Awal Interaksi Hanum dan Sultan

Hanum, pergilah! Kau tidak perlu memikirkan ibumu ini. Nasibmu jauh lebih berharga, Nak. Jangan sampai masa depanmu hancur hanya karena memikirkan ibumu yang tidak mampu melindungi mu. Pergilah! Sebelum tantemu datang menjual mu pada pria hidung belang. Pikirkan nasibmu, kau bisa temui ibumu kapan pun sekaran pergilah selamatkan hidupmu.

Tapi, Bu. Bagaimana bisa aku tega meninggalkan ibu dalam keadaan seperti ini? Aku tidak mungkin membiarkan ibu tersiksa sendirian.

HANUM.... Hanum! Cepat keluar! Lihatlah siapa yang datang! Juragan Hartoyo datang menemuimu

Pergilah! Cepat pergi Hanum!“

“IBU.....!!“ Hanum terbangun dari tidurnya dan terduduk di tepi ranjangnya.

Bayangan ketika Hanum masih bersama ibunya dikontrakan terbawa hingga kedalam mimpi. Ia beranjak dari duduknya, menyingkap sedikit tirai jendela melihat kearah pintu gerbang.

Dilihatnya halaman yang masih kosong tidak adanya mobil milik pria yang telah sah mempersunting dirinya meski hanya sebatas setatus saja tidak dalam arti yang sesungguhnya.

“Aku ingin sekali menemuimu ibu, Aku bahkan sudah menikah tanpa persetujuan juga restumu. Maaf, maafkan Hanum, Ibu.“ ucap Hanum menangis merundukkan kepalanya mengingat bayangan ibunya yang menderita kelumpuhan.

Hanum bahkan masih mengenakan pakaian pengantin lengkapnya. Waktu pun sudah menunjukkan pukul 9 malam, sebelum kembali lanjut tidur Hanum lebih memilih membersihkan dirinya dari lengket make-up dan keringat setelah siang tadi melangsungkan akad nikah.

Satu persatu Hanum melepaskan pakaian pengantinnya, hingga menyisakan tanktop dan hotpant hitamnya hingga mencetak bentuk lekuk tubuhnya yang indah.

Diraihnya handuk baru berwarna putih bersih dari dalam lemari, belum sempat ia berjalan menuju pintu kamar mandi. Pintu kamarnya telah di buka dari luar reflek Hanum menolehkan kepalanya melihat siapa yang datang membuka pintu kamarnya.

“Hanum! Kau?“Sultan begitu terkejut melihat penampilan wanita yang sudah sah secara lahir dia nikmati keindahan bentuk tubuhnya melalui pandangannya.

Hanum nampak biasa saja melihat kehadiran Sultan secara tiba-tiba. “Kenapa dia? Seperti melihat hantu saja!“ ujarnya cuek masuk kedalam kamar mandi.

“Dasar wanita! Suka sekali memancing emosional kaum pria. Atau dia memang sengaja melakukannya hanya untuk menggodaku?“ cicitnya pergi meninggalkan pintu kamar Hanum menuju kamarnya sendiri.

Sultan pun melakukan hal yang sama mandi sebelum mengajak Hanum makan malam. Dia menyempatkan diri ke restoran membeli dua porsi nasi goreng dan martabak telur khas medan.

Usai mandi Hanum meraih koper berisi pakaian gantinya. Ia mengambil kaos karakter dengan hotpant warna cream, yang memperlihatkan kaki jenjangnya serta pahanya yang mulus.

Hanum yang memang sudah terbiasa mengenakan pakaian santai ia suka memakai baju yang lebih simple untuk dia pakai tidur. Karena usianya yang masih terbilang belia yang baru menginjak 20 tahun.

“Makanlah! Kau harus sehat. Besok waktunya kau terapi hormon untuk menghasilkan ASI yang berkualitas.“ titah Sultan pada Hanum.

“Sebanyak ini? Mana mungkin aku bisa menghabiskannya. ini terlalu banyak aku bisa gendut.“ keluh Hanum meraba perutnya yang terasa penuh, yang hanya melihatnya saja ada banyak makanan di atas meja.

Tanpa ada jawaban Sultan melahap nasi gorengnya tanpa melirik kearah Hanum sedikit pun.

“Selain tidak sopan kau juga sangat cerewet!“ ujar Sultan diakhir makannya lalu meneguk air mineralnya.

“Aku tidak sopan?“ Hanum mengulang ucapan Sultan. “Memangnya apa yang sudah ku lakukan padamu?“ Sungut Hanum memasukkan sampah bekas makannya kedalam kantong plastik.

“Jangan pernah coba-coba menggodaku atau merayuku dengan pakai minim mu itu!“ ucap Sultan tepat di cuping telinga Hanum. Hingga membuat bulu kuduknya meremang karena sapuan nafasnya yang menyentuh pipinya.

Sultan beranjak melangkah menuju kamar tidurnya.

“Dia itu terlalu percaya diri sekali! Memangnya siapa yang mau merayu dia? Bahkan dia itu lebih pantas jadi om ku bukan jadi__“

“Aaaa.....!!“ pekik Hanum menjerit kaget saat kakinya tanpa sengaja menginjak plastik. Dan hampir jatuh ke lantai jika saja Sultan tidak sigap menangkap tubuh Hanum.

“Apa usiaku terlalu tua untuk menjadi suamimu?“ Hanum merasakan irama jantungnya berdetak sangat kencang. Saat netra itu saling bertemu dan menatapnya dalam.

“Kau yang merayuku!“ seru Hanum melepaskan diri dari dekapan pria itu, dan mendorong tubuh liatnya.

Sultan melirik Hanum sesaat, menarik ujung bibirnya membentuk senyum tipis. Yang berjalan tergesa-gesa, menuju kamar sambil menekan dadanya yang masih berdebar.

Terpopuler

Comments

Beast Writer

Beast Writer

awal interaksi

2023-02-22

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!