Menyerahkan Diri

Di sebuah kamar hotel yang tidak begitu mewah tampak kedua sudut mata yang bercucuran air mata yang sangat sedih. Tubuh berisi gadis itu tampak berguncang tanpa sehelai benang pun menutup tubuhnya. Melisa menangis merasakan sedih yang begitu mendalam. Ia sesenggukan tanpa bisa merasakan nikmat yang tengah di rasakan pria paruh baya di atas tubuhnya saat ini. Keputusan yang sudah ia buat tak lagi bisa di hentikan. Pak Reza telah mendengar bagaimana Melisa setuju dengan perjanjian yang ia perbuat.

Darah segar pun menetes sekilas di atas sprei putih polos yang mereka tiduri saat ini. Sungguh ingin rasanya Melisa lari dari kamar itu namun pikirannya jelas mengingat tangan miliknya membawa sebuah amplop ke dalam tas. Hingga beberapa menit berlalu akhirnya terdengarlah suara erangan panjang dari mulut pria paruh baya itu. Reza ambruk di atas Melisa kelelahan. Tubuhnya yang polos juga bercucuran air keringat saat ini. Sumpah demi apa pun kali ini nikmat yang terasa sudah terlupakan olehnya kembali ia rasakan.

"Istirahatlah dulu temani saya tidur. Sore nanti saya akan antar kamu pulang." tuturnya dengan mengecup kening Melisa lembut.

Melisa tersenyum kaku. Untuk pertama kali dan di mulai hari ini ia harus membiasakan bersama pria ini. Sampai waktu yang Melisa sendiri tidak tahu kapan berakhirnya.

Keduanya memejamkan mata menikmati dinginnya kamar hotel dengan berpelukan saling mengangatkan. Sejenak Melisa mengulur waktu istirahatnya. Matanya terus memandangi wajah pria yang sudah terlelap nyaman di dadanya itu. Rasanya seperti mimpi jika jalan hidupnya akan seperti ini. Melisa tak menyangka sama sekali ia bisa mengambil keputusan mengerikkan seperti ini.

"Bu, maafkan aku. Aku harus melakukan ini semua. Ayah sudah memulai semuanya dengan menelantarkan aku. Aku tidak punya pilihan lain saat ini." tutur Melisa dalam hatinya.

Hingga perlahan ia pun memejamkan mata dengan tenang. Kini semua beban di pikirannya terasa menghilang begitu saja kala uang berbicara. Semua tawaran yang di berikan oleh Reza sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan dari hidup serta kuliahnya.

Bayangan bisa sekolah dengan tenang tanpa memikirkan mencari uang rasanya begitu menggiurkan bagi Melisa. Di usia muda ia sudah harus memutar otak agar bisa hidup tenang tanpa beban utang di sana sini.

Tak jauh berbeda dengan keadaan di desa. Nyatanya Arini kini tengah berkencan dengan pria yang tak lain adalah kekasihnya. Ia berjalan ke pantai dengan mobil baru.

"Sayang, kita makan dulu yah? perut aku lapar jalanan terlalu jauh sampai ke sini." tutur pria yang bernama Andi.

Tanpa beban Arini menganggukkan kepala tersenyum. "Iya kita makan. Aku bawa uang banyak kok. Kamu jangan khawatir." tuturnya dengan tenang.

Semakin terpancar aura kebahagiaan di wajah Andi kala mendengar sang kekasih membawa uang banyak. Ia pun mendekati wajah Arini dan meraup bibir merah itu. "Aku makin sayang sama kamu. Punya pacar yang pengertian buat aku bahagia sekali rasanya." ujar Andi dan Arini sampai tersipu malu mendengar hal itu.

Keduanya turun dari mobil dan memasuki cafe yang berada di dekat pantai. Sesuka hati Andi memesan menu serta mengambil beberapa cemilan tak lupa dua bungkus rokok pun ia bawa ke meja. Arini hanya tersenyum sebab ia sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu. Cintanya pada Andi begitu dalam.

Sulit rasanya jika memang tengah di mabuk cinta untuk membedakan yang benar-benar tulus dan juga hanya memanfaatkan. Arini begitu royal mengeluarkan uang bahkan kendaraan pun ia yang membawa mobil untuk modal kencan mereka.

"Arini..." panggil Andi di sela-sela mereka menikmati makannya.

"Iya, ada apa?" tanya Arini.

"Di dekat sini ada hotel murah. Uang kamu masih cukup nggak?" tanya Andi dengan tidak tahu dirinya.

Bukannya menolak, Arini bahkan dengan senang hati menganggukkan kepala. Tentu saja ia tak keberatan untuk mengeluarkan uang, keuntungannya memiliki toko kosmetik sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Arini bekerja dengan satu karyawan saja.

Akhirnya Andi bergegas menyelesaikan makan begitu pula dengan Arini. Lalu mereka bergegas menuju hotel yang dekat dengan pantai. Lagi-lagi Arini kembali menarik dompet untuk membayar kamar mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!