“Apa yang akan kamu lakukan padaku?” tanyaku dengan suara gemetaran.
“Apa dia lebih perkasa dari aku, hah?”
“Apa yang kamu bicarakan?”
“Laki-laki selingkuhanmu itu!”
Otakku mencari tahu apa yang dia maksudkan tapi aku benar-benar tidak tahu apa yang dia bicarakan.
“Aku dengar kamu sekarang sudah punya pacar!”
Oh Tuhan, bagaimana mungkin dia bisa berpikir aku sempat untuk menjalin hubungan lagi sedangkan melihat matahari saja aku belum bisa. Aku tidak habis pikir apa yang meracuninya, walaupun aku memang berhak untuk memulai hidupku lagi. Aku wanita bebas.
Aku tidak punya hati lagi untuk jatuh cinta lagi dengan trauma yang luar biasa dalam hidup. Aku tidak percaya cinta itu ada untukku, aku tidak layak untuk cinta, aku tidak layak dicintai atau mencintai. Aku sudah tidak layak untuk siapa-siapa karena aku sudah hancur dan menjadi debu. Puing-puing hati sudah tidak bisa disatukan lagi, aku hanya raga yang berjalan tanpa ruh.
Dia mencoba untuk melepaskan pakaianku, dan aku hanya bisa meneteskan air mata begitu deras. Aku benar-benar tidak berdaya, aku tidak punya kekuatan untuk berkata, “Tolong punya hatilah sedikit untuk tubuh yang hanya tinggal tulang belulang ini!” Aku hanya menangkap sorot matanya yang tajam sekilas ketika tubuhnya sudah berada di atas tubuh ringkihku.
“Cabut nyawaku saat ini, Tuhan. Agar aku tidak merasa semakin jijik dengan sisa raga yang aku miliki saat ini,” bisikku pada Tuhan, meminta-Nya untuk mengambil nyawaku saat ini.
Aku merasa tubuhku sudah lebih ringan dan ternyata dia mengurungkan niatnya untuk melakukan tindakan haram itu.
“Maafkan aku, Ma. Aku benar-benar kacau. Aku dibutakan oleh rasa cemburuku,” lirihnya sambil meremas rambutnya dengan keras.
Dia menangis sejadinya. Aku hanya bisa menatap langit-langit kamar. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan kami yang dulu pernah saling mencintai. Kami yang pernah berjanji saling membahagiakan, dan saat ini kami menjadi orang asing yang saling menyakiti tanpa henti.
Apa arti cinta baginya? Aku pun tidak tahu apa yang ingin dia tunjukkan padaku. Apakah seperti itu cara dia mencintaiku? Apa dia benar-benar mencintaiku?
Nyaliku sudah tidak bisa lagi menganggap keberadaan cinta lagi, bagiku cinta hanyalah semu. Tidak ada!
Aku bersembunyi untuk mengintip lembayung senja. Indah terpancar dari warnanya yang jingga keemasan. Lembut angin menyentuh pipiku. Dingin, namun mampu membuatku hanyut dalam khayalan akan kenanganku bersamanya.
Adalah dia yang begitu mudahnya menyentuh hati yang seharusnya sudah mati kaku oleh luka yang sulit untuk menghilang. Tidak ada kata yang paling sesuai untuk menerjemahkan dirinya yang pernah sangat aku cintai.
Namun, tidak ada alasan juga, tidak menceritakan cintanya yang pernah ada untukku. Semoga dengan tulisan ini mengantarkan rasa terimakasihku padanya yang telah mengajarkan banyak hal dalam hidupku. Mengajarkanku makna cinta yang belum pernah aku bayangkan akan menghampiriku.
Hatiku pernah terpenjara oleh ketakutan yang berkepanjangan dalam malam-malam yang mengerikan. Entah dimulai dari mana, luka mampu melumpuhkan jiwa bahkan ragaku yang semakin mengikis dengan air mata, laiknya musim hujan tanpa kemarau.
***
Aku melihat ke luar jendela sambil memegang secangkir kopi hangat. Sebenarnya aku tidak terlalu suka kopi, terlebih pada pagi hari. Tapi hari ini aku ada rapat penting, sedang tadi malam aku tidak bisa tidur.
Tiba-tiba handphoneku bergetar
“Happy birthday, Embun .…”
“Terima kasih. Maaf ini siapa ya?”
“Wah, momerku gak disimpen rupanya.”
“Wait. Hah? Mas Danial, ya?”
“Nah, kan, tahu.”
“Maaf, Mas. Aku bener-bener gak tahu nomernya. Tadi aku lihat foto di profil baru ngeh.”
“Gapapa. Maklum memang kita lama gak pernah ketemu, jadi wajar kamu lupa.”
