1 : kenalan ygy

"Zera.."

Seorang cewek bertubuh agak berisi, kulit sawo matang khas Indonesia, rambut hitam panjang bergelombang. Menoleh ke belakang begitu namanya dipanggil oleh sang ibu.

Zera Damarsetyo. Panggil saja zera. Dia sudah lulus sekolah namun belum juga mendapatkan kerja. Dan akhirnya dia memutus untuk membantu ibunya menjaga warung dan menjadi guru les privat di sekitar area rumahnya.

Ibunya memiliki sebuah warung nasi alias warteg yang biasanya dikenal sebagai "Warteg janda". Karena yang punya janda dan pegawainya juga janda muda anak satu.

"Zera, antar ini ke Toko Surya sekalian ke pasar nanti list nya ibu chat" Ibu Dewi, Ibunya zera. Memberikan uang dan kantung plastik berisikan nasi bungkus.

"Oke," kata zera mengambil uang dan kantung plastik itu.

"Jangan lupa minta uang nya juga" kata ibunya saat Sang anak menaiki sepedanya.

"iya, Rara berangkat" kata zera lalu melesat pergi dengan sepeda kesayangan milik almarhum sang ayah.

**********

TOKO SURYA..

Sesampainya di tujuan zera memarkirkan sepedanya di tempat biasanya. Dia masuk ke toko tersebut.

Toko Surya.. milik om Surya sahabat almarhum ayahnya. Orang berdarah China ini seorang duda beranak satu. Namanya Risa. Sahabat zera dari Orok.

Om Surya ini hampir menjadi ayah tiri zera dulu. Tapi ibu zera menolak dan begitu juga dengan Risa. Padahal zera malah senang waktu ibunya dilamar. Siapa yang gak senang orang duda kaya China lagi.

"Paket nasi janda selalu terdepan!" Seruku senang begitu masuk.

"Berisik Lo Tarzan! Istighfar Lo! Bikin orang budeg aja Lo!" Omel Joko. Pegawai om Joko. Tubuhnya gendut dan agak ngondek. Alias banci.

"Lo yang istighfar, liat tuh alis Lo model cicak" ledek zera.

"Norak Lo! Model gini lagi viral," kata ngegas Joko.

"Norak-norak.. Lo yang norak!" Tak kalah ngegas.

"Sttt.. udah-udah" kata om Surya melerai keduanya yang selalu bertengkar.

"Pagi Om Surya," sapa zera langsung berwajah ramah.

Om Surya tersenyum senang, "Pagi juga, Rara" sapanya balik.

"nih pesanannya totalnya 50 ribu" kata zera. Om Surya segera mengambil uangnya lalu memberikannya pada zera.

"Sasa mana om?" Tanya zera.

"Dia ngumpulin tugasnya di kampus," jawab om Surya. Zera mengangguk paham.

"Ya udah, Rara pamit pergi" ijin pamit zera. Om Surya mengangguk.

Dia berbalik, melirik Joko yang lagi menata barang sambil menatap sinis zera.

"Apa Lo?! Gue colok juga nih" ancam zera.

"Om-om zera om!" Adu joko meminta perlindungan om Surya.

"Ra.." tegur om Surya. Zera meringis lalu keluar dari toko tersebut. Menaiki sepedanya dan pergi ke tujuan selanjutnya. Pasar.

**********

PASAR

ZERA menyusuri jalan raya menuju sebuah pasar di ujung perempatan jalan. Jalan dipenuhi kendaraan dan angkutan umum, angkot. Sesekali melintas bus besar atau truk kontainer. Di pinggir-pinggir jalan disesaki penjual gerobak aneka dagangan. Bakso, cilok, gorengan, mi ayam. Ada juga penjual buah: duku, buah naga, dan rambutan.

Di sekitar pasar terdapat ruko, kios-kios, toko pakaian, toko obat, rumah makan. Semua berjejer rapat.

"Pagi Om Jonah" sapa zera begitu sampai di tempat parkir.

Om Jonah adalah preman yang jaga parkir dan jaga pasar. Tubuh berotot dengan tato ditangannya. Tenang aja dia ini gak jahat kok ramah banget malah. Dia punya istri dan anak satu masih TK.

Om Johan juga sahabat almarhum ayahnya zera. Sebenarnya ada satu lagi sahabat ayahnya, tapi beliau tinggal di Bandung. Total sahabat ayahnya zera ada tiga orang. Satu orang China, satu preman, dan satu lagi seorang polisi.

"Pagi, mau belanja? Perlu di jaga?" Tawar om jonah. Zera menggelengkan kepalanya.

Ting!

Pesan masuk di ponsel zera dari sang ibu. "Rara masuk dulu, titip sepeda" kata zera. Om jonah mengangguk.

Saat berbalik zera menemukan mobil mewah terparkir disana. "Baru kali ini ada mobil di pasar, mana bagus lagi. Bodohlah" guman zera sendiri. Dia berjalan memasuki pasar itu.

