Tiffany merasa menang dalam hatinya. Dia berjalan kekamarnya diantar oleh Lilis.
"Silahkan nona ini kamar anda! Semua sudah saya bersihkan" ucap Lilis.
"Terimakasih Bik! Ini uang buatmu. Tentu kau butuh dengan uang itu kan" ucapnya sedikit angkuh dengan mengepalkan uang ketangan Lilis.
"Terimaksih nona" ucap ART itu.
Lilis pun membuka uang pemberian dari Tiffany yang jumlahnya hanya sepuluh ribu dengan kondisi lecet. Uang itu dia dapatkan dari kembalian parkir kemarin.
"Sombongnya wanita itu" gumam Lilis sembari mengelus dadanya.
Waktu makan malampun tiba, Ben dan Belinda duduk bersebelahan, lalu Tiffany dengan tidak tahu malunya duduk di samping Ben. Belinda hanya diam sembari memperhatikan tingkah laku sang adik.
Ketika sedang makan, tangan Ben menelusup masuk ke dalam selah paha Tiffany dan memainkan segitiga bermudanya dengan jarinya sampai Tiffany melenguh dengan suara yang pelan. Melihat Tiffany yang duduknya tidak tenang membuat heran Belinda.
"Fany kenapa kamu seperti menggeliat begitu?" tanya Belinda dengan sorot mata yang tajam.
"Eummzzz, ini kak banyak nyamuk jadi makanku tak tenang" jawabnya.
"Oh ya sudah nanti aku minta tolong Bik Lilis untuk membelikan obat nyamuk" ucap Belinda.
Tak lama acara makan malamnya selesai. Dengan tak tahu malunya Tiffany segera masuk kedalam kamarnya tanpa memperdulikan piring kotor menumpuk di meja makan. ARTnya sudah pulang tadi sore dan mau tidak mau Belinda yang harus membereskan dan mencuci semuanya.
Dengan cekatan dia membereskan meja makan dan menaruh piring kotor pada tempat mencuci piring, dan segera mencucinya. Ben yang melihat itu hatinya tergerak dan segera menghampiri Belinda.
"Sudah kamu duduk saja biar aku yang mencuci semua piring dan gelas ini" ucap Ben yang segera mengambil spons basah dan mengosokan pada piring kotor itu.
"Baiklah" Belinda pun menuruti ucapan Ben.
Ada yang tak senang dengan apa yang Ben lakukan pada sang istri yaitu the one and only Tiffany. Dia tidak rela jika Ben perhatian pada Belinda.
Sesudah pekerjaan itu selesai, Ben mengajak sang istri untuk istirahat.
Di dalam kamar, Ben merebahkan tubuhnya di kursi panjang kamar itu.
"Kenapa tidur disana mas?" tanya Belinda.
"Tak penting rasanya harus seranjang denganmu" jawab Ben dingin.
"Bahkan untuk tidur berdampingan saja kau menolaku suami" ucap Belinda dengan nada yang sedikit kecewa.
"Tidurlah Bella!" tandasnya.
Belinda pun tidak menghiraukan Ben lagi dan dia segera terlelap.
Ben melihat Belinda sudah terlelap. Matanya seketika membola melihat keindahan duniawi sedang terbaring dengan dengkuran halus. Paha mulusnya tersingkap indah membuat jakunnya naik turun.
"Oh Tuhan, aku tak tahan lagi dengan semua yang Bella suguhkan. Rasanya aku ingin menjamah dan menel*nj*nginya saat ini juga" gumamnya dalam hati.
Tiffany kemudian mengirimkan pesan untuk datang ke kamarnya. Ben pun langsung berjalan ke arah kamar yang ditempati oleh Tiffany.
"Sayang ada apa kau memanggilku?" tanya Ben sedikit was-was takut sang istri tahu.
"Aku tak bisa tidur sendiri. Temani aku" Tiffany merengek seperti anak ingusan.
