Vano tiba disekolah bersamaan dengan keluar nya para siswa untuk menyaksikan pertandingan persahabatan dengan sekolah lain.
Vano memarkirkan mobilnya disisi pagar sekolah,karena gerbang sedang penuh dengan iring-iringan mobil maupun motor para siswa yang akan meninggalkan sekolah maka Vano memilih berjalan kaki menghampiri post Satpam.
"Siang Pak Vano."sapa pak satpam sopan saat menyadari kehadiran Vano.
"Siang Pak,ini mereka semua mau kemana Pak?"
"Oh,mereka akan menghadiri acara pertandingan persahabatan dengan sekolah lain Pak."
"Semua?"
"Tidak hanya siswa kelas X dan XI,ada yang bisa saya bantu Pak Vano?"
"Tidak kebetulan saya hanya lewat saja kemudian mampir kesini."jawab Vano."Saya permisi Pak."pamit Vano.
"Oh iya baik Pak."
Vano tahu Raya siswa kelas XI,sudah pasti Raya bersama rombongan siswa yang keluar tadi.Dan sudah pasti juga Raya bareng siswa badung itu.Memikirkan hal itu membuat Vano kesal.
Setelah gagal untuk bertemu Raya Vano lalu kembali ke kantor.Akan lebih baik ia menyibukkan diri dengan bekerja,dan mencari cara lagi nanti untuk meminta maaf kepada Raya.
Tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 3 sore.Vano berniat meminta izin pada sang daddy agar ia bisa pulang cepat dan ingin segera menemui Raya.
"Halo dad,Kepala Vano sedikit pusing,apa boleh Vano izin pulang cepat?"pinta Vano pada sang daddy melalui sambungan telepon.
"Tentu saja Van,pulanglah dan beristirahatlah."
"Terimakasih Dad."
"Iya kamu hati-hati."
"Iya Dad."
Setelah mengakhiri panggilan telepon nya,Vano segera meninggalkan kantor,Vano tidak ingin membuang waktu.Sebelum kedua orang tua nya tiba dirumah Vano ingin menyelesaikan urusan nya dengan Raya.
.
.
.
Mendengar suara Raya yang berada diruang bermain bersama Vania membuat Vano bersemangat.Senyum nya merekah,setidaknya usaha Vano tidak sia-sia setelah meninggal pekerjaan yang menumpuk ia dapat menemui Raya.
Didalam ruang bermain tidak hanya ada Vania dan Raya tapi juga ada mbak Ana.
"Selamat sore Tuan."sapa mbak Ana sopan.
"Hmm...sore."
Sedang Raya yang mengetahui kedatangan Vano hanya menoleh dan tersenyum lalu ia kembali menemani Vania bermain.
"Papa."sapa Vania.
"Iya sayang."
"mbak tolong buat kan saya orange jus,saya haus sekali."titah Vano pada mbak Ana.
Percaya lah itu hanya alasan Vano agar ia punya kesempatan berbicara dengan Raya.
"Baik Tuan."
Mbak Ana lalu keluar dari ruangan tersebut,ia mengumpat dibalik pintu.Kenapa Vano tidak menyuruh Raya saja kenapa harus dia.
Setelah kepergian mbak Ana Vano segera mengunci pintu dan segera duduk didekat Raya dan Vania.
Vania lalu bergelayut pada leher sang papa dan mencium pipi nya.
"Ayo Nia main lagi Papa temani disini."
"Nia mau naik itu."menunjuk salah satu wahana yang tersedia ditempat bermain nya.
"Oke,hati-hati ya."
Melihat Vania berlari Raya dengan sigap akan mengikuti nya.Namun dengan segera Vano mencekal pergelangan tangan nya."Disini saja,kita perhatikan dari sini."pinta Vano.
Tidak ingin berdebat Raya memilih menurut.Raya lalu duduk kembali ditempat semula Vano mendekati nya hingga tidak ada jarak antar ia dan Raya.Vano tidak ingin pembicaraan nya dengan Raya di dengar oleh Vania.Ia memilih berbisik ditelinga Raya.
"Saya minta maaf."Vano berbisik lirih ditelinga Raya hingga membuat Raya tidak nyaman.
"Untuk apa minta maaf,Tuan tidak salah."jawab Raya tidak kalah pelan.
