Bab 7 Xavier

Pemuda yang menggebrak meja itu adalah Xavier, dia adalah pemuda yang sangat ditakuti di SMA Cendana, dan merupakan Ketua gang Allstar. Xavier begitu emosi ketika Kiara yang pergi tanpa meminta maaf kepada dirinya.

Kiara menatap malas ke arah Xavier, "Ada apa lagi?" Kiara tak menghiraukan tatapan tajam dari pemuda di depannya ini.

"Kau!" Xavier menarik tangan Kiara menuju lantai atas, Dia menarik tangan Kiara dengan kasar.

Orang-orang yang melihat itu hanya bisa menatap sendu, mereka tak berani mencegah pria tampan itu. Mereka takut berurusan dengan Xavier yang terkenal menyeramkan.

Bruk!

Tubuh Kiara dilempar ke sofa empuk yang berada di ruangan ini, Xavier mendekat dan memperlihatkan wajah yang menyeramkan. Xavier mencoba menakuti Kiara dengan tatapan yang sering dipake untuk menakuti lawannya. Namun hal tersebut nyatanya tidak membuat seorang Kiara takut.

Bugh!

Kiara menendang masa depan Xavier ketika dirinya sangat dekat dengan Xavier, Kiara juga bisa menebak jika seseorang yang didepannya ini adalah seorang Casanova.

"Aku tak takut Casanova!" Ucap Kiara yang kemudian meninggalkan Xavier yang telah menahan emosi itu.

Jika saja ada orang yang melihatnya tadi, dia akan sangat malu. Xavier seseorang yang mendapat julukan serigala Kutub itu tak bisa membuat gadis seperti Kiara takut seperti lainnya.

"Sial!" makinya.

Kiara melihat banyak orang-orang yang memperhatikannya, mereka tahu jika seseorang yang telah di bawa ke lantai atas itu akan disiksa oleh Xavier. Namun mereka melihat Kiara yang datang dengan keadaan baik-baik saja.

"Kau hebat!" Ucap seseorang dari arah belakang Kiara.

"Maksudnya?" Kiara tak mengerti

"Hanya kau yang berani menentang serigalanya Cendana, banyak yang takut kepada pria itu. Selamat atas keberhasilan mu." Perempuan itu menepuk pundak Kiara.

Perempuan itu meninggalkan Kiara dengan bingung," Apa dia sangat menakutkan?" Kiara mengingat dirinya yang menendang masa depannya Xavier itu.

Tring!

Tring!

Kiara meninggalkan Sekolah menggunakan motor sportnya, dia melajukan motornya ke arah pemakaman. Kiara menuju pemakaman sang nenek.

Kiara menatap sendu ke arah pusara yang ada di depannya, dielusnya pusara itu dengan lembut. Dia kangen dengan sang nenek yang selalu memanjakannya.

"Nenek! kenapa kau jahat sekali? karena ulahmu aku menjadi sasaran kebencian dari ayah dan bunda. Entah kenapa aku merasa seperti bukan anak kandung mereka." Kiara perlahan meneteskan air matanya.

Selama ini dia terlihat seperti wanita yang kuat. Namun disisi lain Kiara juga seorang manusia biasa yang memiliki kelemahan yang tidak dia tunjukan.

"Tidak bisakah engkau menengok cucumu yang cantik ini? aku sudah jadi anak yang kuat nek, aku bukan lagi Princess yang selalu bermanja-manja." Kiara meletakan bunga Lily.

Kiara melanjutkan perjalanannya ke danau yang sering dikunjunginya. Sudah 2 tahun dia tak mengunjungi danau itu. Di danau itu juga dia bertemu anak kecil yang memberikan kalung love kepadanya.

****

Xavier memukul meja yang ada di kamarnya dengan keras, dia merasa terhina karena ulah Kiara. Xavier merasa harga dirinya sebagai pria dan ketua gang itu di injak-injak oleh Kiara.

"Kak! Aku tidak konsen belajar karena mu!" Xavir memarahi Xavier.

"Pergi! aku belum mau berkelahi denganmu!" Xavier mendudukkan dirinya di sofa.

"Kamu kenapa lagi sih? ada masalah sama anak Walk Pilston lagi?" Xavir tahu jika kakaknya selalu berurusan dengan anak Walk Pilston.

"Juniorku ditendang oleh perempuan gila!" Jawabnya yang membuat Xavir tersenyum senang.

"Baru kali ini ada perempuan yang tidak menyukai junior mu, dia sangat hebat! aku harus mengapresiasi dirinya." Ucap Xavir yang membuat Xavier meradang.

