Arip mencengkram tangan putrinya erat, dia mengucapkan banyak terimakasih karena gadis itu telah rela mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan Arip dari ancaman penjara.
masih terngiang jelas dalam benak Arip saat dia datang ke rumah Agus untuk meminjam sejumlah uang. Dia diterima dengan baik oleh pria itu, tidak ada hal aneh diwajahnya hingga Arip tidak merasa curiga kalau pria itu memiliki maksud lain.
"Aku akan mentransfer uang itu ke rekeningku sekarang juga," ucap Agus.
"Terimakasih Pak, tapi aku tidak bisa membayarnya secara cepat," ucap Arip.
"Tidak masalah, tanda tangani saja surat ini," Agus menyodorkan selembar kertas dan pulpen pada Arip.
Tanpa membacanya terlebih dahulu, Arip langsung menandatangani surat itu dan berlalu pergi dari kediaman Agus.
Lama berselang, Agus tiba tiba datang ke rumah Arip sambil membawa surat perjanjian yang pernah di tanda tangani oleh Arip. Dalam surat itu tertulis, kalau Arip bersedia masuk ke dalam penjara jika Agus datang menagih hutang dan Arip belum bisa membayar hutangnya.
Arip terkaget-kaget, dia menyesal karena tidak teliti dan sudah bersikap ceroboh hingga merugikan dirinya sendiri. Tapi percuma menyesal, nasi sudah menjadi bubur. Tidak ada satupun manusia yang biasa merubah masa lalu.
"Aku akan membebaskan mu dari ancaman penjara, kecuali kamu mau menikahkan anak gadismu yang cantik dan montok itu denganku," Agus tertawa jahat.
Arip terbelalak, dia kaget dengan permintaan pria menyebalkan itu. Sudah tua, tidak tau diri. Masih saja ingin mempersunting gadis muda.
Darah dalam diri Arip mendidih, tapi dia tidak bisa melakukan apapun saat itu selain hanya diam dan bersedih. Kebingungan melanda hatinya, jahat sekali jika dia mengorbankan anak sendiri untuk keselamatannya.
"Ayah, kenapa melamun?" Dinda memukul pundak Arip beberapa kali.
Arip tersadar dari lamunannya, dia kembali menatap wajah putrinya yang cantik dengan tatapan sendu dan penuh penyesalan.
***
Agus datang ke rumah Dinda dengan membawa banyak barang bawaan. Ada parcel, buah-buahan, aneka kue dan satu set pakaian. Ada juga tas branded, sepatu branded, juga satu set perhiasan mahal.
Agus juga tidak lupa membawa sejumlah uang tunai untuk diberikan kepada Pak Arip. Uang itu akan digunakan untuk menggelar pesta pernikahan megah di kediaman mereka.
Sejak pertama datang, Axel terus memperhatikan bangunan sederhana nan sempit itu. Dari tempat tinggalnya Axel bisa menebak, calon istri Ayahnya adalah perempuan matre. Mana ada seorang gadis mau dinikahkan dengan pria tua kalau tidak ada tujuannya?
Jaman sekarang memang banyak perempuan yang mencari jalan pintas agar bisa hidup enak dan berkecukupan, salah satunya adalah dengan cara menikahi duda tua yang kaya raya seperti Ayahnya. Belum bertemu dengan orangnya saja Axel sudah membencinya, apa lagi kalau sudah bertemu?
Dinda berjalan pelan menuju ruang tamu,dia digandeng erat oleh Ibunya. Perempuan itu terlihat cantik dengan balutan gaun berwarna pink dan riasan wajah sedikit tebal. Pria yang melihatnya pasti akan langsung jatuh hati, karena malam ini Dinda tampil bak seorang peri.
"Pak Agus, ini anak saya Dinda," ucap Arip.
Benar saja, mata senja Agus langsung berbinar melihat calon istrinya yang terlihat begitu cantik dan mempesona. Sementara itu Axel hanya diam mematung dengan mulut sedikit terbuka.
Sama seperti Axel, Dinda sangat terkejut saat mendapati calon suaminya datang bersama mantan kekasihnya saat SMA dulu.
Kenapa dia ada disini? Apa hubungannya dengan Pak Agus?
"Nak, dia adalah Dinda. Calon Ibu tiri mu," celoteh Agus pada Axel.
