Dalam meeting itu telah di sepakati bahwa perusahaan asing itu akan menanamkan modalnya yang sangat besar kepada perusahaan Belinda. Belinda pun di haruskan untuk meninjau perusahaan Mrs Jeniffer Lincoln yang ada di California.
"Senang bekerjasama dengan anda! Semoga kedepannya perusahaan kita bisa mendongkrak pasar benua Eropa dan America sampai kawasan America Latin" ucap Belinda sembari berjabat tangan dengan wanita bule itu.
"Ya saya juga tersanjung bisa bekerjasama dengan perusahaan yang paling berpengaruh di republik ini!" balas Mrs Jeniffer.
"Dan untuk keberangkatan saya ke America, Saya akan laksanakan satu minggu dari sekarang" ucap Belinda.
Meeting pun selesai.
"Jadi kak Bella akan berangkat ke America? Yes yes yes!! Artinya aku dan Ben bisa sepuasnya berduaan" gumamnya gembira.
Belinda sedang duduk di kursi kebesarannya lalu segera menyuruh sang adik dan asprinya (asisten pribadi) untuk masuk keruangannya.
"Silahkan kalian duduk! Fany dan Victo, minggu depan saya akan pergi ke America untuk kunjungan kerja bersama CEO PT Persada Abadi, selaku pemasok bahan untuk produksi perusahaan kita, agar mereka tahu keinginan pasar America itu bahannya bagaimana. Maka dari itu saya ingin kamu, Fany bisa bekerjasama dengan Victo untuk mengurus perusahaan ini" Tutur Belinda panjang lebar.
"Baiklah Bu Bella! Saya akan bekerja semaksimal mungkin menggantikan anda di bawah perintah Bu Fany" ucap Victoria.
"Terimakasih" ucap Tiffany singkat.
"Mau berapa lama Kak di America?" tanya sang adik.
"Sesingkat-singkatnya satu minggu, jika banyak evaluasi mungkin aku akan sepuluh hari di sana. Fany, Kakak titip perusahaan ayah padamu. Bekerjalah dengan rajin karena ribuan karyawan nasibnya ada di tanganmu dan Victo sekarang. Do'akan aku supaya aku selamat di perjalanan sampai kembali lagi kesini" ucap Belinda yang diangguki oleh kedua perempuan di depannnya.
Di kantor milik Ben, sang papi mendapat kabar bahwa cabang perusahaannya yang ada di California sedang tidak stabil karena salah satu pegawainya ada yang melakukan penggelapan uang.
"Siapa bedebah itu papi?" tanya Ben geram.
"Stap keuangan kita yang bernama Nguyen Lim Plich membawa lari uang kita hampir 60% dan katanya dia kabur ke negara asalnya Vietnam" jawab Listyo kelu.
"Kurang ajar. Aku akan segera menghubungi polisi agar bekerjasama dengan polisi negara itu dan menetapkan Nguyen sebagai buronan internasional. Kalau perlu aku akan membayar polisi itu agar secepatnya menangkap pencuri itu" Ben sangat geram.
"Maka dari itu, aku memerintahkanmu pergi ke California minggu ini untuk membenahi kekacauan disana! Bagaimana kau mau? dan papi tidak menerima penolakan" ucapnya.
"Ya aku mau" jawab Ben.
"Aku bisa mengajak Tiffany ke California. Tetapi bagaimana dengan Bella, aku tidak tega meninggalkan wanita itu dan jika ku pergi mengajak Tiffany dia akan curiga" gumamnya.
Malam pun hadir, Tiffany dan kedua pasangan suami istri itu makan bertiga dalam satu meja. Tangan Tiffany mengelus tongkat sakti milik Ben dari luar membuat sang pemilik melenguh pelan, wajah Ben sudah memerah dan rahangnya mengeras karena menahan g*ir*h akibat ulah Tiffany. Tangan ben berusaha menyingkirkan tangan sang kekasih yang sedang memasukan kedalam celana Ben tetapi gagal. Tangan Tiffany semakin liar menyusup dan mer*b* tongkat sakti itu dengan penuh gairah. Ben pun kelojotan dan hal ini membuat Belinda terheran-heran.
"Mas kamu kenapa sepertinya sedang gelisah?" tanya Belinda.
Seketika Tiffany melepaskan aksinya itu dan tangannya sudah kembali memegang sendok.
"Oh tidak! Hanya saja badanku terasa gatal. Tenang saja ini bisa di atasi kok" jawab Ben dengan wajah pucat.
"Nanti ku obati" ucap Belinda dengan polosnya.
Makan malam pun selesai, Belinda akan menyampaikan urusan kepergiannya ke California untuk meninjau perusahaan rekan bisnisnya.
