...🌷🌷🌷...
"Ada apa dengan Aliza?" Gumam Qian heran. Dia hanya menatap kepergian Aliza dengan kening yang mengkerut.
Sementara itu, Aliza berjalan dengan langkah yang sengaja di percepat menuju kamarnya. Setelah sampai disana, dia langsung menutup kamarnya dan berdiri di balik pintu sambil menghela nafas panjang.
"Syukurlah Qian tidak mengikuti aku." Ucapnya lega.
Kriuuukkkkk......
Aliza meringis sambil memegang perutnya yang sejak tadi selalu mengeluarkan suara seakan seperti alarm yang mengingatkannya bahwa perutnya sudah sangat keroncongan.
Dia pun menatap piring di tangannya, lalu membawanya duduk di meja rias. Tanpa menunda waktu, dia pun makan dengan sangat lahap hingga makanan di piringnya tidak tersisa sedikitpun.
Tidak lama setelah dia makan. Aliza mendadak merasa dadanya terasa sangat sesak. Dia sampai meringis sakit seraya memegang dada bagian kirinya yang terasa sangat nyeri.
"Duh. Awwwwww. Sakit" lirih Aliza kesakitan.
Aliza lupa, dia memiliki penyakit Maag. Seharusnya sebelum makan dia harus meminum obat Maag terlebih dahulu, sebab dia juga terlambat makan pagi ini. Akibatnya, dia merasa kesakitan karena nyeri di dadanya.
"Ahh, astaga. Aku lupa membawa gelas air minum ku dibawah!" Aliza mendecah kesal. Dia pun mengambil obatnya lalu pergi.
Ketika dia hendak keluar dari kamarnya, dia hampir kaget karena Qian yang tiba-tiba sudah berdiri di depan pintu kamarnya seraya menyerahkan gelas berisi air putih.
"Air minumnya!" Ujar Qian sambil menyerahkan gelas itu ke hadapan Aliza.
Aliza tidak segera mengambilnya, dia hanya menatap Qian dengan wajah datar.
Lalu detik berikutnya, Aliza seraya nyeri di dadanya semakin sakit, lalu mengambil gelas itu dan langsung berbalik badan kembali masuk ke kamarnya. Tidak lupa, dia langsung menutup pintu kamarnya tanpa mengatakan apapun kepada Qian yang nampak masih setia berdiri di depan pintu kamarnya.
Tok.
Tok.
Tok.
Qian tidak ingin beranjak, sejenak setelah Aliza menutup pintu, Dia kembali mengetuk pintu.
Disaat Aliza masih setia di dalam kamarnya dan tidak berniat membuka pintu, Qian juga tidak mau berhenti dan terus mengetuk pintu, membuat Aliza merasa sangat terganggu.
"Ahhh. Ada apa dengan pria itu? Karena ulahnya, membuat aku sangat pusing" gerutu Aliza kesal. Lalu beranjak dari duduknya dan membuka pintu.
"Apa lagi?" Tanya Aliza ketus kala sudah membuka pintu.
"Boleh aku masuk?"
"Tidak boleh!" Larang Aliza yang langsung memasang kuda-kuda untuk menutup pintu kembali.
"Tunggu!" Qian mengangkat sebelah tangannya dan menyandarkannya ke pintu sebagai penghalang bagi Aliza untuk menutup pintunya kembali.
"Kenapa kamu marah? Apa salah ku? Apa karena kejadian semalam?" Tanya Qian langsung pada poin pembicaraannya.
Aliza terkejut bukan main. Dia menarik tangan Qian masuk ke dalam kamarnya sebelum ada yang mendengar perkataan Qian barusan. Takut. Itulah yang dia rasakan.
"Apa kamu sudah kehilangan akal? Bagaimana jika ada yang mendengarnya?"
"Ya, habis kamu gak mau aku masuk dan membicarakan semuanya, jadi aku tanya aja disaat didepan tadi." Jawab Qian yang memasang wajah tak berdosa.
Aliza sampai sakit kepala menghadapi sikap Qian yang sangat Sembrono ini. Masalahnya, dia bukan lagi kekasih yang setiap saat selalu di ajak bercanda. Namun statusnya sekarang, membuat hubungan Antara dia dan Qian menjadi sangat rumit dan dia sendiri menjadi sangat bingung harus bersikap seperti apa.
"Apa kamu tahu. Aku memikirkan semuanya hingga aku lupa makan. Kamu tahu bagaimana takutnya aku? Aku takut jika ayahmu tahu tentang kita, aku yakin, tidak hanya aku dan kamu yang dia hukum, tapi ibuku juga. Oh astaga, kenapa masalah selalu datang kepadaku?" Aliza sampai frustasi. Dia sangat cemas dan takut. Dia juga marah kepada Qian yang tanpa berpikir panjang menodai kesuciannya walaupun sebenarnya dia juga menikmatinya semalam.