"Apa? Dia calon Ibu tiri ku?" Axel terkaget kaget. Bahkan dia hampir jatuh pingsan karena terkena serangan jantung.
Dunia yang luas seketika terasa sempit bagi Axel, ada begitu banyak perempuan cantik dan muda di kota ini. Kenapa dia harus memilih Dinda mantan kekasih putranya sendiri? Apa karena pasangan anak dan Ayah itu memiliki selera perempuan yang sama?
"Iya, dia calon Ibu tiri mu. Kenapa memangnya? Kenapa reaksi mu seperti itu?" Agus memasang wajah bingung. Dia tidak tau kalau kedua manusia itu pernah ada kisah di masa lalu.
Tiba tiba Axel bangkit dari duduknya, "Aku menentang acara lamaran ini, aku menentang rencana pernikahan kalian berdua!" Ucap Axel lantang. Wajahnya memerah menahan emosi yang tengah menguasai jiwa dan raganya.
"Katakan alasannya," paksa Agus.
"Karena dia adalah mantan kekasihku," jawab Axel jujur.
Suasana ruangan mendadak jadi sepi setelah mendengar pengakuan dari Axel. Sementara Dinda hanya bisa berpura pura tegar menerima penolakan dari calon anak tirinya itu.
Dalam hati Dinda mengeluh, kenapa nasibnya bisa sial seperti ini? Sudah harus menikah dengan duda bangkotan, ternyata calon anak tirinya adalah mantan pacarnya sendiri. Benar benar sudah jatuh tertimpa tangga pula.
"Ayah tidak peduli dengan penolakan mu itu. Ayah mencintai Dinda, pernikahan kami harus tetap dilaksanakan!" Agus menegaskan kalau keinginannya harus terwujud dan tidak ada yang boleh mengusiknya. Sekalipun itu anak kandungnya sendiri.
Air mata Axel menetes, lima tahun berpisah pria tampan itu belum juga bisa move on dari Dinda. Cinta dihatinya untuk perempuan itu masih ada, tapi kini dia harus menerima sebuah kenyataan pahit. Cinta pertama sekaligus mantan kekasihnya itu akan menjadi Ibu sambungnya.
Acara perkenalan dua keluarga selesai, Agus dan keluarga besarnya telah pulang kerumah mereka masing masing. Dinda masuk kedalam kamarnya untuk merenung sekaligus menenangkan diri.
Dinda duduk di kursi meja rias,dia memandangi bayangan wajahnya sendiri. Wajah cantik dan polos itu apa pernah melakukan dosa besar di masa lalu? Sampai sampai Tuhan memberikan dia jalan jodoh yang begitu menggelikan dan rumit.
Klak,,,
Pintu kamar Dinda terbuka, Laras menerobos masuk sambil memasang wajah sedih. Dia tau bagaimana perasaan putrinya saat ini, tapi dia tidak memiliki kuasa apapun untuk menolongnya.
"Sayang, kamu baik baik saja bukan?" Tanya Laras sambil membelai rambut Dinda.
"Aku baik baik saja Bu,"
"Ceritakan pada Ibu, kenapa hubunganmu dan anak itu bisa berakhir?" Laras menatap mata putrinya lekat lekat.
"Dia selingkuh dengan temanku, aku sakit hati dan meminta putus darinya," tutur Dinda singkat, padat dan jelas.
"Sudah lama berlalu, apa kamu masih memiliki perasaan padanya?"
"Aku tidak memiliki perasaan apapun padanya Bu,"
"Syukurlah kalau begitu. Sebentar lagi kalian berdua akan menjadi keluarga,tidak baik jika diantara kalian masih memiliki rasa."
Dinda mungkin membenci Axel karena telah mengkhianatinya, tapi sampai saat ini dia belum bisa melupakan kenangan manis yang pernah mereka lalui bersama. Jujur saja, rasa suka itu masih ada walaupun hanya sedikit.
Sepertinya Dinda harus berkerja keras untuk menata hatinya, agar dia bisa menjadi istri yang sempurna untuk Agus dan Ibu tiri yang baik untuk Axel.
Jalan jodoh seseorang memang tidak ada yang tau, sebagai manusia biasa kita hanya bisa menerima dan menjalankan segala sesuatu yang telah digariskan oleh sang pemilik hidup.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments