My Blacklist Man

My Blacklist Man

Korban Salah Sasaran

Sepasang mata lentik tampak mengerjap beberapa kali, netranya memindai tempat yang kini di tempati. Sebuah kamar megah disertai beberapa perabotan mewah menyapa indranya untuk pertama kali.

"Di mana ini?"

Dia berusaha untuk bangun tapi tubuhnya terasa sulit saat digerakkan.

''Kenapa aku diikat seperti ini?"

''Siapa yang melakukannya?"

Bermaksud berteriak tetapi gagal, suaranya hanya tertahan di rongga mulut.

"Hemmmm...."

"Hemmmm...."

Dialah Fania Larissa, wanita berusia 22 tahun yang menjadi korban penculikan salah sasaran. Dia sendiri tidak tahu bagaimana bisa berada di tempat ini. Ingatan terakhirnya, dia tengah menjalankan pekerjaan sebagai petugas Wedding Organizer di pernikahan putri Bramasta Haydar pengusaha kaya ternama di negeri ini. Waktu itu dia berusaha menyelamatkan diri dari kubangan asap tebal, kemudian ada seorang misterius yang menghampirinya yang mengaku sebagai anak buah pemilik acara, lalu dia tidak ingat apapun setelahnya.

Wanita itu terus berteriak diiringi gerakan intens dari tubuhnya yang berusaha melepas ikatan pada tangan dan kakinya. Posisinya yang berbaring sangat tidak menguntungkan bagi usahanya.

''Sialan! Kenapa ikatannya kencang sekali," umpatnya dalam hati.

Dia terus menggerakkan tangan hingga membekas kemerahan pada pergelangan tangan tersebut.

''Ya Tuhan ... aku di mana ini? Siapa yang melakukan ini padaku?"

Air matanya mengalir begitu saja tanpa bisa dicegah.

Suara deritan pintu mengalihkan perhatian gadis itu, kemudian disusul suara derap langkah kaki yang berasal dari sepatu mahal. Seorang pria berjas rapi tengah menyeringai ke arahnya.

''Hallo, Nona Manis. Kita bertemu lagi."

Dialah Angelo Nikki Hayden, pria berusia 40 tahun yang diselimuti dendam masa lalu atas kematian kedua orang tuanya puluhan tahun silam. Dia sangat berambisi untuk membalaskan dendamnya pada sosok Bramasta Haydar melalui putrinya.

''Siapa dia?"

Suara berat yang begitu lembut menusuk mampu membuat Fania bertanya-tanya dalam hati.

Angelo masih mengira jika wanita yang terbaring di ranjangnya adalah seseorang yang tengah diincar, karena wajahnya tidak terlihat jelas akibat helaian rambut yang menutupi.

Fania terus berteriak di balik perekat yang melekat pada mulutnya sebagai isyarat minta dilepaskan.

"Kau ingin benda itu lepas dari mulutmu?" tanya Angelo.

Fania mengangguk cepat.

"Baiklah, aku juga tidak sabar mendengar desahanmu, Nona Manis," bisiknya dengan nada sensual.

''Apa maksudnya?" Fania berbisik dalam hati.

"Panas, kenapa tubuhku merasa aneh?"

''Panas...."

''Apa pendingin ruangannya mati?"

Wanita itu mulai menggeliat gelisah akibat perasaan aneh yang tiba-tiba menjalar pada tubuhnya.

"Aakkh!" teriaknya kesakitan ketika perekat itu ditarik dengan kasar.

''Tolong, aku ... Panas," rintih wanita itu sangat mirip dengan suara *******.

Angelo memejamkan mata menikmati alunan merdu yang keluar dari mulutnya.

''Aku tidak sabar menghabiskan malam denganmu, Non--" Ucapannya terhenti ketika tangannya berhasil menyibak helaian rambut itu.

Matanya terbelalak sempurna ketika perempuan yang ada di hadapannya bukanlah target incarannya.

''Siapa kau?!"

''Mestinya, aku yang bertanya seperti itu," jawab Fani dengan lemah.

Dia mati-matian berusaha menahan gelombang gair*h yang melanda dirinya.

''Panas, tolong ... Panas.''

''Di mana nona manisku?" Pria itu mengeram kesal dengan mata memerah.

''Tolong, panas ... aku butuh sesuatu."

Fania tidak fokus lagi dengan pertanyaan pria di depannya. Badannya terus menggeliat seperti cacing kepanasan yang terlihat sangat erotis di mata Angelo.

''S***! Kenapa dia sangat menggoda?" Angelo resah sendiri melihat pergerakan wanita itu.

Karena tidak ingin tergoda, dia memilih pergi meninggalkan wanita itu. Namun, langkahnya harus terhenti ketika mendengar bunyi keras benda jatuh yang membuat pria itu segera berbalik.

Matanya terbelalak ketika mendapati wanita itu tergolek tak berdaya di sisi tempat tidur dengan posisi tengkurap. Angelo segera menghampiri untuk melepas ikatan tangannya, lalu membalikkan tubuh wanita itu.

''Aku salah target. Maaf telah menjadikanmu seperti ini," ucapnya penuh rasa bersalah.

Seburuk-buruknya ia. Dia masih memiliki hati nurani. Dia hanya akan berbuat jahat pada orang-orang yang bermasalah dengannya.

''Panas, aku mohon bantu aku...."

"Panas...."

Tangan yang terbebas membuat Fania tanpa sadar membuka kancing kebayanya hingga memperlihatkan tubuh bagian depannya.