"Tapi bagaimana jika Bella tahu?" tanya Ben.
"Tidak sayang! Kak Bella pasti sudah tidur" Tiffany menuntun Ben ke atas ranjang.
Dan mereka pun melakukan itu lagi.
"Akhhhh hhhh" Tiffany tak bisa menahan d*sa*nnya.
"Pelankan suaramu sayang! Aku takut Bella akan mendengarnya" Ben berkata di tengah tempaannya yang cepat.
Tiffany hanya mengangguk-angguk saja.
Permainan itu akhirnya selesai dan dua sejoli itu terkulai lemas bersama.
"Aku harus segera pergi kekamar takut Bella akan curiga" Ben segera memungut semua baju dan celananya lalu segera pergi kekamar Belinda.
"Oh syukulah dia sudah tidur" Ben segera merebahkan tubuhnya diatas sofa.
Sebelum dia tidur, dia menyelimuti tubuh Belinda dengan selimut yang tebal.
"Maafkan aku Bella! Aku memang pria jahat tetapi aku sangat mencintai adikmu dan sudah berjanji tak akan menyentuhmu. Maafkan aku istriku. Selamat tidur" Ben dengan ragu-ragu mencium pucuk kepala Belinda.
Pagi pun hadir dengan semburat cahayanya. Ben yang sudah lelah habis bercinta tadi malam dengan adik iparnya sekaligus kekasihnya enggan untuk bangun.
Saat ini Belinda sudah mandi dan akan pergi ke kantor.
"Mas ayo bangun!" Belinda mengguncangkan bahu sangat suami dengan lembut.
Ben menggeliat dan enggan untuk membuka matanya.
"Jam berapa ini?" tanya Ben.
"Jam tujuh! Kamu sebentar lagi kerja" ucap Belinda.
Ben pun bangun.
"Mas kalau kamu ingin bekerja, baju celana dasi kaos kaki dan sepatu sudah aku persiapkan diatas kasur dan untuk sarapan, aku sudah membuatkan omelette dan roti panggang isi abon" ucap Belinda yang sudah rapi berbaju kantor.
"Terimakasih Bella. Jangan terlalu perhatian padaku itu buatku muak" ucap Ben dengan muka bantalnya.
"Itu tugasku karena ku sudah menjadi istrimu. setidaknya aku sudah melayanimu walau entah dihargai atau tidak" jawab Belinda sembari memakai maskara di bulu katanya agar semakin tebal dan lentik.
Kau jangan dulu berangkat, Aku akan menyuruh Aldo mengantarmu sekarang.
Belinda pun hanya mengiyakan saja.
Tak lama, Aldo pun datang dan langsung mengantarkan Belinda ke kantornya.
Di sepanjang jalan, Aldo terus menatap Belinda dengan rasa kagum.
"Saya harap anda fokus saja menyetir" Belinda yang mengetahui Aldo selalu mengamatinya menjadi jengah sekaligus salah tingkah.
"Maaf Bu Bella" ucap Aldo gugup.
"Pak Aldo sudah sarapan?" tanya Belinda.
"Itu gampang Bu, saya bisa sarapan di kantor" jawab Aldo.
"Ini buat anda saja Pak Aldo! Dimakan ya" Belinda menyerahkan bungkusan sarapan yang tadinya diperuntukkan untuk sang suami.
"Ini buat saya Bu?" tanya Aldo sedikit terharu.
"Iya itu untuk Pak Aldo saja. Selamat makan ya dan terimakasih sudah mengantarkan saya" Aldo pun hanya menganggukkan kepala dan Belinda segera keluar dari mobil itu.
"Wanita yang sangat ferpect. Sempurna di mataku tapi Pak Ben terlalu naif" ucap Aldo.
Dirumah, Ben dan Tiffany lagi-lagi memadu kasih. sehabis makan dia segera menyuruh Bik Lilis merapihkan meja makan supaya jangan ada benda apapun di atasnya. ART itu pun langsung membersihkan semuanya.
