah dibuat kecewa.
Ia tak sengaja mendengar gadis itu bercakap dengan mamanya yang mengunjunginya ke London.
"Udahlah. Edward itu anak baik-baik. Dan yang paling penting bisnis kita yang terancam bangkrut ini bisa selamat kalau kamu jadian sama dia.
Mama akan lebih mudah merayu mamanya Edward biar dia bantuin kita. Kamu lihat sendiri kan resto kita sudah berapa cabang yang tutup tiap bulan? Kita butuh modal untuk membangkitkan bisnis ini kembali. Nanti lama-lama kamu juga suka beneran sama Edward."
Ya, Edward tertipu. Tidak ada ketulusan seperti yang ia harapkan. Gadis itu mendekatinya karena keinginan mamanya. Demi uang. Demi bisnis keluarganya. Bukan karena tulus mencintainya.
Apa bedanya gadis itu dengan gadis lain yang selalu mengincarnya karena kaya?
Di kalangan atas, hal seperti ini memang bukan hal yang asing lagi terjadi. Pernikahan demi bisnis, perjodohan untuk bisnis. Ya, hal-hal yang terasa lumrah saja.
Tapi Edward ia tak mau seperti ini. Ia bukan boneka. Ia marah dengan mamanya dan pulang dari London.
Ia kecewa pada mamanya yang sebenarnya juga tidak tahu apa-apa soal ini. Papanya yang waktu itu sudah sakit-sakitan menyarankannya untuk pindah kuliah saja.
Edward meninggalkan kuliahnya di London dan memulai awal yang baru di Adelaide. Ia tidak ingin lagi kembali bertemu dengan gadis itu. Bagaimanapun London kota yang cukup kecil dan mereka bisa sering bertemu. Apalagi mereka kuliah di tempat yang sama.
"Masak sih tidak pernah jatuh cinta? Tapi kalau ditaksir orang pasti sering, dong. Kamu kan ganteng, tinggi, keren," ucap Kalula.
Senyum Edward terkembang. Kalula memujinya? Hatinya langsung membumbung tinggi.
"Oh, ya? Serius kamu bilang aku ganteng dan keren? Beneran kamu bilang gitu? Thanks, Kal. Kalau Edo buat kamu patah hati, kamu sama aku aja. Aku akan jatuh cinta sama kamu dengan mudah." Edward menatap Kalula dengan mata jenakanya sambil tertawa.
Kalula ikut tertawa juga dengan bercandaan Edward. Tapi sedetik kemudian wajahnya berubah murung.
"Edward, jangan bilang begitu. Gimana kalau Edo sungguhan ninggalin aku? Dia baru akan lulus dan bisa kembali 4 tahun lagi." Mata Kalula berkaca-kaca.
Situasi langsung berubah. Kalula mendadak melankolis.
"Cuma bercanda, Kal. Jangan nangis. Sini sini." Dan Edward dengan spontan merentangkan tangannya.
Kalula yang air matanya mulai bercucuran membalas pelukan itu. Di bawah gedung pencakar langit ibukota yang gegap gempita bercahaya, pelukan itu bak adegan romantis dalam film.
Ah, kenapa nyaman? Edward adalah lelaki pertama selain Edo dan papanya yang memeluknya sehangat ini.
Perasaan aneh macam apa ini?
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments