Kringgg ....
Ellen merenggangkan badannya yang terasa lelah setelah jam pelajaran ke-7 selesai.
Begitu pula dengan anak-anak, mereka bergegas pergi keluar kelas untuk pergi ke kantin.
Dika menoleh ke belakang, menatap Ellen yang masih membereskan buku-bukunya, dan menyiapkan buku untuk pelajaran selanjutnya.
"Lo gak pergi ke kantin? Kayaknya suasana anak-anak lagi suram gara-gara lo marah tadi. Lo gak mau membaur sama mereka?" tanya Dika, terlihat cukup perhatian kepada Ellen.
Ellen hanya menggelengkan kepalanya pelan dan menyandarkan kepalanya di meja, menutupi wajahnya dengan buku dan memejamkan matanya, untuk pergi tidur.
Dika menggidikkan tahunya tak acuh dan bangkit dari tempat duduknya. Dia berjalan mendekati Andre, dan membuat lelaki itu memandangnya.
"Apa?" tanya Andre, saat Dika memandangnya dengan tatapan serius dan cukup lama.
"Lo gak mau ke kantin?" tanya Dika, dengan nada bersahabat.
Tidak seperti tadi, kali ini Dika terlihat cukup baik sebagai teman. Dan ternyata lelaki itu cukup ramah padanya.
"Lo ajak gue ke kantin??" tanya Andre, menunjuk dirinya sendiri. Memamerkan ekspresi wajah tidak percaya kepada ajakkan Dika ini.
Dika menganggukkan kepalanya, menatap Andre dengan tatapan bingung. Karena lelaki itu seperti terlihat sangat senang saat seseorang mengajaknya keluar bersama.
Ellen membuka buku yang menutupi wajahnya, memperhatikan kedua lelaki yang ada di hadapannya dengan senyuman manis.
"Belikan gue susu coklat, ya? Lapar juga gue," celetuk Ellen, menarik punggungnya ke belakang, kembali duduk dengan tegak sambil melihat dua anak lelaki yang memandangnya.
"Kalau mau makan, ya lo ikut kita aja. Lagian anak-anak juga pasti lagi cariin lo di sana. Lo kan gak pernah absen sama makanan kantin. Mumpung gratis nih. Banyak laut yang enak hari ini. Yakin enggak mau makan nasi?" ucap Dika, mendekat padanya dengan kedua alis yang terus naik-turun, seraya menggoda kesabaran Ellen.
Ellen memutar bola matanya malas dan bangkit dari tempat duduknya, berjalan terlebih dahulu keluar kelas diikuti dengan Dika dan Andre.
Sesampainya mereka di kantin, Ellen malas disuguhkan dengan pekerjaan yang menumpuk. Karena ada tiga orang anak kelasnya yang bertengkar dengan anak kelas IPS. Terlebih lagi, anak-anak itu adalah kakak kelas mereka.
Dika dan Andre spontan melihat ke arah Ellen yang baru saja menghela napas kasar dengan bunyi yang cukup lantang.
"Sabar ... sabar ... orang sabar di sayang pacar sama Tuhan. Kalau lo enggak sabar, nanti gue yang sayang! Mau lo gue sosor pake congor gue?!" celetuk Dika, membuat telunjuk Ellen mengarah pada keningnya, akan mendorong kening lelaki itu dengan pelan.
Dika hanya tertawa saat kepalanya di toyor seperti itu oleh Ellen. Dia bahkan tidak marah, dan malah mengikuti langkah Ellen yang berjalan pergi mendekati anak-anak kelasnya, yang tengah ribut di tengah kantin.
"Woi udah-udah, kenapa pada bertengkar si–" Duak ....
Ellen yang bahkan baru masuk di tengah-tengah pertengkaran itu, langsung mendapatkan serangan dari salah satu siku anak-anak yang bertengkar di sana.
Baru masuk ke dalam keributan itu, tapi dia langsung tersentak mundur dan membuat teman-temannya panik, saat melihat Ellen tersungkur di atas lantai dengan posisi terduduk, dengan tangan kiri yang sudah memegang hidungnya.
"Len, lo gak papa?!" teriak Andre, saking terkejutnya melihat Ellen yang jatuh tepat di bawah kakinya.
Tanpa sadar, sentakkan dari suara Andre yang berat, membuat keributan 6 orang itu terselesaikan dengan mudah.
Ya, siapa yang tidak terkejut mendengar suara sebesar itu berteriak dengan suara yang cukup lantang.
