#10

Velvet akhirnya melakukan asistensi atau bimbingan untuk rencana magangnya semestere depan, meskipun ia belum mendapatkan tempat atau perusahaan yang mau menerimanya.

“Vel!” panggil Leslie.

“Les,” Velvet menyapa balik sahabatnya itu. Velvet memang lebih dekat dengan Leslie. Selain karena mereka satu jurusan, mereka juga bekerja di toko kue yang sama.

“Kamu bimbingan?” tanya Leslie.

“Hmm … tapi Mr. Davis tak bisa memberikan jalan keluar juga untukku. Ia bilang bahwa tak mungkin kalau aku tak bisa mendapatkan tempat magang. Mahasiswa yang lain mampu mendapatkannya, mungkin aku saja yang kurang berusaha, begitu katanya,” ungkap Velvet.

“Maafkan aku, Vel. Aku juga tidak bisa membantumu. Aku sudah bertanya pada tempat magangku, bahkan mereka meminta CV-mu. Setelah aku memberikannya, mereka langsung menolak dan mengatakan tak ada tempat. Memang sungguh aneh,” kata Leslie.

“Tak apa, Les. Aku akan mencoba berbicara pada Allan. Siapa tahu ia biaa membantuku agar aku bisa bekerja di perusahaan Daddy-nya,” kata Velvet.

“Aku harap kamu akan berhasil, Vel.”

“Terima kasih, Les.”

“Kamu akan langsung ke toko?” tanya Leslie.

“Rencananya begitu,” jawab Velvet.

Namun, baru saja memberi jawaban, Velvet melihat Lyora yang berjalan terburu-buru. Ia menautkan kedua alisnya karena melihat wajah Lyora yang terlihat sangat bahagia.

“Ada apa, Vel?” tanya Leslie.

“Lyora,” jawab Velvet.

Mereka berdua akhirnya mengikuti langkah Lyora. Ntah mengapa Velvet ingin mengikutinya. Biasanya ia tak terlalu peduli, tapi sejak tadi pagi Allan tak menjemputnya dan mengetahui bahwa Allan tak kembali ke rumahnya, membuat Velvet merasa ada yang janggal.

“Ada apa sebenarnya, Vel?” tanya Leslie yang mengikuti langkah Velvet, meskipun ia tak tahu apa yang ingin dilakukan oleh Velvet.

Tak menjawab pertanyaan Leslie, Velvet terus melangkahkan kakinya. Langkahnya terhenti saat melihat Lyora masuk ke dalam sebuah mobil yang Velvet ketahui adalah mobil milik Allan.

“Vel,” panggil Leslie.

“Les, kamu bawa motor kan?” tanya Velvet.

“Ya.”

“Temani aku. Bisakah kamu menyusul mobil Allan?” tanya Velvet.

“Tentu saja. Ayo!” Untung saja motor Leslie diparkir tak jauh dari sana. Mereka segera naik dan mengikuti ke mana arah mobil Allan, meskipun tadi sempat tertinggal.

Nafas Velvet tercekat saat melihat mobil Allan memasuki halaman sebuah hotel berbintang. Ia meminta Leslie untuk berhenti di depan saja.

“Kamu yakin, Vel?” tanya Leslie.

“Hmm … pergilah bekerja. Bisakah kamu memintakan izin untukku? Mungkin aku tak akan masuk hari ini,” pinta Velvet.

“Baiklah. Hubungi aku jika kamu memerlukan bantuanku, okay?”

“Okay. Thank you.”

Velvet langsung masuk ke dalam sementara Leslie kembali melajukan sepeda motornya menuju toko kue tempatnya bekerja.

Dengan langkah ragu, Velvet terus mengikuti Allan dan Lyora. Keduanya menuju resepsionis. Mereka terlihat begitu dekat, bahkan begitu mesra, karena tangan Allan senantiasa berada di pinggang Lyora.

“Untuk apa lagi kita ke sini?” tanya Lyora.

“Tentu saja untuk melanjutkan yang tadi pagi tertunda,” jawab Allan.

“Bukankah semalam sudah berkali-kali.”

“Hmm … tapi kamu sungguh adalah candu. Aku tak bisa berlama-lama jauh darimu.” Kata Allan.

Meskipun tak terlalu kencang, Velvet bisa mendengar apa yang dikatakan oleh keduanya. Ia bersembunyi di balik pilar tak jauh dari tempat keduanya berdiri.