Mas Danial adalah laki-laki pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun padaku hari ini. Laki-laki yang tidak pernah tebersit sedikit pun dalam pikiranku. Walaupun sebenarnya kita saling mengenal, namun aku tidak menduga dialah orang pertama yang ingat ulang tahunku. Sejak aku sendiri lagi, laki-laki yang mendekatiku bisa dibilang cukup banyak, namun hatiku tidak bisa begitu mudah menerimanya.
Aku lupakan sejenak tentang Mas Danial yang tiba-tiba mengucapkan selamat ulang tahun karena aku harus segera berangkat kekantor.
Meeting dimulai, namun pikiranku tidak menyatu dengan tubuh. Ada apa denganku hari ini? Kenapa aku terus memikirkan Mas Danial? Apakah karena aku masih ingat doa yang aku panjatkan tadi malam?
Tadi malam, seperti biasa ketika aku ulang tahun, aku memang khusus memakai waktu untuk munajat pada Allah. Aku ingin bermesraan dengan Dia yang menciptakanku, mengucap syukur untuk setiap hal yang pernah terjadi padaku. Meminta maaf untuk segala keluh kesah yang kadang menggoyahkan keimanan pada-Nya.
Pada malam itu, untuk pertama kalinya aku bertanya, lebih tepatnya meminta petunjuk jika di dunia ini aku masih memiliki jodoh, maka dekatkan. Kenalkan aku padanya. Namun, jika tidak ada lagi maka siapkan aku untuk kesendirian yang penuh dengan makna dan manfaat.
Dan hari ini Mas Danial mengirimkan ucapan yang seharusnya diucapkan semua atau salah satu laki-laki yang sedang mendekatiku. Perlukah aku langsung menebak bahwa dia adalah Mas Danial, karena bisa jadi hanya sebuah kebetulan.
Apakah kebetulan berlaku di dunia? Aku pikir tidak ada yang kebetulan, semua adalah desain Tuhan yang Maha Kuasa. Lalu apa arti dari munculnya Mas Danial yang tidak pernah aku pikirkan sama sekali, bahkan untuk sebuah ucapan yang mungkin terlihat biasa saja untuk ukuran seorang teman atau kenalan biasa.
Kamu bukan terlahir karena cinta
Kamu hadir karena sepiku
Biarkan waktu menjadikanmu seperti yang dia mau
Aku tidak ingin berpikir lagi
Karena setiap kali aku berpikir
Semakin menyakiti diriku sendiri
Kini aku ingin lepas, bebas seperti embusan angin
Saatnya datang, saatnya pergi
Bukan hal yang perlu aku khawatirkan lagi
Aku terlalu sering menekan hatiku
Untuk menjadi sempurna
Padahal aku seringkali berakhir luka
Maafkan aku, hatiku
Kini biarlah mengalun sesuai hakikatmu
Aku hanya akan menerima dan menemanimu
Di saat terbaik dan terburukmu
Karena kamu dan aku adalah satu
Diriku.
Seiring waktu berjalan, sapaan Mas Danial seakan menjadi hal wajib setiap aku memulai pagi. Aku menjadi sangat terbiasa mengawali hari dengan perhatiannya. Hal yang selalu membuatku risih terhadap laki-laki lain yang mencoba mendekatiku. Namun, tidak berlaku bagi Mas Danial, aku suka, dan aku tidak risih sama sekali. Bahkan sering menunggu sapaan dan teleponnya.
Terkadang aku sampai tidak memedulikan jadwal kerja yang padat hanya untuk mendengar suaranya. Dia selalu menjadi prioritas utama. Tanpa kusadari, hatiku mulai tumbuh indah dengan kehadirannya. Hati seolah hidup lagi dan entah rasa takutku akan luka terhadap cinta mulai memudar sedikit demi sedikit.
Aku seperti terlahir kembali dari keyakinan cinta. Terlalu dini mungkin aku mengartikan perasaanku padanya. Perasaan itu seperti bertumbuh alami dengan semua perhatiannya, diriku yang sejak lama tertidur, terbangun dan melihat isi dunia menjadi lebih indah.
Seolah tidak peduli lagi dengan luka yang pernah aku rasakan dulu, Mas Danial mampu mengubahku dengan sekejap mata menjadi diriku yang telah hilang.
Aku bisa tersenyum kembali, bahkan bisa tertawa terbahak-bahak hanya dengan lelucon sederhananya. Dia menyayangiku seperti anak kecil yang dia temukan di pinggir jalan karena tersesat.
Aku bisa bermanja dengan bebas padanya tanpa harus merasa malu dan gengsi. Ahh, cinta memang selalu manis dan membuat orang menjadi buta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments