Bab 19. Kita Menikah Siri Saja

Dea melihat jam di dinding telah menunjukan pukul 12 malam. Gafi tampak tertidur pulas di sofa. Barang-barang Dea sebahagian telah dia susun.

Dea duduk di samping Gafi. Memandangi wajah Gafi dengan intens. Wanita itu mengusap wajah prianya dengan lembut.

Jika saja mereka tetap bersama, mungkin saat ini Dea telah hamil anak pertamanya. Enam bulan telah berlalu pernikahan mereka. Sekarang Dea bukan siapa-siapa lagi bagi Gafi.

Gafi membuka matanya. Dia melihat Dea yang termenung sambil menatap wajahnya. Mungkin wanita itu belum menyadari jika Gafi telah bangun.

Dengan cepat Gafi meraih kepala Dea dan mengecupnya. Dea kaget saat kepalanya ditarik dan mendapatkan ciuman dari pria yang sangat dia cintai itu.

Gafi bangun dan menarik pinggang Dea agar makin merapat dengan tubuhnya. Mengangkat tubuh mungil itu dan memangku dipahanya.

"Aku ingin kita segera mendaftarkan pernikahan kita dan membatalkan pernikahanku dengan Vizta. Sebelum pembatalan disahkan, aku ingin kita menikah siri terlebih dahulu. Aku takut khilaf jika sering berdua denganmu," bisik Gafi.

Dea yang duduk dipangkuan Gafi merasa sedikit gelisah. Dia juga takut melakukan sesuatu kekhilafan jika mereka sering berdua.

"Aku takut di tuntut sama istri kamu jika tahu kita menikah siri."

"Besok aku akan ajukan pembatalan pernikahan."

"Bagaimana jika kita menikah setelah kamu resmi berpisah saja."

Dea tidak ingin pernikahan sirinya dengan Gafi akan menjadi masalah nantinya. Dia bisa dikatakan sebagai pelakor atau dia mantan istri Gafi. Karena saat ini istri sah Gafi adalah Vizta.

Dea juga tidak mau berurusan dengan mama Ratna. Pasti ini akan menjadi masalah bagi wanita itu. Dia akan membuat hidup Dea menjadi banyak masalah.

"Aku bisa di tuntut karena menikahi kamu tanpa izin istri pertama."

"Bagiku kamu tetap istri pertama dan terakhirku."

Dea memandangi wajah Gafi dengan seksama. Mengalungkan kedua tangannya di leher pria itu. Gafi membalas tatapan Dea dengan dahi berkerut.

"Kenapa memandangiku seperti itu?" tanya Gafi akhirnya.

"Apa kamu telah melakukan hubungan badan dengan Vizta?" tanya Dea dengan suara pelan.

Gafi tersenyum mendengar pertanyaan Dea. Jadi dia menatap Gafi karena ingin tahu apakah Gafi telah pernah melakukan hubungan dengan istrinya Vizta. Gafi menarik pinggang Dea. Hingga tubuh mereka saat ini tiada jarak.

"Menurut kamu, apakah aku dan Vizta telah melakukan hubungan badan, apa belum?"

"Mana aku tahu. Makanya tadi aku bertanya."

Dea cemberut mendengar pertanyaan Gafi. Dia yang bertanya, tapi Gafi bukannya menjawab, tapi balik bertanya.

Gafi memeluk erat tubuh wanitanya itu. Mengecup bibir Dea yang masih cemberut. Dia tahu saat ini, Dea pasti kesal dengannya.

"Sayang, tubuh dan hatiku masih milikmu. Beruntung aku masih bisa menjaganya. Mungkin inilah jawaban dari semuanya. Aku tidak pernah menyentuh Vizta, karena Tuhan masih ingin menjaga tubuhku agar aku serahkan hanya untukmu."

Dea membalas pelukan Gafi. Merasa bahagia karena mereka bisa saling menjaga hati.

"Ini sudah hampir jam satu malam. Kamu pulanglah. Nanti istrimu bisa curiga karena pulang hingga selarut ini."

Gafi menarik napasnya. Rasanya dia tidak ingin pulang ke rumah. Dia takut nanti keceplosan bicara. Gafi membenci Vizta karena mau ikut permainan mamanya. Dulu dia pikir Vizta wanita yang baik. Sehingga Gafi sering merasa bersalah karena mengacuhkannya.

"Pulanglah! Aku takut jika istrimu kita berdua hingga larut malam begini."

"Lusa kamu dan aku akan menikah siri. Aku nggak bisa menunggu hingga keputusan sidang pembatalan pernikahanku sah. Karena aku yakin ini akan sulit. Mama pasti akan melakukan apa saja dengan berbagai cara agar pembatalan pernikahanku gagal."

...****************...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***