...🥀🥀🥀...
Satu bulan telah berlalu begitu saja. Qian sudah memutuskan untuk melupakan Aliza.
Sejak sebulan terakhir ini pula dia menjauhi Aliza. Setiap kali mereka saling menatap, Qian buru-buru membuang muka. Sikap dinginnya merubah suasana yang dulu begitu ceria, kini menjadi sosok yang pendiam.
Di ruang tamu. Aliza nampak mencium punggung tangan suaminya, lalu menyerahkan tas hitam kerja milik Argan.
"Hati-hati di rumah sayang! Mas akan kembali setelah pekerjaan selesai" pamit Argan sambil mencium pucuk kepala Aliza dengan penuh kasih.
Diwaktu bersamaan, Qian masuk setelah pulang dari kegiatan di kampusnya. Dia lagi-lagi melihat kemesraan ayahnya Aliza yang membuatnya merasa sangat sakit.
"Qian!" Seru Argan kepada Qiandra.
Namun Qian tidak menggubrisnya, dia berjalan lurus dengan wajah datarnya menuju lantai atas tanpa memperdulikan teriakan Ayahnya.
Argan hendak menyusul, namun segera di tahan oleh Aliza.
"Mas! Sudahlah! Mungkin dia sedang lelah. Berikan dia waktu istirahat. Nanti aku akan berbicara kepadanya!" Ujar Aliza cepat.
Argan diam. Lalu detik berikutnya dia menurut, "Baiklah sayang. Kamu memang istriku yang terbaik!" Kembali Argan mencium bibir ranum Aliza tanpa permisi.
"Mas! Jangan seperti itu. Sebaiknya berangkatlah cepat! Mas akan terlambat jika seperti ini!"
"Sayang! Rasanya aku tidak ingin meninggalkan mu. Tapi aku janji akan segera kembali"
Aliza hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan suaminya. Argan pun pergi setelah memberikan kecupan hangat di kening Aliza.
Sementara itu. Qian yang berada di lantai atas menatap datar ke arah kedua orang itu.
Ya. Siapa lagi kalau bukan Aliza dan ayahnya?
Tidak lama. Qian pun pergi dari sana dan masuk ke dalam kamarnya. Sepanjang hari, dia selalu saja mengurung dirinya di dalam kamar. Keluar, jika hanya untuk makan malam saja.
Tok.
Tok.
Tok.
Qian yang hendak meletakan tasnya di atas meja, menoleh ke arah pintu setelah mendengar suara ketukan dari luar.
Dia membuka pintu, lalu sebuah netra bewarna coklat karamel juga ikut menatapnya.
"Ada apa?" Tanya Qian dengan wajah datar. Dan hampir tidak menunjukan ekspresi apapun.
"Qian! Aku ingin bicara!" Ujar Aliza ragu.
Qian diam tak menjawab, "Qian! Biarkan aku bicara! Boleh aku masuk?" Tanya Aliza lagi.
Qian masih tidak menjawab, tapi gerakan tangannya yang membuka pintu sedikit lebih lebar dan membuat Aliza sedikit lebih mengerti dan masuk begitu saja.
Aliza masuk kedalam kamar Qian. Namun langkah itu seolah sangat berat. Sesak sudah dadanya melihat fotonya bersama Qian terpasang dimana-mana.
Ini pertama kalinya dia masuk ke dalam Qian setelah selama ini saling acuh dan tidak saling bicara.
Sementara Argan, dia juga tidak pernah masuk ke kamar anaknya, sebab laki-laki dengan usia yang sudah dewasa itu hanya fokus bekerja selama ini. Karena itulah Argan tidak pernah mengetahui siapa kekasih anaknya tersebut.
"Apa yang ingin kamu bicarakan?" Tanya Qian dengan suara yang dingin.
Aliza seketika tersentak, dia menoleh kesisi kanannya dan menatap wajah Qian.
"Qian. Aku ingin bicara. mengenai hubungan ku bersama ayahmu, itu adalah yang terbaik. untuk itu, Lupakan aku! Aku tahu ini sangat berat! Tapi jangan pernah menunjukan sikap tidak sukamu kepada ayahmu! Dia tidak tahu hubungan kita. Aku juga tidak tahu harus menjelaskannya dari mana. Tapi, takdir kita sudah berbeda, maka aku harap kamu menjalani kehidupan yang lebih bahagia dari ini!"
