Aku kuat!!

Selamat membaca 💜

...----------------...

Next..

Setelah menyelesaikan sarapan yang terkesan buru buru itu, Rembulan pun memulai aktivitas nya seperti biasa. Dengan kondisi tubuh yang lemah dia memaksakan badan yang butuh istirahat itu untuk mengerjakan semua nya.

"Aku akan mengerjakan nya dengan semangat!! ayo Rembulan bukankah kau itu kuat??" Rembulan terkekeh lucu dengan ucapan nya sendiri.

"Astaga.. kenapa kamar Kak Lian sangat berantakan? Huh, apa dia sengaja mengacaukan nya? Seingatku baju baju ini masih bersih dalam lemari" Dengus Rembulan dia terlihat sangat kesal saat ini.

Ya, saat Rembulan masuk ke kamar sang kakak betapa terkejut nya dia melihat kondisi kamar yang berantakan, bak kapal pecah.

"Apakah Kak Lian sengaja? Selalu saja begini setiap hari nya!" Ucap nya lemah.

Dengan penuh semangat walaupun terasa lemah dengan bibir kering dan wajah pucat Rembulan pun mengerjakan nya.

Selesai dengan baju baju kotor, dia pun beralih dengan laptop sang kakak di meja belajar. Di pandangi nya sesaat, ingin rasa nya dia mempunyai laptop seperti ini,

saat masih duduk di bangku kuliah tahun lalu, tapi apalah daya sang Rembulan tidak bisa meminta sesuka hati nya.

Dengan kepintaran yang di milikinya, Rembulan pun menyelesaikan tugas kuliah sang kakak dengan cepat. Yang mana jam pun sudah menunjukan pukul 12.35 wib, lapar dan haus mendera.

Rembulan pun beranjak keluar dari kamar itu menuju dapur untuk melihat apakah makanan sisa masih ada.

Bertepatan dengan kembali nya sang kakak, "Apakah tugas kuliahku sudah selesai?" Tanya Berlian acuh.

"Sudah kak, semua nya sudah aku siap di atas meja belajar mu, kau tinggal hanya mengecek saja kak." Jawab Rembulan dengan senyum paksa nya.

"Baiklah, kau bisa pergi!" ketus Berlian sambil berlalu meninggalkan Rembulan.

Sama sekali tidak ada rasa Terimakasih untuk sang adik, sikap ketus nya pada Rembulan sudah jadi hal biasa di kediaman Albertcius.

"Aih.. Kakak ku itu selalu saja begitu! Apakah dia tidak melihat tanganku pegal pegal mengerjakan tugasnya? Rembulan menatap nanar kepergian sang kakak.

"Tidak apa, aku kuat menghadapi sikapnya yang seperti itu." gumam Rembulan.

Sesampainya di dapur Rembulan malanjutkan niat nya mencari makanan sisa yang ada di atas meja, nasi putih dan semangkuk kecil kuah sup daging. Menghela nafasnya pelan melihat makanan yang ada di depan nya "selalu saja begini" Batin Rembulan menangis.

Ahh, author pun akan naik tensi jika hanya makan pake kuah nya doang. Huhu!!

"Nona? Kenapa Nona hanya mengambil kuah nya saja?" Tanya bibi Arum pada Rembulan.

"Ah, tidak apa apa Bibi, aku masih bersyukur bisa makan Bi" jawab Rembulan tersenyum dengan berkaca kaca.

"Tunggu sebentar Nona, saya tadi menyisihkan sedikit lauk nya untuk nona" balas sang Bibi Arum sendu.

Sungguh malang nasib nona Muda nya ini, dia yang hanya sebagai pelayan saja iba melihat sang Nona Muda. Kadang diapun meneteskan air mata melihat ketidakadilan keluarga besar ini memperlakukan anak bungsu dari keluarga Albertcius.

Pernah suatu hari Bibi Arum menemukan nona muda nya dalam keadaan tidak sadarkan diri di dalam toilet dapur. Dengan panik dia berteriak memanggil pekerja taman untuk mengangkat tubuh lemah Rembulan ke kamar nya, ternyata Rembulan sedang sakit tapi di paksa untuk membersihkan kediaman yang besar ini seorang diri.

Rembulan yang di hukum karna tidak mengerjakan tugas kuliah sang kakak pun harus merasakan tamparan keras di pipi kirinya. Karena sang kakak dihari itu mendapat teguran di kampus.

Alhasil, Rembulan yang sebelum nya sudah sakit bertambah sakit dengan hukuman yang di berikan sang Ayah kepadanya.

"Ini Nona, silahkan di makan! Bibi selalu menyisihkan makanan ini buat nona. Nona harus banyak makan, agar cepat sehat dan nona bisa dengan leluasa mengerjakan pekerjaan rumah" jawab Bibi Arum berkaca kaca.

"Terimakasih Bibi, hanya bibi yang ada buat aku di saat saat seperti ini" Rembulan terisak kecil menundukan kepala nya.

"Bibi akan selalu ada buat Nona, jadi jangan kawatir Bibi sudah menganggap Nona sebagai anak bibi sendiri" jawab bibi mengelus surai hitam Rembulan

"Aku sayang sama Bi Arum" Rembulan memeluk erat sang Bibi.

"Bibi lebih sayang lagi sama Nona, Bibi selalu berdoa semoga Nona Rembulan bisa menemukan kebahagiaan suatu hari nanti." Ucap Bibi Arum penuh dengan harap.

Dia sangat ingin anak bungsu dari majikan nya ini bisa kembali mendapatkan kehidupan yang baik dari ini. Terlepas dari tekanan dan tuduhan keluarga nya sendiri. Sungguh dia tidak berdaya tiap kali melihat sang anak asuh nya ini tidak mendapatkan keadilan di rumah nya sendiri.

Lebih parah nya lagi, pelaku itu bukan orang lain. Melainkan Ayah dan Kakak nya. Sudah bisa di pastikan betapa hancur hati sang anak merasakan sikap Ayah nya terus seperti itu.

...----------------...

Tinggalkan jejak kalian untuk mendukung karya Author ya 😍💜

Terpopuler

Comments

Yem

Yem

Nggak bisa bayangin aja ada di posisi rembulan..


Semangat kak..

2023-03-17

1

Niwa

Niwa

Terimakasih sudah membaca karya Author ya🙏 ayo tinggalkan jejak nya

2023-03-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!