"Sekarang bagaimana aku menghadapi semua ini?" Aliza berbicara dan masih terlihat sangat cemas. Sementara, Qian nampak menatap dingin ke arah Aliza.
"Apa dia tidak tahu. Aku bahkan berjuang setengah mati demi mempertahankan kewarasan ku demi kebahagiaan dia. Tapi dia hanya memikirkan ayah!" Gumam Qian kesal di dalam hatinya. Dia merasa kesal disaat Aliza lebih peduli kepada perasaan ayahnya dibandingkan dia yang selama ini menahan rasa cemburu setiap kali dia melihat ayahnya dan mantan pacarnya sedang bermesraan.
Namun, walaupun begitu, Qian juga sudah tahu bahwa Aliza menikahi ayahnya lantaran perjodohan yang tidak bisa di tolak. Dia mengetahuinya semalam setelah Aliza menceritakan semuanya kepadanya. Dia pun mengerti kecemasan Aliza, sebab ibunya yang masih sangat berharap bahwa hubungan pernikahan Aliza dan ayahnya berjalan dengan lancar.
"Aku tidak tahu harus berbuat apa Qian? Aku bingung!" Aliza sampai menangis menahan rasa cemas dan sedihnya jika sampai suaminya mengetahui hubungan ini.
"Aliza tenanglah!" Ujar Qian menenangkan Aliza.
"Aku minta maaf. Aku salah. Apa yang kamu inginkan sekarang?"
Aliza mengangkat wajahnya yang menunduk karena menangis sejak tadi.
"Aku ingin kita lupakan kejadian semalam. Aku mohon Qian! Lupakan aku dan tinggalkan kenangan antara kita. Aku tidak ingin lagi mengecewakan ayahmu. Dia adalah pria yang baik. Aku merasa sangat bersalah!" Pinta Aliza.
"Tapi. Bagaimana dengan perasaan kita? Kita saling mencintai Aliza!"
"Lupakan. Lupakan perasaan kita Qian. Apa kamu ingin membuat ayahmu kecewa? Bagaimana dia akan menerima semua ini jika dia tahu hubungan kita?"
Qian yang mendengar itu sedikit diam berpikir.
"Aku mohon Qian. Jika kamu mencintai aku, maka turuti ucapan ku. Jauhi aku Qian. Bersikaplah normal dan jangan pernah mengingatkan perasaan mu kepadaku lagi!" Pinta Aliza lagi seraya memohon dan memegang tangan Qian.
Qian menatap wajah Aliza dengan sangat dalam, "Baiklah Aliza. Jika itu mau mu maka aku akan menurutinya. Tapi berjanjilah jangan marah lagi!" Jawab Qian.
Aliza langsung tersenyum dan memeluk tubuh Qian, "Terimakasih Qian. Terimakasih atas pengertian mu."
"Berjanjilah kamu tidak akan mengulanginya lagi!" Aliza tersenyum seraya mengikat janji dengan jari kelingkingnya. Qian balas tersenyum dan menautkan kelingkingnya dan Aliza sebagai janjinya untuk Aliza.
Keesokan harinya.
Semuanya sudah kembali normal. Sesuai permintaan Aliza, Qian harus menjauhi Aliza. Dan Qian memang sudah melakukan itu untuk Aliza.
Setiap hari dia hanya menyapa Aliza sekedarnya tanpa bersikap berlebihan. Keduanya nampak berteman baik tanpa melewati batasan.
"Qian! Kamu sudah pulang? Makanlah, aku sudah menyiapkan makanan!" Ujar Aliza.
"Baik Ibu!" Jawab Qian sambil melangkah ke dapur.
Aliza tercengang kaget. Untuk pertama kalinya dia di panggil ibu oleh Qian, walaupun sedikit merasa aneh, namun dia bersyukur bahwa Qian memang sudah melupakan dia. Tentunya, dia tidak akan merasa khawatir lagi selagi Qian menjaga batasannya.
Sementara itu. Qian nampak menyunggingkan senyuman, "Maaf ibu ku tersayang. Sayangnya aku sudah terlanjur mencintai mu. Dan aku tidak akan memaksamu karena aku akan membuat kamu yang datang sendiri kepadaku tanpa aku memaksanya. Kita lihat saja, apa kamu tahan untuk tidak mencintaiku lagi? Kamu akan selalu menjadi milikku walaupun harus merahasiakan hubungan kita dan menjadi simpanan mu." Gumamnya di dalam hati seraya menyeringai licik.
Qian memang berjanji, namun dia tidak benar-benar menepatinya. Dia ingin memiliki Aliza walaupun harus menjadi simpanan.
.
.
.
Bersambung.
Jangan lupa untuk memberikan like dan komen ya ☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Anik Trisubekti
cinta yang rumit😄
2023-03-14
3
Boogiie_Mw
lanjut
2023-03-08
0
Adinda
wah,, begitu dalam cinta Qian untuk aliza 🥰
2023-03-01
4