Pagi hari di rumah Ryu.
Ryu baru saja selesai mandi.
“Ryu ini kemejanya, udah ibu setrika biar rapi dan wangi supaya anak ibu beruntung di hari pertama magangnya.” Anita menggantung kemeja berwarna putih di tembok.
“Ibu juga udah memasak nasi goreng spesial pakai telur mata sapi dua nih, khusus buat Ryu, ayah nggak usah.”
Ryu mendekat ke meja makan, sepiring nasi goreng sudah tersaji, baunya sangat harum membuat Ryu seketika lapar.
Ryu memeluk ibunya, “Terima kasih ya Bu.”
“Sama-sama nak.” Anita mengelus punggung Ryu.
“Wah.. ayah iri loh ini.” Toni keluar dari kamar.
“Semalam ayah pulang jam berapa?” tanya Ryu sedikit ketus.
“Jam sebelas malam, kenapa? Kangen ya sama ayah?” canda Toni.
“Lain kali jangan pulang malam-malam Yah, nggak enak dilihat tetangga.” Ryu mencari alasan yang masuk akal untuk membuat ayahnya tidak pulang terlambat karena menurutnya saat ayahnya pulang terlambat bisa saja dia sedang berselingkuh.
“Duh.. anak ayah sekarang jadi over protektif nih sama ayah. Hehe..” Toni mengacak-acak rambut Ryu. Toni merasa sikap Ryu begitu manis padanya, padahal sebaliknya hal itu adalah bentuk ketidak percayaan Ryu pada Toni,
Ryu diam saja tidak memberi respon pada ayahnya.
“Ayah mandi dulu, ayah antar kamu ke tempat magang.” Toni masuk ke kamar mandi.
“Buruan makan, keburu dingin.” Anita meminta Ryu untuk segera makan.
......................
“Sukses untuk hari pertama magang dan seterusnya ya Ryu.” Toni memberi semangat pada Ryu saat mobil taksi yang dia kendari sudah sampai di depan gedung Equalitsm.
“Iya Yah, terima kasih. Kalau ayah pulang terlambat hubungi aku ya.” Ryu mencium tangan ayahnya lalu keluar dari mobil.
Ryu menatap gedung kantor Equalitsm, kenangan masa lalunya muncul. Masa-masa susah dan senang bercampur, rasanya sedikit aneh, kali ini dia hanya menjadi pegawai magang saja.
"Lihat saja aku bakal merubah nasibku di kehidupan kali ini. Aku akan melakukan segala cara untuk mengalahkan Hans Berlin. Aku akan membalas dendam masa laluku!" semangat membara Ryu membawanya mantap melangkahkan kaki ke gedung kantor Equalitsm.
"Maaf boleh lihat kartu identitasnya?" tanya staf penjaga keamanan.
Ryu ditahan di pintu gerbang kantor Equalitsm. Ryu mengeluarkan kartu mahasiswanya.
"Oh.. rupanya anak magang. Sebentar ya saya carikan dulu kartu pegawai magangnya." Staf penjaga keamanan mencari kartu yang dimaksud di dalam pos jaganya.
“Ini kartu identitasnya, mohon selalu dipakai ya. Nanti setelah masuk gedung tunggu dulu di lobby, staf HRD akan menemui semua anak magang pukul delapan.” jelas Staf penjaga keamanan.
“Baik Pak, terima kasih.” Ryu mengalungkan tanda pengenalnya.
“Lihat saja aku bakal jadi anak magang paling legendaris di Equalitsm! Anak magang yang akan mengambil alih Equalitsm. “ gumam Ryu sambil berjalan masuk ke dalam gedung.
......................
Satu minggu berlalu.
Ryu tidak diberikan pekerjaan yang berarti. Dia hanya diminta fotokopi dokumen, mengirim dokumen ke divisi lain, membuat kopi dan lainnya. Benar-benar jauh dari bayangannya.
‘Gimana aku bisa menarik perhatian Bapak Tan Berlin kalau pekerjaanku cuman disuruh foto kopi doang?’ keluh Ryu dalam hati.
Ryu sedang menunggu dokumen untuk meeting keluar dari mesin foto kopi.
“Ryu?” panggil salah seorang karyawan.
“Iya Pak?”
“Dokumennya udah belum? Lama banget sih?”
“Sebentar lagi selesai Pak.” jawab Ryu.
“Nanti antar ke ruang meeting di lantai empat ya.” karyawan itu pergi begitu saja.
“Cuman jadi k*cung nih, nasib! Padahal jabatanku di kehidupan sebelumnya sangat penting untuk perusahaan ini.” keluh Ryu sambil menata dokumen di meja.
