Persiapan Pernikahan

Hari-hari berjalan begitu menyenangkan bagi Melisa hingga beberapa minggu terus ia buat menjadi momen liburan bersama suami orang. Hingga pada minggu ke empat ia mendapat kabar jika istri dari Pak Reza telah kembali dari berlibur.

Merasa bosan berbaring hari libur di kos, kini Melisa tiba-tiba saja mendapat kabar dari sang ibu. Jika sang kakak akan di nikahkan dengan pria yang di kabarkan akan menikah dengan tunangannya. Bahkan Melisa begitu setia mendengarkan cerita sang ibu tentang semua yang terjadi di desa. Arini mau pun Yuyun sama-sama membuat mereka malu pada warga sekitar.

"Sudahlah, Bu. Kakak memang seperti itu kan orangnya. Ibu yang penting sehat terus biar bisa datang saat Melisa wisuda nanti yah?" tuturnya tampak masa bodoh dengan sang kakak.

Pasalnya ia juga begitu merasa iri dengan kedua kakak wanitanya yang justru mendapatkan perlakuan istimewa dari sang ayah. Melisa tertunduk mendengar sang ibu tengah menahan tangis di sana mendengar ucapannya. Entah sampai kapan mereka bisa berjauhan seperti ini terus. Sungguh rasa rindu Weni pada sang anak begitu menggunung.

Sejak kepergian Melisa ia benar-benar merasa sepi di rumah. Tak ada lagi yang menemani sekedar bercerita di dapur. Hanya ada masalah dan masalah yang selalu datang di rumah sejak kepergian Melisa ke kota.

"Bu, jangan sedih yah? Melisa pasti akan sukses dan bisa kasih ibu uang. Kita akan makan-makan enak tanpa di marahi ayah." Usai berucap seperti itu Melisa tampak mengusap air mata yang menetes.

Sedih rasanya melihat hidup sang ibu yang begitu tak di anggap di rumah. Hal yang paling ingin ia lakukan adalah bisa hidup sendiri dan membawa sang ibu hidup tenang dengannya. Hingga panggilan pun akhirnya terputus saat Melisa mendengar panggilan dari sang ayah di seberang telepon itu.

"Ada apa?" tanya Weni menatap kedatangan sang suami. Jelas manik mata Fery melihat tangan sang istri yang bergerak meletakkan ponsel di atas meja. Ia tahu apa yang baru saja terjadi dari raut wajah sang istri.

"Berhenti buang-buang air matamu itu untuk anak pembantah seperti Melisa. Sekarang temani Arini cari salon untuk Yuyun. Salon yang kemarin tidak bisa memenuhi permintaan anak kita untuk acara pernikahannya."

Tanpa membantah Weni pun bergegas keluar meninggalkan sang suami dengan membawa ponsel miliknya. Sebuah mobil yang sudah kembali ke tangan Arini kini mereka naiki. Arini membawa sang ibu mencari salon yang kiranya bisa memenuhi permintaan sang calon pengantin.

Di rumah Yuyun yang tidak di perbolehkan keluar tampak bermalas-malasan keluar kamar. Ia hanya berbaring dengan tangan yang sibuk mewarnai kukunya. Baginya pernikahan bukanlah sesuatu yang begitu menarik untuknya. Yuyun suka kebebasan, dan pernikahan ini hanya terpaksa ia lakukan karena kemarahan sang ayah.

"Awas saja kalau sudah jadi suami ngatur-ngatur aku. Tidak akan bisa bertahan pastinya." gumam Yuyun.

Hari itu keluarga dari Fery mau pun Weni pun mulai berdatangan. Ada yang dari kota ada juga yang dari desa sebelah. Rumah sederhana mereka tampak mulai ramai. Sementara Weni masih juga belum pulang bersama Arini. Keduanya kesulitan menemui salon yang memenuhi permintaan dari Yuyun.

Bahkan beberapa hal sudah di bawa dengan kertas yang tertulis. Sungguh begitu banyak permintaan sang calon pengantin itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!