Bohong jika Ello tidak tertarik. Dia pria normal, melihat gerakannya di atas tempat tidur saja, sudah membangkitkan sesuatu yang lain dalam dirinya. Apalagi, ini ... Kucing mana yang akan menolak jika disuguhi ikan asin.

Tarikan tangan lembut pada lehernya berhasil menarik paksa kesadarannya. Belum sempat menghindar, bibirnya sudah dibungkam oleh bibir wanita itu.

Ello hanya pasrah mengikuti nalurinya untuk menghindar pun percuma. Kepalang tanggung, dia layani saja keinginan wanita itu. Toh, dia juga yang menyebabkan wanita itu seperti sekarang ini.

''Aku harap kau tidak menyesal, Nona," lirihnya dengan suara serak.

...----------------...

Fania mengerjap beberapa kali karena sinar terang menyeruak dari celah tirai yang menimpa wajahnya. Entah kenapa tubuhnya terasa sangat lelah dan lemas. Berniat bangun tapi ada benda berat menimpa perutnya.

''Apa ini?"

Dia mencoba meraba benda itu, matanya terbelalak ketika mengetahui jika itu sebuah tangan. Dia segera berbalik, di dapatinya seorang pria tengah tertidur lelap di sisinya dengan kondisi tak tertutup sehelai benangpun, hanya selimut tebal yang membungkus tubuh mereka.

''Aarrrgggg ... Siapa kamu?! Apa yang telah kau lakukan? Kamu jahat!" teriaknya lantang sembari memukul dada pria itu bertubi-tubi.

Angelo yang merasa terganggu terpaksa membuka mata meski masih terasa berat.

''Bisa tidak, kau tidak mengganggu? Aku lelah karena melayanimu sampai pagi," gerutunya dengan kesal, kemudian berbalik membelakangi.

"Apa katamu?!" tanya Fania dengan mata melotot sempurna.

"Dasar pria kurang****! Kau kira aku perempuan apa, hah!" Dia kembali memukuli punggung kekar itu bertubi-tubi.

Air mata mengalir deras ketika mendapati kenyataan bahwa dia sudah tidak suci lagi. Sesuatu yang ia jaga mati-matian telah direnggut oleh pria tak dikenal. Kekesalannya semakin bertambah ketika pria itu mengacuhkannya. Tak ingin terlalu kecewa, Fania berniat bangun dengan menarik paksa selimut yang digunakan untuk menutupi tubuh mereka. Hatinya semakin teriris kala mendapati noda merah pada sprei putih itu.

''Ini semua gara-gara kau!" makinya dalam hati.

Berbagai umpatan keluar begitu saja dari mulutnya. Dia benar-benar merasa seperti wanita yang haus belaian.

''Sebaiknya, aku segera pergi sebelum aku diterkam pria sialan ini lagi," batinnya.

Baru saja hendak melangkah tapi harus terhenti lagi ketika merasakan perih luar biasa pada inti tubuhnya. Dengan tertatih dan berpegang pada setiap benda yang ditemui, Fania menuju kamar mandi yang juga berada di kamar itu. Tak lupa dia juga memungut bajunya yang teronggok mengenaskan di lantai.

Dengan berpegangan apapun yang bisa digapai, dia berusaha keras untuk sampai ke kamar mandi secepat mungkin. Jarak pintu yang beberapa meter saja serasa seperti puluhan kilometer akibat rasa sakit yang mendera.

Dia memekik kencang ketika tubuhnya tiba-tiba melayang dalam gendongan seseorang. Karena takut terjatuh, tangannya refleks mengalung pada leher pria itu.

Fania memilih memalingkan wajah ketika pria itu menatap intens kearahnya. Dia akan selalu mengingat-ingat jika wajah ini akan masuk ke dalam daftar hitam pria idamannya.

''Kalau tidak bisa, minta bantuan. Gak usah sok kuat," ujarnya santai.

''Kamu!" sahut Fania tidak terima.

''Apa?"

Fania mengatupkan mulutnya rapat-rapat demi menahan kekesalan dalam dadanya.

''Mandilah! Jika sudah panggil aku lagi," kata Ello dengan mendudukkan tubuh wanita itu di atas closed.

''Modus. Kau sengaja 'kan biar bisa pegang-pegang tubuhku lagi. Dasar pria hidung belang," balasnya dengan ketus.

Angelo hanya bisa menahan dongkol saat mendengar julukan yang disematkan padanya. Seandainya, yang ada dihadapannya ini seorang pria mungkin dia sudah menghajar habis-habisan.

''Mandilah!"

Angelo memilih keluar daripada meladeni kekesalan wanita itu.

Fania melempar apapun yang berada dalam jangkauannya hingga mengenai pintu yang tertutup sebagai pelampiasan amarah. Dia tidak peduli jika pria itu akan marah, bahkan mengamuk karena ulahnya.

Yang jelas, saat ini dia benar-benar kesal, dia benci dengan tubuhnya, dia benci hidupnya. Seandainya dia mempunyai kuku runcing dan tajam. Ingin rasanya, dia mencabik-cabik tubuh kekar itu hingga tak berbetuk, lalu melemparkan ke laut untuk dijadikan santapan para hiu di sana.

''Pria baj*****!''

Tiada kata lain keluar dari mulut Fania kecuali umpatan, cacian dan makian.

''Bagaimana jika aku hamil?"

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!