Bab 20. Ingin Mengakhiri

Setelah Dea memaksa, akhirnya Gafi pulang juga. Dea tidak ingin nanti istrinya Gafi menjadi curiga. Apa lagi selama pernikahan mereka, Gafi selalu pulang tepat waktu.

Gafi menjalankan mobilnya dengan malas. Jika dia mengikuti kata hati, tidak ingin pulang ke rumah. Ingin selalu bersama dengan Dea, wanita yang dicintainya.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh sekitar satu jam, akhirnya Gafi sampai di rumah. Pintu rumah di buka asisten rumah tangganya.

Gafi langsung masuk ke kamar. Membersihkan dirinya. Dia naik ke ranjang setelah berganti pakaian. Gafi melihat ke samping. Tampak Vizta yang telah tertidur dengan pulas.

Gafi membaringkan tubuhnya. Mencoba memejamkan matanya. Baru saja dia ingin tertidur terdengar suara Vizta yang kesel dengannya.

"Aku kira kamu lupa jalan pulang. Baru saja bertemu lagi dengan adikmu sudah telat pulang hingga pagi."

Gafi membuka matanya. Tampak Vizta yang duduk bersandar di ranjang dengan menatapnya. Gafi lalu ikutan bangun. Rasa kantuknya hilang seketika.

"Aku sudah katakan denganmu, jika aku banyak kerjaan." Gafi masih mencoba memberikan alasan dengan suara pelan. Dia tidak ingin terbawa emosi.

"Apa kamu kira aku bodoh?"

"Aku tidak pernah mengatakan kamu bodoh."

Vizta memainkan tangannya dan meremasnya. Tampak sekali jika wanita itu menahan emosinya.

"Apa kamu lupa jika kamu dan Dea itu bersaudara. Apa kamu tidak takut dosa lagi karena rasa cintamu yang terlalu dalam itu?"

"Aku tidak mengerti maksud kamu? Apa hubungannya antara aku yang lembur dengan Dea?" tanya Gafi pura-pura tidak mengerti. Dia juga berusaha menahan amarahnya agar Dea tidak terbawa dalam drama rumah tangganya.

Vizta merubah duduknya menghadap ke arah Gafi. Matanya menatap tajam pada pria itu. Ingin rasanya Vizta berteriak dan memaki Gafi. Namun, dia harus menahannya agar Gafi tidak ikutan emosi. Vizta akan mencoba bertahan dan pura-pura menjadi wanita sabar untuk merebut hati Gafi.

"Kamu pikir aku tidak tahu jika kamu dari jam tiga sore sudah tidak ada di kantor," teriak Vizta.

"Jangan berteriak! Ini sudah tengah malam. Nanti kamu dikira kuntilanak," ucap Gafi dengan tersenyum.

Melihat Gafi yang tersenyum, darah Dea terasa mendidih. Ditinjunya kasur menyalurkan amarahnya. Melihat itu Gafi makin tersemyum.

"Kau pikir aku ini apa? Aku istrimu. Hargai aku sedikit saja. Apa kau masih ingin menjalin hubungan terlarangmu itu?" tanya Vizta dengan suara tinggi.

Vizta memang menghubungi kantor sore kemarin. Dia ingin meminta Gafi pulang lebih awal. Wanita itu telah menyiapkan makanan dan diberi obat seperti rencananya dengan mama Ratna.

Saat menghubungi nomor Gafi, ponselnya tidak aktif. Vizta mencoba menghubungi sekretarisnya Gafi, wanita itu mengatakan Gafi telah pulang dari jam tiga sore.

Vizta kesal karena telah masak dan menyiapkan makanan untuk menjebak Gafi. Wanita itu langsung berpikir jika suaminya Gafi pasti pergi menemui Dea. Vizta merasa sakit hati karena Gafi yang langsung berubah sejak bertemu Dea lagi. Padahal Gafi masih berpikir jika Dea adalah adiknya, tapi tetap perhatiannya hanya tertuju pada gadis itu, apa lagi setelah tahu mereka tidak ada hubungan, pastilah Gafi langsung melupakan dirinya, itulah yang ada dalam pikiran Vizta.

"Cukup Vizta! Kenapa kamu terus saja menyalahkan Dea. Aku ada rapat ke luar kota. Tidak ada hubungannya dengan Dea. Jika kamu tidak bisa terima semua ini, kita lebih baik bercerai agar tidak saling menyakiti!" ucap Gafi tegas.

...****************...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***