Allan dan Lyora pun masuk ke dalam lift, sementara Velvet mengikuti keduanya dengan lift yang satu lagi. Ia sempat mendengar di lantai berapa tadi mereka mendapatkan kamar.

Saat Velvet sampai di lantai yang dituju, matanya menangkap sosok Allan yang masuk ke salah satu kamar.

Apa yang akan mereka lakukan? Apa mereka akan melakukan hal itu? Menjijikkan! - batin Velvet.

Velvet menghela nafasnya. Ia melihat sebuah troli petugas ‘room service’ yang biasa membersihkan dan merapikan ruangan. Ia berjalan mendekat dan melihat situasi. Setelah yakin tak ada yang melihat, Velvet mengambil kartu pass yang ada di salah satu kantong pada troli milik petugas ‘room service’. Tadi ia melihat petugas tersebut menyelipkan di salah satu saku tas yang tergantung pada troli tersebut.

Setelah mendapatkan kartu, Velvet berdiri tepat di depan pintu kamar di mana tadi ia melihat Allan masuk. Ia menggenggam kartu tersebut, dengan jantung yang berdetak dengan cepat.

Ingin sekali Velvet langsung masuk ke dalam dan membuktikan apa yang sekarang ada di dalam pikirannya. Ia sangat berharap bahwa apa yang ia pikirkan adalah salah. Namun, rasanya tak akan mungkin terjadi hal lain di sebuah kamar hotel antara seorang pria dan seorang wanita, selain ….

“Arghhh!!” Velvet bergumam kasar.

Sudah 10 menit ia berdiri di depan pintu kamar. Sejak tadi ia mendengar petugas ‘room service’ mulai mencari kartu miliknya.

Velvet akhirnya menggunakan kartu pass tersebut dan masuk ke dalam kamar hotel itu. Dengan perlahan ia membuka, ia bisa mendengar suara dessahan dan errangan yang begitu menjijikkan di telinganya.

Bukan karena ia tabu akan hal itu, tapi membayangkan siapa yang ada di sana dan apa yang dilakukan, ia benar-benar kesal dan geram.

Keduanya tak menyadari bahwa Lyora sudah memasuki kamar. Mungkin bagi mereka yang terdengar hanya suara kenikmatan dari mereka berdua saja.

“Aku mencintaimu,” kata Allan di sela-sela penyatuan mereka.

“Ahhhh …. Aku juga mencintaimu,” balas Lyora.

Plok plok plok …

Velvet menepuk kedua tangannya. Melihat bagaimana kekasihnya dan sahabatnya saling berbagi peluh dan menyatakan rasa cinta, tentu membuatnya sangat sakit hati. Namun, ia tak ingin terlihat lemah di hadapan keduanya.

“Sampai kapan kalian akan menyimpan pengkhianatan ini dariku?” tanya Velvet.

Keduanya langsung berhenti dan wajah mereka berubah, seperti seorang pencuri yang tertangkap basah. Keduanya juga menyelimuti tubuh mereka yang benar-benar polos tanpa sehelai benang pun.

“Keluarlah, aku belum selesai. Kita bicarakan ini nanti,” kata Allan yang kini menatap Velvet tanpa rasa bersalah sama sekali.

“Baiklah, setidaknya aku tahu, seperti apa kalian berdua sebenarnya,” ungkap Velvet. Ia memutar tubuhnya dan keluar dari kamar hotel.

Dengan memegang kartu pass, ia berjalan mendekati petugas ‘room service’, “Maaf, tadi saya menemukan kartu ini di sana.”

Velvet tak ingin ketahuan mencuri kartu tersebut. Sudah cukup hari ini menjadi hari yang buruk baginya. Ia tak ingin menangis, namun rasa sakit di dalam hatinya benar-benar menggoreskan luka yang cukup dalam.

Ia menghela nafasnya kemudian melangkah ke arah lift. Ia langsung pergi dari hotel tersebut menggunakan transportasi umum. Meski ia sedang terluka, tapi bukan berarti ia akan lalai pada pekerjaannya.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

akhirnya perselingkuhan Allan dan Lyora terungkap

2024-02-27

3

Soraya

Soraya

knpa kmu gk rekam perbuatan mrka vel

2023-12-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!