"Mas, minggu aku akan pergi ke California untuk meninjau tempat disana! Maaf aku tak bisa mengurusimu sementara ini. Dan kamu Fany, kakak rasa tak mungkin membiarkan kamu serumah dengan suamiku. Ya walau kau ini dan Ben adalah saudara ipar tapi aku tak mengijinkan suamiku serumah denganmu. Kalian sudah sama-sama dewasa" Belinda sudah tak nyaman sebenarnya harus di tumpangi adiknya tinggal, dia sudah beberapa kali melihat Ben dan adiknya bermain mata dan itu menurutnya tidak wajar tetapi Belinda menepis hal itu.
"Jadi kamu mencurigai kita?" tanya Ben panik.
"Oh tidak, tidak! Aku hanya tidak mau terjadi sebuah dosa. Kita tak tahu kedepannya akan bagaimana. Aku hanya tidak ingin memberi celah untuk setan masuk kedalam pernikahan kita" ucapnya spontan dan hal itu membuat Tiffany tersinggung.
"Kau yang telah menjadi setan dalam hubunganku dengan Ben" gerutunya dalam hati.
"Baiklah besok aku akan kembali kerumah papa" ucapnya singkat.
Seperti biasa sesudah selesai makan, Tiffany langsung pergi kekamarnya tanpa memperdulikan piring bekas dia makan. Belinda lah yang selalu mencuci piring itu dan di bantu oleh Ben.
"Aku sudah terbiasa menjadi pembantu untuk adiku sendiri. Semua barang yang aku miliki selalu di pakai oleh dia dan di ambil paksa. Tetapi dia juga kadang baik padaku selalu membelikan barang mewah dan sebagai gantinya aku yang harus mengerjakan tugas dia di kantor" ucapnya sembari melepaskan ikatan apron di tubuhnya.
"Lantas dia suka pergi kemana jika malas di kantor?" tanya Ben pura-pura tidak tahu padahal Tiffany selalu pergi dengan dia.
"Tak tahulah! Mungkin kencan dengan pria pecundang itu. Lihat saja kalau aku tahu siapa pria itu, aku tak segan-segan menelanjanginya depan mama dan papa" ucapnya geram.
Glekkkk!! Seketika Ben menelan ludahnya. Jika di telaah memang ini kesalahan Ben dan Tiffany yang tak mau mempublikasikan hubungannya.
"Dan aku yakin mereka sudah berbuat terlalu jauh. Aku takut jika adiku melakukan dosa yang begitu hina dengan pria yang bukan suaminya" belinda berkata lirih.
Hal itu membuat Ben panas dingin seketika.
"Aku lelah! Ayo kita istriahat saja" Ben sengaja mengalihkan pembicaraan dengan sang istri.
Mereka pun tidur dengan saling memunggungi.
Pagi-pagi buta, Tiffany sudah mengirimkan pesan ke ponsel milik sang kekasih.
"Sayang, temui aku di kamar sekarang!' tulisnya.
Ben pun bangun dan langsung membaca pesan singkat itu. Tak menunggu waktu lama dia pun langsung bangkit dan menemui Tiffany di kamarnya. Ben langsung masuk kekamar itu dan mendapati Tiffany sedang menunggunya.
" Ada apa sayang kau pagi sekali memanggilku?" ben masih bermuka bantal.
"Semalaman aku tak bisa tidur sayang! Aku gelisah memikirkanmu. Temani aku disini!" ucap Tiffany.
Ben pun menganggukan kepalanya menemani Tiffany tidur dan bercumbu di atas ranjangnya.
Tak lama, Belinda pun terbangun dan mendapati sang suami sudah tidak ada di sampingnya.
"Oh mungkin dia sedang di kamar mandi" ucapnya.
"Oh ya lipstiku tertinggal di kamar Tiffany. Kebiasan yang di bawa kemanapun dia selalu mengambil barangku walau ku tahu lipstik ya sangat banyak, tapi kenapa dia selalu mau barangku" gumamnya sembari melangkahkan kakinya menuju kamar Tiffany.
Sementara Tiffany dan Ben sedang asik bercumbu sembari masuk kedalam kamar mandi.
"Disini suaranya akan samar sayang. Jadi tak akan kedengaran" ucap Tiffany.
"Sayang, bercumu saja ya? Malam ini aku sudah sangat lelah" Ben berusaha menolak karena ingat dengan omongan Belinda malam tadi.
"Oke sayang!" mereka pun saling berpagut dalam gelora yang sangat membara.
Belinda pun mengetuk pintu kamar itu, tetapi tidak ada sahutan dari dalam. Dia pun membuka pintu dan tidak ada Tiffany disana.
"Oh mungkin dia sedang mandi" gumamnya.
Belinda pun menunggu dengan duduk di pinggir ranjang.
Krietttt!! Pintu kamar mandi di buka, dan alangkah terkejutnya yang keluar dari kamar mandi bukan hanya Tiffany tetapi Ben mengikutinya. Hal itu sontak membuat ketiganya terkejut.
"Kalian?" tanya Belinda..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Sarah
kaget ya kamu bella,,hehe,,,sama ajh juga kaget🤭
2023-09-01
0
YuliaMile
dumm tararara dummmmm tararara duumm
2023-05-10
0