Bab 9. Merindukan Kamu

Tiga bulan telah berlalu. Gafi tampaknya sudah mulai bisa menerima kenyataan jika dia dan Dea bersaudara. Walau terkadang ada rasa rindu dihatinya pada wanita yang sangat dia cintai hingga saat ini.

Mama Ratna telah mengutarakan niatnya yang ingin menikahkan Gafi dengan putri sahabatnya. Ratna sampai rela memohon pada putranya itu.

Awalnya tentu Gafi tidak setuju menikah dengan wanita pilihan ibunya. Dihatinya masih tersimpan nama Dea. Namun, apa yang mama-nya katakan itu juga benar, jika dirinya harus menikah lagi untuk bisa melupakan Dea. Sekeras apa pun dirinya menyimpan nama Dea di hati, dia tetap tidak akan mungkin bisa bersama.

Satu minggu lagi pernikahan Gafi dan wanita pilihan mamanya. Gafi meminta pesta pernikahannya hanya dihadiri orang terdekat saja.

Gafi duduk di balkon sambil memandangi langit. Berharap bintang menyampaikan rasa rindunya pada Dea. Pria itu tidak pernah menghubungi Dea seperti keinginan wanita itu

"Dea, apa kabar kamu saat ini? Aku harap kamu jangan bersedih lagi. Suatu hari aku akan datang sebagai saudaramu," ucap Gafi dalam hati.

Gafi selalu teringat saat Dea menangis saat mereka harus berpisah. Hatinya terasa sakit, melihat air mata membasahi pipi wanita itu. Jika saja waktu dapat diputar, pasti Gafi ingin terlahir dari orang tua yang berbeda agar mereka bisa bersama dan bersatu.

"Merenungi kisah ini, aku menghela napas panjang dan bertanya dalam hati kenapa harus terus kamu yang memenuhi pikiranku. Jika satu-satunya tempat di mana aku bisa melihatmu adalah dalam mimpiku, aku akan tidur selamanya. Sungguh menyakitkan ketika suatu hari kamu bangun dan tahu kamu merindukan seseorang dari masa lalu tetapi mereka tidak ada untukmu lagi. Takdir Cinta telah memisahlan..Merindukanmu manis dan pahit bagiku. Aku merasa bahagia ketika aku mengingat semua momen yang kita alami bersama, dan kemudian aku merasa sangat sedih karena tidak dapat memelukmu sekarang. Aku merindukanmu."

Gafi menarik rambutnya frustrasi. Semakin dekat hari pernikahannya, hati dan pikirannya makin dihantui bayangan Dea. Saat-saat indah kebersamaan mereka dahulu tidak bisa dilupakan.

Tanpa Gafi sadari, Papa Rifaldi datang menghampirinya. Pria itu duduk di sebelah Gafi. Pria itu menatap sinis saat menyadari siapa yang datang. Bagi Gafi, Papa Rifaldi-lah penyebab semua masalah ini.

"Apa kamu yakin akan menikah Vizta?" tanya Rifaldi.

Mendengar pertanyaan dari Papanya membuat Gafi menjadi emosi. Ditatapnya wajah Rifaldi dengan mata menyala menahan amarah.

"Kenapa papa bertanya begitu? Apa papa berharap aku telah mengikhlaskan semua yang terjadi. Aku tidak akan melupakan hari di mana aku harus berpisah dari Dea karena takdir cinta yang penyebab utamanya karena Papa!" ucap Gafi sedikit emosi.

Rifaldi menarik napas dalam. Dia sadar semua luka yang dia torehkan pada Gafi dan Dea, semua itu karena sikapnya yang tidak tegas dan takut dengan istri. Kembali Rifaldi menarik napas sebelum berucap.

"Jika kamu tidak menyukai dan tidak menginginkan pernikahan ini, batalkan saja. Sebelum kamu mengucapkan ijab kabul."

Gafi tampak makin emosi mendengar ucapan dari papanya itu. Dia tidak habis pikir, kenapa papanya bisa berkata begitu. Bukankah kata mama, jika perjodohan ini juga atas inisiatif dari papa Rifaldi.

"Buakankah Papa yang menginginan pernikahan ini? Lagi pula tidak ada alasan bagiku untuk membatalkan semua ini!" ucap Gafi dengan penuh penekanan.

"Bukankah kamu sangat mencintai Dea?" tanya Rifaldi pelan. Gafi kembali menatap Rifaldi dengan sinis.

Apa maksud pertanyaan papanya. Bukankah dia tahu jika Gafi tidak boleh mencintai Dea.

"Apa papa lupa jika aku tidak mungkin dan tidak boleh mencintai Dea? Kenapa masih bertanya?"

...****************...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***