Ben langsung mencumbui Tiffany di meja makan dan menidurkan wanita itu. Pakaiannya sudah berhamburan di lantai.
"Ben jangan disini! Bagaimana jika Bik Lilis melihat dan mengadu pada Kak Bella?" ucap Tiffany gugup.
"Tidak akan karena Bik Lilis sedang menggosok di atas" jawab Ben.
Tiffany pun terlentang di atas meja makan kayu jati dengan ukiran bunga sakura itu.
Pahanya terbuka lebar dan Ben segera memulai penyatuannya.
Tiffany mend*s*h dan mengerang.
Tak di sangka Lilis ingin menyimpan baju hasil dia menyetrika ke lantai bawah. Ketika dia ingin melangkahkan kakinya menuruni tangga, alangkah terkejutnya melihat dua manusia sedang bergumul dengan gaya yang luar biasa. Lilis diam ternganga melihat adegan menjijikkan di bawah lantai rumah itu. Dia kalau melihat Belinda dan Ben melakukan itu mungkin tidak akan merasa syok karena mereka sudah menikah, mungkin hanya akan malu sendiri. Tapi ini Ben melakukannya dengan adik iparnya dan sungguh tak tahu malu di lakukan di tempat yang terbuka.
"Astagfirullah mereka melakukan hal yang sangat menjijikkan! Bagaimana jika nyonya Bella tahu" gumamnya.
Lilis bersembunyi di celah tembok dan merekam aksi menjijikkan mereka berdua.
"Ini akan jadi bukti jika nyonya membutuhkan! Aku benci perselingkuhan. Hal itu mengingatkanku akan kejadian sepuluh tahun silam, suamiku sedang bercinta dengan anak angkat ku" gumamnya penuh amarah.
Lilis merasa mual dengan apa yang di lakukan oleh Ben dan Tiffany. Suara-suara erangan menyebalkan nan jahanam saling bersahutan menjadi pengisi suara di lantai satu rumah itu sampai pada puncaknya mereka menjerit bersama kalau mendapatkan pelepasannya.
Entah hati Lilis terasa sakit mendengar hal itu, dia ingat pernah di selingkuhi oleh suaminya.
"Disaat Nyonya bekerja, mereka asik bergumul" ucapnya.
Ben dan Tiffany segera memunguti bajunya semua yang tercecer di lantai dan segera masuk ke kamar mandi.
Lilis menghampiri meja makan tempat dua sejoli itu melakukan permainan panasnya. Disana tampak masih berantakan dengan ceceran lend*r dan cairan sisa perc*ntaan mereka.
"Sungguh menjijikan yaTuhan! Dan tanganku harus membersihkan sisa-sisa kedurjanaan mereka berdua" ucapnya lirih.
Lilis pun memoto meja itu agar suatu saat menjadi bukti dan segera membersihkannya.
Ben pun ke luar kamar dengan rambut basah disusul Tiffany.
Melihat meja yang sudah rapi dia sedikit was-was.
Ben memanggil Lilis.
"Bik Lilis kemari! " ucap Ben.
"Ya Tuan!" Seru Lilis menunduk.
"Apa kamu lihat sesuatu? " tanya Ben.
"Tidak tuan! Dari tadi saya tidak turun. Saya menggosok baju dari tadi di atas terus langsung saya membersihkan meja makan yang berantakan" jawab Lilis pura-pura tak tahu.
"Oh yasudah. Itu di atas meja tadi saya sedang bermain slime dan tumpah jadi ada sedikit cairan" ucap Ben.
Lilis hanya manggut-manggut saja.
"Aku ini lebih tua darimu tuan! Pengalaman bercinta lebih dulu aku tahu. Aku bisa membedakan mana cairan slime mana cairan burung mu" gumamnya dalam hati.
Lilis pun melanjutkan bekerja kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Sarah
oh no😱
2023-09-01
0
YuliaMile
ART'nya keren ...
2023-05-10
0