Ryu membawa dokumen bahan meeting ke lantai empat, dia masuk ke ruang meeting.
Ryu membelalakkan mata, dia akhirnya bisa melihat secara langsung sosok Tan Berlin.
“Sst.. sini.” seorang karyawan memanggil Ryu. Ryu kaget, dia berlari kecil menuju karyawan itu namun naas dia tersandung kabel mikrofon.
Ryu jatuh, dokumen bertebaran dimana-mana. Semua mata tertuju pada Ryu yang sedang memungut dokumen.
“Ma.. af..” Ryu merasa sangat malu, dia menyerahkan dokumen ke karyawan yang menyuruhnya lalu cepat-cepat pergi dari ruangan itu karena malu.
Tan memperhatikan Ryu, “Siapa dia?” tanya Tan pada Felix.
“Anak magang pak.” jawab Felix. Pada tahun 2008 ini jabatan Felix sebagai kepala perencana bisnis.
......................
Ryu pergi ke rooftop gedung untuk mencari udara segar.
“Hah.. giliran ada kesempatan buat bertemu bapak Tan Berlin malah melakukan hal yang bodoh! Dasar Ryu!” Ryu memukul-mukul kepalanya karena kesal terhadap dirinya sendiri.
“Gimana caranya aku bisa menarik perhatiannya?” Ryu memikirkan hal itu sepanjang hari, hingga sampai di rumah pun dia masih memikirkannya.
“Ryu?” Anita menepuk bahu Ryu.
“Eh? Iya bu? Kenapa?” tanya Ryu yang baru saja tersadar dari lamunannya.
“Kamu tuh kenapa? Sejak tadi melamun. Apa pekerjaanmu di tempat kerja berat?” tanya Anita sambil memasak.
“Hah.. boro-boro bu, cuman disuruh foto kopi dan bikin kopi.” Ryu membantu ibunya memilih kecambah.
Anita tersenyum. “Namanya juga anak magang Ryu. Dan kamu juga baru satu minggu kan, masih ada tiga minggu lagi, siapa tau besok kamu dapat pekerjaan yang lebih penting. Semangat dong!” Anita memang selalu berhasil membuat Ryu menjadi lebih semangat.
“Hehe.. iya bu.”
“Udah belum kecambahnya?” tanya Anita.
“Baru sedikit bu.”
“Nggak apa, sini.”
Ryu membawa baskom berisi kecambah untuk Aita.
“Minta tolong belikan ibu gula pasir ya Ryu, seperempat aja. Uangnya di atas televisi.” pinta Anita.
“Iya bu.” Ryu melihat uang di atas televisi, uang-uang receh. Ryu merasa miris, hidupnya memang menyedihkan sekali, uang yang mereka punya hanya cukup untuk membeli gula pasir seperempat.
Ryu mengambil semua uang receh di atas televisi lalu pergi ke warung tempat biasa dia berbelanja.
Ryu masih terpaku pada bungkusan gula pasir yang ada di tangannya, keadaan ekonomi keluarganya begitu menyedihkan saat ini.
“Ini bu.” Ryu memberikan gula pasir dan sisa uang pada ibunya.
“Sisa uangnya buat kamu aja.” kata Anita.
Ryu melirik tiga keping uang lima ratus rupiah itu. “Bu.. Ryu janji bakal bikin ibu bisa beli gula pasir satu ton kelak!”
Anita tersenyum mendengarnya. “Jangan Ryu, nanti ibu bisa diabetes. Malah bakal lebih mahal biaya rumah sakitnya daripada satu ton gula pasir.”
“Bu, aku serius nih!”
“Iya Ryu, amin. Ibu selalu berdoa kamu bisa menjadi orang sukses, sehat dan bahagia.” Anita mengelus rambut Ryu.
Ryu merasa senang bisa kembali merasakan kelembutan hati ibunya. “Bu, jangan tinggalin Ryu ya apapun yang terjadi.”
“Iya Ryu! Kecuali ibu dipanggil oleh yang maha kuasa.”
“Hush.. ibu jangan bilang gitu dong!”
“Mandi sana bau asem!”
Ryu menuruti perintah ibunya.
Bersambung..
Jangan like, komen, klik favorit, beri nilai dan jejak lainnya karena dukungan kalian sangat berarti untuk novel ini dan author yang baru berjuang ikut lomba menulis di Noveltoon, terima kasih..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
p
buat apa cok 1 ton gula 🗿🗿
2023-03-04
2
Narno Narno
hajar terus Ryu .....,. wujudkan cita2 mu , lanjut Thor 👍
2023-03-03
0
Agusrita Wijayanti
semangat terus thor 💪🤗
2023-02-26
0