Di buka pesan dari ibunya dan membaca list belanjanya. Setelah itu memasukan kembali ke dalam saku.

"COPET!!"

"MINGGIR!"

Tiba-tiba ada yang berseru di tengah-tengah pasar. Orang-orang disana mulai pada resa.

Seorang pria kurus, rambut gondrong, dan kulit pucat. Terlihat mencurigakan di tengah-tengah desakan orang-orang didalam sana. "Sepertinya dia orangnya" tebak zera menatap pria gondrong itu.

Pria gondrong itu berlari ke zera tepatnya dia mau keluar. Zera pun dengan reflek mengaitkan kakinya ke arah kaki copet yang sedang berlari.

BRUK!!

Copet tersebut jatuh tersungkur di atas tanah. Zera langsung menduduki pria itu. Orang-orang disana langsung menatap ke arah zera.

"Kembalikan" kata zera.

Pria itu tertawa di bawa zera, "MINGGIR Bangs*t!" dan..

Sret!!

"Akh!" Pria itu menggoreskan pisau miliknya ke lengan zera dan membuat zera turun dari atas pencopet itu.

Baru juga pencopet itu bangkit yang hendak lari dan lagi-lagi zera menjegal kaki pencopet itu lagi. Hingga pisau copet itu terlepas dari tangannya dan jatuh ke depan sana namun langsung di amankan oleh om Johan yang sudah tiba.

"Mampus Lo" ucap zera mengambil tas milik orang yang dia curi. Om Johan langsung membawa pencuri itu pergi untuk di eksekusi. Maksudnya di bawa ke pihak kepolisian.

"Tasku" seru ibu-ibu berpakaian modis menghampiri zera.

"Ah ini, lain kali hati-hati ya Bu" kata zera memberikan tas ke sang pemilik.

"Terima kasih— astaga darah!" Pakih kaget ibu itu melihat darah di lengan zera.

"Gpp Bu..— eh!"

"Ayo ke rumah sakit!" Ibu-ibu itu menarik zera tiba-tiba dan membawanya keluar menuju ke arah mobil.

"Pak Yono! Buka mobilnya" Seru ibu itu kepada sang supir yang lagi asik minum kopi. Segera supir itu membuka pintu mobil.

"Ta.. tapi —"

"Udah ayo cepat masuk! Keburu infeksi" di dorong tubuh zera untuk masuk kedalam mobil mewahnya. Begitu zera masuk ibu itu pun masuk.

"Ayo pak ke rumah sakit dekat sini" suruh ibu itu kepada supirnya yang masuk menyalakan mobil.

"Baik Bu" kata supirnya. Mobil pun bergerak dan meninggalkan pasar.

Ibu itu mengambil sebuah kain di mobilnya lalu mengikat di lengan zera yang terluka. Biar gak ada banyak darah yang keluar. Zera yang punya luka hanya diam dan nurut.

****************

RUMAH SAKIT...

Zera tengah di tangani oleh dokter. Ibu modis tadi dan supirnya duduk melihat dokter yang sedang menjahit tangan zera.

TAK!

Dokter mengakhiri jahitannya dan kini tinggal mengoleskan salep setelah itu memperbanya.

"Lukanya akan sembuh dalam seminggu, jangan kena air, dan harus rutin mengoleskan salep. Satu lagi jangan bergerak terlalu banyak." Ucap dokter dan setelah itu selesai.

"tunggu sebentar saya ambilkan salep dan obatnya" ujar dokter itu lalu pergi.

"Maafkan Tante dan terima kasih sudah menolong Tante hingga kami begini," kata tulus dari ibu-ibu modis itu.

Zera tersenyum senang, "tidak masa Tante, saya juga terima kasih sudah membawa saya ke sini" kata zera.

Ibu itu mengangguk paham, "Setelah ini saya antar kamu pulang ya? Sekalian saya minta maaf ke orang tua kamu?"

"Tidak usah Tante! Tolong antarkan saya saja ke pasar" tolak zera.

"Kenapa ke pasar lagi?" Tanya bingung ibu tersebut.

"Sepeda saya dipasar soalnya, sekalian saya mau belanja" kata zera.

"Baiklah saya antar kesana, menemani kamu belanja dan mengantar kamu pulang." Kata ibu itu.

"Tidak usah Tante, saya bisa sendiri"

"Gak bisa nak, tangan kamu baru dijahit..—"

Drtt..drtt...

Ponsel milik ibu modis itu berdering. Segera diangkat telfon itu dan keluar dari sana. Tak lama dokter datang lagi membawa salep dan obatnya. Menjelaskan semua kepada zera. Tak lama ibu modis itu kembali lagi dan setelah itu bayar lalu keluar.

"Maaf saya gak bisa antar kamu tiba-tiba saya ada urusan di kantor," kata ibu modis itu.