"Kamu harus tau,saya lakuin itu untuk melindungi kamu.Yang kemaren datang itu mertua saya."ucap Vano.
"Jika mereka tahu tentang hubungan kita,saya takut mereka akan menyakiti kamu."
"Memang nya kita punya hubungan apa,seperti yang Tuan katakan,saya hanya seorang pembantu dan Tuan adalah majikan saya."ucap Raya penuh penekanan,ia sedang meluapkan kekesalannya namun ia berusaha tetap sopan mengingat siapa diri nya.
"Ray,kamu tentu dapat merasakan bagaimana sikap saya ke kamu."
"Saya ini tidak pandai berkata manis,tapi satu hal yang harus kamu tau ini adalah pertama kali nya saya dekat dengan seorang wanita setelah kepergian istri saya."
Raya menengok kesamping menatap mata Vano berusaha mencari kejujuran disana.Vano tersenyum lalu mengusap pipi Raya.
Bersamaan dengan itu Vania memanggil nya."Papa."
"Sini sayang."Vano melambaikan tangan nya pada Vania.Kemudian Vania pun menghampiri sang papa dan duduk di pangkuan nya.
"Hmm...Nia mau punya mama baru nggak?."Raya yang mendengar nya langsung melotot dan mencubit pinggang Vano.
"Aww.."teriak Vano.
"Papa kenapa."tanya Vania panik.
"Mama nakal sayang."
"Mama?"
Klek...klek...klek
Seperti nya mbak Ana sedang berusaha membuka pintu yang tadi telah di kunci oleh Vano.
"Nia tolong bukakan pintu,itu pasti mbak Ana.Papa tadi lupa mengunci nya."
"Baik Papa."
Saat Vania berlari ke arah pintu Vano mengecup pipi Raya.Kemudian Vano merebahkan tubuh nya dan pura-pura menutup mata nya.
Raya yang mendapat serangan mendadak hanya diam tak mampu berkata-kata.
"Tuan maaf lama menunggu."melihat Vano tertidur membuat mbak Ana merasa bersalah.
Vano tetap diam menunjukkan seolah-olah memang ia sedang tidur.Sampai disini Raya paham Vano sudah seperti aktor kawakan,ia begitu menjiwai peran nya.Tidak salah kemaren ia sampai kesal akibat akting Vano.
"Papa."Vania mengguncang kaki sang papa.Vano lalu membuka mata nya.
"Ini minum nya Tuan."
"Ah iya terimakasih mbak."
Vano lalu meneguk minuman ditangan nya hingga habis tak tersisa.Mbak Ana dan Raya sampai menelan ludah melihat Vano.
Karena memikirkan Raya membuat Vano lupa makan dan minum seharian ini.Terakhir ia mengisi perut nya tadi pagi sebelum berangkat ke kantor.Itu pun tidak berselera karena pikiran nya sedang kacau.
"Kalau masih kurang akan saya buat kan lagi Tuan."tawar mbak Ana.
"Boleh-boleh."jawab Vano cepat.Ia masih ingin berduaan dengan Raya maka ia tidak akan menyia-nyiakan hal itu.
"Sial."ucap mbak Ana dalam hati.Niat nya hanya berbasa-basi eh malah kena batu nya sendiri.
Mbak Ana lalu bergegas meninggal mereka dengan perasaan jengkel.
Vano lalu tersenyum melihat kepergian mbak Ana.Sedang Raya menggelengkan kepala nya melihat kelakuan Vano.
Sejenak Vano memperhatikan Vania,melihat Vania sedang fokus pada mainan nya,Vano lalu merapatkan diri nya lagi dengan Raya.
"Lanjut yuk."ucap Vano.
"Lanjut apa nya?"tanya Raya bingung.
Vano menggerak-gerakkan alis nya naik turun.
"Jangan macem-macem Tuan ada Vania."
"Nggak,mau satu macem aja."jawab Vano santai.
Lanjut besok ya......
Terimakasih yang sudah baca jangan lupa like komen dan vote🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Enung Samsiah
vano nakal iiihhh,,,,,
2023-10-18
0
Novano Asih
Oo ternyata omongannya Vano untuk melindungi Raya tp kalau denger juga sakit hati aku
2023-09-25
0