Qian nampak menatap Aliza dengan sorot mata tajamnya.
"Jadi, kamu pikir aku tidak bahagia?" Tanya Qian tajam.
Langkah Qian yang berjalan mendekat dengan wajah menyeramkan, membuat Aliza menjadi gugup dan tanpa sadar langkah kakinya berjalan mundur kebelakang.
Qian terus melangkah mendekat, hingga tubuh Aliza berhenti menyentuh tembok. Hatinya mendadak tak karuan melihat wajah Qian yang terlihat berbeda.
"A-apa yang ingin kamu lakukan?" Tanya Aliza cemas. Gugup, itulah yang dia rasakan.
"Apa kamu pikir hidupku se-menyedihkan itu? Hingga kamu berpikir bahwa aku menderita karena pernikahan dan penghianatan mu?"
"Wanita seperti kamu tidak akan pernah ada di dalam hatiku lagi. Pergi!" tegas Qian lagi sambil mendorong tubuh Aliza hingga wanita itu hampir tersungkur ke lantai.
"Pergi!" Bentak Qian setengah berteriak. Aliza yang mendengar itu langsung tersentak melihat kemarahan Qian. Dia pun pergi meninggalkan Qian sendiri di dalam kamar.
Malam itu. Usai bertengkar bersama Aliza. Qian tidak lagi keluar dari kamarnya. Bahkan untuk makan malam pun tidak.
Qian terlihat duduk di balkon teras kamarnya. Duduk, menatap langit yang mulai menghitam sambil meneguk minuman beralkohol tinggi.
Sepertinya akan turun hujan, namun Qian tidak peduli. Dia hanya bisa meratapi nasib cintanya yang kandas ditengah jalan.
Wajahnya nampak sembab oleh air mata. Penampilannya sungguh berantakan dan terlihat begitu frustasi.
"Aku mencintainya, tapi kenapa dia berusaha agar aku melupakannya? Ini sungguh tidak adil!" Qian meracau sedih seorang diri. Kepalanya sudah sangat pusing dan berat. Dadanya bergemuruh dan menimbulkan rasa sesak yang sangat menyakitkan.
Bayang-bayang kenangan indah bersama Aliza begitu memenuhi kepalanya. Dia begitu mempercayai Aliza dan sangat mencintainya. Namun, kenyataanya, kini wanita yang dia cintai malah menjadi ibu sambungnya. Hatinya begitu pilu, kala mengetahui kenyataan itu. Dia tidak bisa menerimanya begitu saja, dia sangat menderita.
"Aaaaaaaa" Aliza berteriak.
Qian terkejut, listrik dirumahnya tiba-tiba saja mati setelah hujan lebat dan petir melanda di kotanya. Setelah mendengar suara teriakan dari kamar sebelah, membuatnya sangat khawatir.
"Aaaaaaa...tolong aku!" Teriak Aliza lagi.
Aliza sangat takut kegelapan. Hal itu membuatnya histeris. Qian pun sangat khawatir dan pergi mencari Aliza.
"Aliza! Kamu dimana?"
"Qian. Tolong aku! Hik!" Aliza menangis dan terdengar menyahut dengan suara keras di dalam gelap.
Qian pun mencari sumber suara. Dia juga melupakan dimana dia meletakan handphone nya. Ketika mendengar suara teriakan Aliza, dia tidak sadar langsung berlari ke kamar Aliza Walaupun dalam keadaan gelap.
"Aliza!" Seru Qian setelah sampai di dekat Aliza.
Aliza pun langsung memeluk tubuh Qian dengan sangat erat tanpa dia menyadarinya.
Hati Qian tiba-tiba menghangat mendapatkan pelukan dari Aliza, "Tenanglah! Aku ada disini!" Ujar Qian. lantas balas memeluk Aliza.
Rasa benci yang dia rasa berangsur-angsur meluruh bersamaan ketika Aliza memeluk nya. Jujur, dia masih sangat mencintai Aliza. Hingga rasa bencinya pun tidak bisa mengubah perasaannya.
"Aku mencintaimu Aliza!" Qian tak kuasa menahan diri. dia sudah lelah dengan perasaannya. dia lelah menyembunyikan kemarahannya. dia juga lelah berpura-pura membenci Aliza. dia sangat tersiksa oleh perasaannya sendiri.
