Hati dan pikiran bergebu-gebu ingin segara berjumpa, angin pun kesana kemari seakan tau hati seseorang yang sedang merindu. Tasya menatap jam dinding di ruang tengah, saat dirasa pas ia pun langsung mengambil kunci mobil yang tergeletak di atas meja. "Mam, aku pergi dulu ya, udah ada janji," ucap Tasya dengan sedikit semangat akan bertemu dengan Azam kembali.
Mami yang sedang sibuk pada ponselnya melirik Tasya sekilas, kedua alisnya sedikit terangkat mendengar ucapan Tasya. "Mau kemana lagi pagi-pagi keluar? Janjian atau cari sarapan lagi?" tanya Mami dengan nada sedikit menyindir karena mengingat Tasya tidak menyentuh sedikitpun sarapan yang disediakan di rumah ini.
"Aku udah janji ketemu seseorang Mam, kemarin aku lupa bawa cash, aku udah janji hari ini mau gantiin uang dia," jelas Tasya, berharap agar Mami mengijinkan dan tidak mempersulit Tasya yang akan pergi.
Terdengar decakan pelan yang keluar dari mulut Mami. "Laki-laki? Udah nggak usah diganti, dia cuma mau deketin kamu aja Tasya, udah biasa kali laki-laki bayarin perempuan."
"Mau dia laki-laki atau perempuan tetap hutang Mam, asal Mami tahu dosa apapun bisa diampuni kecuali hutang Mam," ujar Tasya.
"Diampuni siapa?" tanya Mami sinis, ia memutarkan kedua bola matanya dengan malas. "Kenapa akhir-akhir ini kamu jadi sering ngelawan sih? Udah, sama pergi!" lontar Mami sambil berdiri dari duduknya, ia berjalan menaiki anak tangga menunggu lantai 2.
"Aku nggak akan lama kok Mam," teriak Tasya agar tidak mendapatkan amukan lagi nantinya.
Namun Mami menghentikan langkahnya bukan untuk menoleh pada Tasya melainkan pada seorang perempuan yang sedang sibuk sarapan dengan tatapan fokus pada ponselnya. "Ivana sayang, ke ruangan Mami ya beres kamu makan, ada beberapa klien yang mau Mami tunjukin," ucap Mami dengan senyuman lebar yang membuat Tasya hanya bisa menundukkan kepalanya pelan, rasanya Mami tidak pernah seramah itu padanya.
***
Tasya pun pergi ketempat makan yang kemarin ia datangi, Tasya sudah menunggu beberapa lama tapi tidak terlihat Ustadz itu datang lagi, Tasya pun terdiam dan bingung harus kemana ia mencari Ustadz itu. "Um, maaf Bu, apa ibu melihat ustadz muda yang kemarin kesini?" tanya Tasya dengan ragu-ragu.
"Biasanya kalo jam segini belum datang ustadz Azam ada urusan di Masjid Mbak, coba Mbak cari saja di Masjid, pasti ada," kata ibu pedagang Nasi gudeg itu sambil menoleh ke arah Masjid.
Tasya pun menganggukkan kepalanya mengerti. "Oh iya Bu, makasih ya, kalau gitu aku pergi dulu," ucap Tasya sambil tersenyum.
Dengan langkah sedikit ragu Tasya pun pergi dan mencari ke mesjid yang sering Azam datangi. Banyak orang-orang yang melakukan aktivitas di masjid, tetapi Tasya pun tidak melihat gerak-gerik Azam di sana. Tasya yang bingung harus mencari kemana akhirnya pun menanyakan kepada seseorang yang ada di sana. "Permisi, apa ada Ustadz Azam di sini?" tanya Tasya.
"Oh ustadz Azam? ustadz Azam hari ini nggak akan ke Masjid, ada urusan keluarga," jawab Dahlan. "Um, kalau boleh tahu ada urusan apa ya Mbak? Siapa tahu Dahlan bisa bantu," tawar nya dengan ramah. Dahlan adalah salah satu teman Azam yang terlihat dekat dan selalu bersama bertiga sedari mereka SMA, Azam, Dahlan dan Uji.
Tasya yang merasa tidak sopan jika harus menitipkan uang hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan. "Oh nggak apa-apa, besok aja aku balik lagi kesini, kalau gitu aku permisi," ujar Tasya.
Semenjak kedatangan Tasya, seorang pemuda lainnya yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Tasya berjalan ke arah Dahlan, pandangannya tak lepas pada Tasya yang baru saja keluar dari Masjid. "Dahlan, siapa? kenapa ada perempuan kayak gitu nanyain ustadz Azam?" celetuk Uji dengan ekspresi kebingungan, perempuan itu cantik, tetapi cara berpakaiannya terlalu modern dan bisa di bilang terbuka dengan model crop yang jika perempuan itu mengangkat tangannya bisa saja pusar perempuan itu terlihat. Dari mana juga Azam bisa mengenal perempuan itu?
Dahlan mengangkat bahunya pelan. "Entahlah aku juga nggak tahu," jawab Dahlan yang sama bingungnya. Mereka bingung kenapa seorang Ustadz Azam bisa mengenali perempuan seperti itu, perempuan yang masuk ke dalam Masjid tanpa salam disaat banyak orang yang memperhatikannya.
***
Dengan perasaan sedikit kecewa, Tasya turun dari dalam mobil, ia mengeluarkan sebuah kresek dan mengeluarkan beberapa buku mengenai islami yang baru saja dia beli di toko buku yang tak sengaja Tasya temukan di jalan, ada ketertarikan dalam hatinya saat melihat kumpulan orang yang asik berbincang di dalam masjid tadi, pembahasan mengenai puasa membuat Tasya ingin mengenal lebih jauh tentang agamanya. "Tasya, dari mana kamu? Aku cariin dari tadi," ucap Jhon yang memunculkan wajahnya lewat jendela mobil.
Tasya yang terkejut hanya bisa menghembuskan nafasnya pelan, ia dengan cepat memasukkan kembali buku-buku itu ke dalam keresek. "Emangnya kenapa Jho? Pagi-pagi udah cari aku," jawab Tasya malas.
Jho mengulurkan tangannya dan sebuah plastik putih melewati jendela mobil. "Ini, makanan kesukaan kamu."
"Nggak usah repot-repot, aku udah sarapan kok," ucap Tasya menolak halus pemberian Jho.
"Seenggaknya terima ini, bisa kan kamu sedikit menghargai pemberian aku Tasya?" Kata Jho dengan sedikit cemberut.
"Oke, aku ambil, makasih ya," ujar Tasya dengan cepat menerima pemberian Jho dan langsung turun dari dalam mobil, Tasya bergegas naik ke lantai 2 dan masuk ke dalam kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
sabar ya Tasya, ka onel belum mengiijinkan kamu untuk bertemu dengan Azam 😁😁🙈🙈✌️
2023-03-03
0
qeeraira
lanjuuuut Tasya 🤗🤗
rasa penasaran terhadap ustadz Azam harus terkubur karena tidak bertemu😔 salut terhadap sikap Tasya yang mulai tersentuh untuk perubahan pada jati diri🥰
2023-02-22
1