"Aku tak suka bertengkar denganmu lagi Xavir!" Xavier menutup matanya agar bisa melupakan kejadian hari ini.

"Aku semakin penasaran dengan gadis itu, Kalau aku menyamar sebagai dirimu boleh nggak?" Xavir tertarik dengan gadis yang tidak takut dan terpesona kepada saudara kembarnya ini.

"Boleh!" Xavier masih malas ketemu dengan Kiara.

Xavier dan Xavir adalah saudara kembar, mereka sangat mirip. Dari segi apapun mereka Mirip, mulai dari hidung, kulit, tinggi, berat, semuanya mirip, Kecuali kornea mata. Xavir memiliki kornea mata hijau, sedangkan Xavier memiliki kornea mata berwarna biru terang.

"Nanti aku akan menggunakan softlens biru," Ucapnya sambil berjalan keluar kamar.

Anira dari tadi menunggu Anita, dia sudah menunggu selama 1 jam di depan gerbang Sekolah. Anira beberapa kali mengumpat karena tak melihat sang bunda.

"Bunda kemana sih! udah jam 3," Anira menoleh kesana kemari.

Brum!

Motor Sport hitam kini berhenti tepat di depan muka Anira, pria itu melepas helmnya. Pria terlihat tampan dan juga keren.

"Sendirian aja? mau dianterin?" Pria itu menawarkan untuk mengantar Anira.

"Aku lagi nungguin bunda," Jawab Anira ketus.

"Udah sore, lagian sekolah juga udah sepi. Yakin nggak mau dianterin? disekitaran sini berkeliaran para begal." Ucapnya menakuti Anira.

"Begal? dimana?" Anira nyatanya takut dengan begal.

"Iya, mereka suka merampok atau menyentuh korban jika korbannya perempuan." jawabnya sambil menatap ke arah depan.

"Aku mau! kamu bukan orang jahat kan?" Anita takut kalau pemuda di depannya ini orang jahat.

"Aku terlihat seperti penjahat?" Ardian melemparkan pertanyaan kepada gadis yang saat ini diboncengnya.

Hening, pertanyaan Ardian tak dijawab oleh Anira, gadis itu tertidur. Ardian menikmati perjalanan itu dengan seorang gadis. Dia tidak membangunkan Anira.

"Kenapa tidak membangunkan ku? kau sengaja?" Anira mengusap matanya agar bisa melihat jalanan dengan jelas.

"Nggak enak bangunin cewek cantik sepertimu," Ucapnya jujur.

"Kamu tahu kediaman Arkana?" Anira bertanya kepada Ardian.

"Iya, kenapa?"

"Aku tinggal disana,"

Ardian melajukan motornya menuju kediaman Arkana, dia tidak menyangka perempuan yang diboncengnya adalah orang yang terpandang. Mereka tidak cukup asing dengan keluarga Arkana.

Anira turun dari motor sport milik Ardian, dia juga tak lupa berterima kasih kepada Ardian karena telah mengantarnya pulang dengan selamat.

"Siapa?" tanya Anita yang sedari tadi melihat kedatangan Anira bersama pria asing.

"Nggak tahu Bun, aku juga baru ketemu dia." Anira memasuki rumah megah itu.

Dari ruang keluarga terdengar suara pertengkaran dari dua manusia yang berbeda usia itu. Dimas memarahi Kiara karena baru pulang dari sekolah. Kiara sampe duluan dari Anira.

"Anak kesayanganmu juga baru pulang! jangan mengurusi ku! KAU BUKAN SIAPA-SIAPA!" Kiara meninggalkan Dimas yang masih mengomel.

Bukankah aku ini ayahnya? kenapa dia bersikap seolah-olah aku bukan ayahnya? aku berusaha menerimanya, tapi dia malah memperlakukanku seperti itu! dasar ANAK DURHAKA! batin Dimas.

"Kenapa baru pulang sayang?" Dimas berbicara lembut kepada Anira.

"Bunda lupa jemput, jadinya aku pulang lama deh." jawabnya lesu.

"Maafin bunda ya sayang, bunda tadi ke acara reunian." Anita meminta maaf kepada Anira.

"Nggak papa ko bund," Ucapnya yang kemudian meninggalkan Anita dan Dimas.

"Lihat! Kiara tidak mempunyai sopan santun, tak seperti Anira yang selalu sopan kepada Kita. Aku heran kenapa sampe bisa melahirkannya." Ucap Anita.

"Aku bukan anak kalian!" Suara dingin itu membuat Anita dan Dimas terkejut.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!