"Aku juga mencintaimu Qian. Aku sangat takut!" Aliza mengeratkan pelukannya. Sebab, dia begitu takut kegelapan, membuatnya melupakan statusnya yang sudah menjadi ibu tiri dari kekasihnya sendiri.
Qian pun juga mengeratkan pelukannya. Hingga sesekali dia mencium pucuk kepala Aliza dengan penuh kerinduan.
Semakin mereka berusaha saling melupakan, semakin perasaan itu membuat mereka tersiksa.
Cup!
Di dalam kamar yang gelap dan dibawah pengaruh alkohol. Qian tiba-tiba kehilangan kendali atas perasaannya. Hingga dia dan Aliza saling Memangut dengan sangat rakus dan hasrat yang menggebu.
Aliza tidak menolak dan malah membalas ciuman itu.
Dua kekasih yang saling merindu, kini saling melepaskan kerinduan di bawah hujan lebat yang membuat mereka saling menghangatkan satu sama lain.
Tanpa sadar, Aliza yang terbawa perasaan juga membalas setiap permainan yang di mainkan oleh Qian, hingga membuatnya sesekali melenguh nikmat.
Qian melepaskan pangutannya, kala menyadari Aliza sudah kehilangan nafas. Lalu, tiba-tiba lampu di kamarnya pun menyala. Membuat mereka bisa saling menatap satu sama lain.
Di tengah nafas yang masih tersengal. Qian kembali menyerang Aliza dengan pangutan yang lebih bringas. Aliza kewalahan, namun masih menikmatinya.
Gejolak hasrat keduanya sudah sangat memuncak. Qian pun menggendong tubuh Aliza ke atas kasur dan melempar tubuh itu dengan tatapan sayu yang sangat menuntut.
Tubuh kekar Qian menggagahi dan mengunci Aliza dibawahnya. Entah setan apa yang merasuki keduanya, mereka seakan Sudah lupa status mereka sebagai anak dan ibu tiri.
Malam Ini adalah malam yang panjang bagi mereka. Keduanya begitu dibutakan oleh birahi yang menggebu.
Peluh bercucuran di seluruh badan serta Sahutan yang begitu rancu. Menjadi saksi bisu percintaan hebat mereka sedang berlangsung.
Hingga satu jam lamanya mereka beradu di atas ranjang. Kini Qian tumbang dengan tubuh lemas setelah berhasil mencapai puncaknya.
Aliza pun juga ikut kelelahan. Rahim nya juga ikut menghangat oleh lahar panas milik Qian. Keduanya nampak menikmati sisa-sisa cinta semalam yang mereka lakukan. Entah sadar atau tidak, Aliza dan Qian sudah menjalin hubungan terlarang.
Cinta semalam yang penuh kenikmatan pun terjadi tanpa di duga. Sebuah ranjang yang bergoyang menjadi saksi bisu aksi Bringas mereka. Keduanya begitu gelap mata dan tanpa sadar telah melakukan kesalahan besar.
Qian dan Aliza saling memeluk dalam posisi yang sama tanpa berubah sedikitpun. Bahkan lengketnya tubuh mereka karena percintaan hebat itu tidak membuat mereka beranjak dari tempat tidurnya.
Pagi hari, Aliza bangun lebih awal. Dia beranjak dari tempat tidur yang terlihat masih berantakan. Sementara Qian, sudah pergi sejak tengah malam disaat dirinya masih tertidur pulas.
"Dia sudah pergi?" gumamnya heran.
Tak menunggu lama, Aliza pun segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Usai mandi, Aliza keluar dengan handuk yang masih membalut di kepalanya. Namun seketika, dia terkejut disaat seseorang memeluknya dari belakang.
"Kamu harum sekali?" Qian mencium aroma tubuh Aliza yang sudah harum.
"Kapan kamu masuk?" tanya Aliza namun masih membiarkan Qian memeluknya.
"Baru saja!" jawab Qian singkat.
Kringggggg! Kringggggg!
Aliza mengambil gawainya, dan langsung melotot melihat siapa yang menelponnya saat ini.
.
.
.
Bersambung.
Jangan lupa untuk memberikan like dan komen ya ☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Anik Trisubekti
hareudang oee😄
2023-03-14
3
Boogiie_Mw
lanjut
2023-03-05
0
Adinda
lanjut Thor,,, kira2 ke depannya sikap mereka seperti apa setelah qian sadar dr pengaruh alkohol..
2023-02-26
4