Perkelahian

Keributan pun terjadi kala Weni tak lagi sanggup mendengar cacian sang suami. Meski di awal wanita itu hanya bisa menangis akhirnya Weni balik melempar wadah gelas yang ia pegang saat itu. Untuk pertama kali dalam sejarah pernikahan mereka Weni berani bersuara.

"Ayah menyalahkan ibu? Arini seperti ini apa ayah tidak sadar semua didikan dari Ayah? Didikan ibu adalah Melisa. Yuyun dan Arini semua adalah didikan Ayah. Lihatkan? Ayah lihat anak yang sudah ayah belikan mobil dengan menghambur-hamburkan uang dimana dia sekarang? ibu yakin kalau tidak dengan pria sembarangan pasti dengan suami orang." Weni menangis menatap sang suami dan keluar dari rumah.

"Weni! Kemana kamu?" teriakan dari Fery sama sekali tak di gubris oleh sang istri.

Weni melajukan motor entah kemana perginya melepaskan kesedihan. Ia sungguh lega rasanya telah mengeluarkan semua emosi meski rasanya tak sebanding dengan yang di lakukan sang suami.

Di rumah, Yuyun sebagai anak tertua mendekati sang ayah. Ia melihat kemarahan yang terpancar di wajah ayahnya saat ini.

"Ayah tenanglah. Biar kami yang mencari Arini." ujarnya meminta sang ayah untuk duduk kembali.

Bukannya menurut, Fery justru menghempas tangan sang anak. Berlalu keluar rumah dengan motor miliknya menuju bengkel. Inilah hal yang selalu pria itu lakukan. Ia tak pernah suka berada di rumah lama-lama. Di bengkel jauh lebih menenangkan baginya meski pun ribut.

Sementara Yuyun sudah bergegas mengajak sang adik untuk mencari Arini dengan motornya. Keduanya menelusuri desa itu yang memang tak cukup luas. Beberapa menit berkeliling hasilnya nihil. Tak ada mobil Arini terlihat di mana pun.

"Kak, apa jangan-jangan Kak Arini di pantai? Kan semalam malam minggu. Mungkin habis buat acara terus ketiduran." ujar Vanda berpikir.

Yuyun mengiyakan. Keduanya bergegas menuju pantai yang berjarak lebih setengah jam dari desa. Hingga akhirnya sepasang mata Vanda menangkap mobil baru yang ia yakini milik sang kakak terparkir di depan hotel ujung pantai.

"Astaga Arini, benar-benar ini anak sampai buat ayah dan ibu ribut pagi-pagi. Bikin susah orang saja." gerutu Yuyun kesal.

Ia pun menghampiri petugas hotel dan meminta di antar ke kamar sang adik. Mau tidak mau akhirnya penjaga hotel mengantar hingga di depan kamar sang adik. Vanda bergantian dengan Yuyun menggedor pintu kamar beberapa kali.

"Arini! Buka pintunya, Arini!" teriak Yuyun.

"Kak Arini, buka pintunya." Kini giliran Vanda yang menggedor pintu kamar Arini.

Samar dari dalam Arini bisa mendengar suara ketukan dan teriakan yang tak asing di telinganya. Pelan ia mengibaskan selimut dan turun dari ranjang. Arini duduk sejenak untuk memakai pakaian dan membuka pintu kamar hotel.

"Kak Yuyun?" Arini tersentak kaget awalnya melihat adik dan kakak berdiri di hadapannya. Segera ia pun menoleh ke belakang melihat kamar yang berantakan dan menutup pintu. Arini memilih keluar dari kamar.

Wajah tak enak terlihat oleh Yuyun. "Pulang sekarang. Ayah marah besar sama kamu, Arini. Kamu nggak malu main di hotel begini sama laki-laki nggak bermodal lagi." tutur Yuyun tampak marah.

Mendadak wajah bersalah Arini pun hilang berganti senyum licik. "Kakak ngapain sok sok marah ke aku? Kakak lupa siapa kakak, hah?" tanyanya balik dengan kedua tangan yang ia lipat di depan dada.

Mendengar penuturan sang adik sontak Yuyun naik pitam. "Arini, lancang kamu melawan yah?" teriak Yuyun.

Arini sama sekali tak menunjukkan wajah takut pada sang kakak. Justru ia ingin kembali masuk ke dalam kamar mengacuhkan sosok kakak. Hingga teriakan pun terdengar saat Yuyun beralih menjambak kasar rambut sang adik. Arini teriak kesakitan.

"Lepaskan!"

"Tidak akan, kamu rasakan ini Arini. Aku akan adukan ke Ayah soal ini. Kamu hambur-hamburkan uang ayah ke pria nggak punya modal itu." ujar Yuyun merebut paksa kunci mobil yang ada di dalam kamar usai mendorong kasar sang adik hingga tersungkur ke lantai kamar hotel.

Andi yang terlelap pun tentu saja kaget dan terbangun dari tidurnya, ia menyelimuti tubuh polos itu dan melihat bagaimana Arini dan Yuyun saling berebut kunci mobil. Tentu saja Yuyun menang sebab di bantu oleh Vanda kala itu.

Arini meringis kesakitan saat kamar tertutup. Ia tak lagi bisa mengejar sang kakak akibat kakinya terkilir. Andi bergegas menolong sang kekasih dan memapah menuju kasurnya.

"Mobilku. Bagaimana aku pulang?" tanya Arini yang tak rela mobilnya di bawa pulang sang kakak.

Andi  berusaha menenangkan dengan menghubungi teman untuk membawakan mereka motor. Akhirnya Arini pulang dengan menggunakan motor pacarnya. Ia begitu takut saat melihat wajah sang ayah di rumah tampak begitu menakutkan. Di sana ada Vanda dan juga Yuyun yang sudah berdiri menunggu kepulangannya.

"Lihat Ayah...mobil ini di pakai buat sama laki-laki itu. Kalau Ayah nggak percaya periksa aja dompet Arini, pasti uangnya sisa sedikit itu. Si Andi itu nggak ada kerjanya, Ayah." tutur Yuyun begitu menggebu-gebu.

Mendengar ucapan sang kakak tentu saja Arini tak terima. Ia langsung menyerang sang kakak dengan melemparkan kayu yang ada di dekatnya saat ini. Menjambak rambut Yuyun ia begitu menyerang membabi buta.

"Cukup, hentikan Yuyun! Arini!" teriak Fery geram.

Keduanya masih saja berkelahi bahkan kembali berebut kunci mobil yang Yuyun pegang saat ini. Fery sampai hilang kesabaran dan menampar satu persatu wajah sang anak perempuan. Vanda tak bisa melakukan apa pun saat ini selain hanya menjadi penonton. Bocah itu menatap takut dengan pemandangan di depannya sembari menggeleng kepala.

"Apa serumit ini yah permasalahan seorang wanita?" tuturnya tak habis pikir.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!