"Iya gpp Tante, saya biar naik ojek online saya dari sini" kata zera. Ibu itu tersenyum sambil membelai rambut zera.

"Tidak kamu tetap di antar supir saya sampai rumah, Terima kasih ya dan semoga cepat sembuh" kata beliau. Zera mengangguk paham.

"Pak tolong antar ya sampai ke rumah jangan biarin dia angkat barang, saya akan naik ojek online." Pinta ibu modis itu ke supirnya.

"Baik Bu"

"Sana masuk," kata ibu itu. Zera pun masuk ke dalam mobil sendirian dan meninggalkan Bu modis itu disana sendiri.

**************

RUMAH...

"Yakin neng saya Antar sampai sini? Saya antar sampai rumah aja ya?" Tawar supir ibu modis tadi merasa tidak enak menurunkan zera bukan di depan rumahnya melainkan di gapura kampung rumahnya.

"Gpp pak, terima kasih ya pak. Tenang aja nanti saya suruh orang buat angkat ini. Bapak berangkat aja siapa tahu Tante tadi butuh bapak" kata zera.

"ya sudah, bapak pamit. Assalamualaikum" kata supir itu pamit.

"Waalaikumsalam" kata zera. Supir itu masuk ke dalam mobil lalu pergi meninggalkan zera dan barang bawaan beserta sepedanya.

Setelah mobil itu sudah jauh, zera menghela nafasnya menatap lukanya.

"Bahaya kalau ini sampai tahu ibu" guman zera. Melepaskan perban di lukanya dan membuangnya ke tempat sampah sana.

"Ish.. sakit juga" gumamnya. mengangkat barang itu, mengangitkan ke sepeda, menaiki sepedanya dan lalu pergi ke rumahnya. Bersikap biasa saja meski perih setengah mati di lengannya.

Kring!! Kring!!

Zera sampai di depan warungnya. Mbak Yanti. Pegawai ibu zera langsung membantu zera menurunkan barang yang dibeli dari pasar. Zera turun dari sepeda, memarkirkan sepedanya dan masuk ke warung ibunya yang lumayan rame.

"Kak Lala(Rara)! Sini Dodo gambal ini" seru bocil yang tengah duduk disana. Zera menghampiri bocil itu untuk melihat gambarannya.

Bocil ini namanya Edo. Anaknya Mbak Yanti. Umurnya 4 tahun. Bocil cadel, yang suka bawa tas kemana-mana. Padahal isinya cuman buku gambar dan pensil warna.

"Ini gambar apa do?" Tanya zera bingung dengan gambaran Edo.

"Jelangkung itu, Bu es jeruk sama makan kayak biasanya" jawab Risa tiba-tiba nimbrung dan duduk didekat Edo.

"Ini bukan jelangkung ini Edo," kata kesal Edo.

"Panas banget cuy," gerahnya sambil buka jaketnya.

"Ih bau!" Seru Edo mencium bau keringat Risa.

"Enak aja, wangi gini dibilang bau" kata Risa tak terima.

"Gue setuju dengan Edo, Lo bau Bangs*t!" Kata zera menutup hidungnya. Edo pun pindah duduk ke samping zera.

"Hehe.. ya maap orang dari kampus,"

Tak lama Mbak Yanti mengantarkan makanan Risa dan setelah itu balik lagi ke dapur.

"Makan dulu guys," kata Risa dan langsung melahap makanannya.

"Jelangkung itu apa?" Tanya Edo sambil gambar.

"Jelangkung itu sebutan untuk orang yang baik dan ganteng. Kayak Edo" jelas Risa bohong.

"Sesat Lo" maki zera kesal. Risa tertawa kecil sambil makan.

"Jadi begini do,.. bener kata kak Sasa itu. Kalau kamu liat cowok yang ganteng baik panggil aja om jelangkung" tambah zera. Kedua cewek itu tertawa sedangkan Edo mengangguk bingung melihat kedua kakaknya itu.

"Sasa... Rara... Ngajarin adiknya yang bener!" Seru Bu Dewi. Ibunya zera yang menguping pembicaraan keduanya.

**bersambung...

mohon ditunggu revisi selanjutnya...

jangan lupa untuk share, like, dan vote dan juga komentar.. hehe.. biar semangat nih author**..

Terpopuler

Comments

d'Nadia¿ "EROR" -/ Server EN*

d'Nadia¿ "EROR" -/ Server EN*

Hahahaha, ada ada aja. kakaknya ngajarin adiknya kek ngono, terlalu sesat nih🤣

2023-03-17

1

𒁍⃝Ғνᷤcͣκᷜɪͭиͥʙ⨻ꚃтʌʀÐ︎᚛➢

𒁍⃝Ғνᷤcͣκᷜɪͭиͥʙ⨻ꚃтʌʀÐ︎᚛➢

🥀🌺Aku Mampir Nanti Aku Baca🌺🥀

2023-03-16

1

bagus banget semangat terus kak

2023-03-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!