Mangkanya, hampir semua orang yang ada di kantin, bahkan melihat ke arahnya dengan tatapan beragam.
Tapi yang jelas, tiga anak dari kelas mereka, yang tadinya bertengkar. Langsung menghampiri Ellen dan menatapnya dengan panik.
"Idung lo berdarah!!" teriak Elma, panik melihat hidung Ellen yang mengeluarkan darah cukup banyak sampai membasahi celah jemarinya yang menutupi sebagian wajah, bagian bawahnya.
"Huee ... sorry, Len. Gue gak sengaja!" seru seorang kakak kelas, yang bertengkar bersama dengan 3 orang dari kelas Ellen tadi, setelah mendapati siku bagian kirinya, terdapat bercak darah yang cukup banyak.
Elma, Lora dan Sia yang mendapati perkataan itu, langsung kembali bangun dan menghajar kakak kelas itu kembali.
Membuat keributan gelombang kedua terjadi. Bahkan lebih heboh dari yang pertama. Karena tiga orang perempuan yang berasal dari kelas Ellen, terus berteriak kepada kakak kelas mereka dengan suara yang kencang.
Ellen yang kesakitan, akhirnya tidak bisa melerai pertengkaran teman-temannya. Tapi dia memilih untuk mencubit tiga kaki teman-temannya, sampai mereka terduduk dan kesakitan.
"Anjirrr ... ngapain lo cubit-cubit gue, gila ya lo, Len! Kita lagi sibuk bela lo. Tapi lo malah nusuk kita dari belakang? Memang dasar teman, gak pernah sadar diri!" celetuk Sia, sok memelas dengan terus menggosok betisnya yang sakit.
Andre hanya diam di tempatnya dengan posisi setengah membungkuk, karena tadi, dia ingin membantu Ellen. Tapi gadis itu malah mengambil tindakan lebih dulu untuk teman-temannya, game membuat keributan konyol di sana.
Tiga orang teman Ellen terus memprotes Ellen karena dia mencubit kaki mereka sampai terasa benar-benar sakit dan memerah.
Tapi yang dilakukan Ellen malah tertawa terbahak-bahak, seakan menertawakan penderitaan teman-temannya.
Tapi karena hal itu, tiga orang teman perempuannya, yang tadi memprotes dirinya karena sikap tak tahu diri itu, kini malah ikut tertawa sambil menangis, sambil mengusap-usap betisnya juga.
Pemandangan yang benar-benar konyol untuk Andre. Tapi juga mengundang tawa untuknya, karena melihat kekonyolan empat orang teman perempuannya.
Dika yang dari tadi mengawasi, juga terlihat lebih tenang karena teman-temannya sudah terlihat akur walaupun ketua kelas mereka lagi-lagi kembali terluka.
"Hahh .. dasar strong woman," pekik Dika, mengundang perhatian Andre.
"Strong woman? Siapa? Ellen??" tanya Andre, dengan wajah lu goyang terlihat sangat polos.
Bahkan Dika sampai gemas melihat ekspresi wajah Andre saat ini. Mungkin jika Andre adalah perempuan, Dika sudah menghabisi pipinya.
"Iya, strong woman. Itu julukan Ellen dari anak-anak kelas. Hahh ... caranya memang kasar untuk mendisiplinkan kita. Tapi lo tahu enggak, kalau dia enggak pernah mau kita masuk ke dalam masalah yang lebih dalam?" tanya Dika, menatap lawan bicaranya dengan senyuman masam.
"Basipun, seandainya padi mereka bertiga tawuran pakai senjata tajam, kayak garpu atau pisau buat iris daging, misalnya! Ellen pasti tata pasang badan buat mereka, biar enggak dipanggil ke ruang BK! Hebat, kan? Walaupun lebih mirip kayak orang bego, tapi gue yang sekarang gak bisa ngomong apa-apa. Karena gue juga lagi ditolong sama dia setiap akhir semester terjadi!" ucap Dika, mengundang pertanyaan di kepala Andre.
"Setiap akhir semester?? Memang apa yang bisa dilakukan anak yatim piatu kayak Ellen, buat mereka-mereka yang punya aset di kehidupannya? Merasa atau enggak, tapi gue yakin penghormatan anak-anak kelas sama Ellen terlalu berlebihan. Pasti ada sesuatu yang terjadi di dalam kelas ini, kan?" batin Andre, mulai menebak-nebak apa itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments