“Ibuuu apa yang terjadi sebenarnya?” tanya Sherin di selah tangis nya.
Natali mengusap kepala Sherin dan menatap perihatin pada Sherin, lalu menatap Kevin yang dari tadi diam saja.
Intan dengan sisa tenaganya menggenggam tangan putri, “Sherin maafkan ibu yang selama ini merahasiakan penyakit ibu” ucap Intan lemah.
“Ibu sekarang istirahat dan jangan bicara dulu” ucap Sherin dengan terisak.
“Nak umur Ibu sudah tidak lama lagi, karena kanker paru-paru yang ku derita sudah stadium akhir” jelas Intan.
Sherin sangat syok mendengar pernyataan ibunya, “Ini tidak mungkin Bu, Ibu harus bertahan” balas Sherin sambil menggeleng tidak percaya.
“Dokteeer” teriak Sherin dan ingin keluar memanggil dokter, tapi Intan menahan tangannya membuat Sherin kemudian menghadap ibunya kembali.
“Sherin jangan panggil dokter” cegah Intan semakin lemah, Sherin semakin menangis dan air mata sudah membasahi kedua pipinya sambil terisak.
“Nak kalau aku suka tidak ada, anggap Tante Natali dan Om Kevin sebagai pengganti Ibu dan hormati mereka” pesan Intan, Sherin hanya bisa mengangguk pelan dan tidak pernah berhenti terisak.
“Intan kami janji akan menjaga putri kamu dengan baik dan kamu jangan khawatir” sahut Natalia lalu melihat suaminya, untuk meminta persetujuan.
Kevin yang mempunyai rasa kemanusiaan yang tinggi meski sikap nya sangat tegas, langsung mengangguk mengiyakan keinginan istrinya tercinta.
“Sekarang aku sudah bisa pergi dengan tenang” ucap Intan yang semakin melemah.
“Ibuuu” panggil Sherin menggenggam erat tangan ibu nya.
“She...sherin sayang, ja...jaga dirimu ba...baik-baik” ucap ingin, kemudian menarik nafasnya berat lalu tersentak dan perlahan menurut matanya.
“Ibuuu...” teriak Sherin dengan histeris.
Kevin segera memanggil dokter dan dokter itu segera memeriksa keadaan Intan.
Dokter itu melihat semua nya, "Maaf, Nyonya Intan sudah meninggal" ucap dokter itu lalu menunduk prihatin.
"Ibuuu... ini tidak mungkin, kenapa Ibu pergi begitu cepat meninggalkan Sherin" teriak Sherin histeris, sambil mengguncang tubuh ibunya dan memeluk tubuh ibu nya.
Natali mengusap kepala Sherin, "Kamu yang sabar yah Sherin" ucap Natali perihatin dengan nasab Sherin, lalu menatap Kevin yang terbawa suasana duka.
******
Setelah pemakaman Intan berlangsung, Natali dan Kevin membawa Sherin pulang ke rumahnya, Sherin tidak banyak bicara karena dia benar-benar terpukul dengan kepergian Ibunya.
Setiap hari Natali berusaha menghibur Sherin yang belum ingin masuk sekolah, tapi Sherin selalu diam saja.
Kevin yang melihat Natali bersama Sherin, menghampiri mereka dan menarik tangan istrinya menjauh dan Sherin terlihat diam saja.
"Natali Sayang, kamu harus memberi waktu untuk Sherin untuk menerima semua kenyataan ini" ucap Kevin sambil mengusap pipi istrinya.
Natali mengangguk, "Kamu benar sayang" balas Natali.
***
Beberapa hari telah berlalu, Sherin sudah bisa menerima kenyataan kalau ibu nya sudah meninggal dan berusaha tegar.
Pagi ini Natali dan Kevin sedang sarapan di meja makan, tiba-tiba dari arah tanggal turun lah Sherin yang memakai seragam sekolah.
Kevin dan Natali yang melihat Sherin sangat terkejut, yang sedang memakai seragam sekolah sambil tersenyum.
Natali melihat Kevin dan segera berdiri menyambut Sherin, "Sherin, ayo sarapan bersama kami" ajak Natali sambil menarik tangan Sherin duduk di kursi makan.
Sherin terlihat sungkan dan mengikuti Natali duduk di kursi, kemudian Natali kembali duduk di tempatnya yang berhadapan dengan Sherin.
Sherin mulai bicara, "Tante, Om maafkan aku selama ada di sini menyusahkan kalian" ucap Sherin.
Natali langsung menjawab, "Sherin sayang, kamu tidak menyusahkan kami dan kamu jangan sungkan terhadap kami" balas Natali.
"Iya Tante" jawab Sherin dengan sopan.
"Satu lagi, sekarang kamu sudah menjadi putri kami, jadi jangan panggil tante dan om lagi" tutur Natali.
Sherin tidak membalas wajar nya terlihat bingung, membuat Kevin menatap nya.
Natali tersenyum, "Panggil kami mamah dan papah" sambung Nantali.
"Mamah..." ucap Sherin pelan, membuat mata Natali berkaca-kaca karena sudah lama dirinya menginginkan, ada yang memanggilnya dengan sebutan mamah.
Kevin langsung mengusap punggung tangan istrinya untuk menenangkan nya.
Natali berusaha mengontrol perasaannya, "Oh yah Sherin, kamu sudah memakai seragam, apa kamu sudah bisa ke sekolah?" tanya Natali.
"Iya Mah" jawab Sherin masi ragu dengan panggilannya pada Natali.
"Apa sekarang kamu sudah lebih baik?" Natali kembali bertanya.
"Sekarang aku suka bisa menerima kenyataan, kalau jalan hidup ku sudah di takdirkan seperti ini" tutur Sherin.
"Yah sudah, biar Papah Kevin yang mengantar mu hari ini, karena kami belum menyiapkan sopir untuk mengantarmu ke sekolah" ujar Natali.
"Baik Mah" balas Sherin.
Kevin kemudian melap mulu nya dengan sapu tangan dan berdiri, "Yah sudah, aku berangkat dulu Sayang" ucap Kevin pada Natali.
Natali dan Sherin berdiri bersamaan dan mengikuti Kevin berjalan keluar.
Setelah berada di samping mobil, Kevin memegang lengan Natali kemudian mencium keningnya, "Aku berangkat dulu sayang" pamit Kevin.
Sherin yang melihat keromantisan Kevin dan Natali di depan nya, membuat nya kagum dengan kedua suami istri tersebut.
Sopir pun membuka kan pintu mobil untuk tuanya, Kevin segera masuk dan di susul Sherin.
Mobil pun melaju pergi dan Natali tersenyum melihat kepergian mobil tersebut, kemudian kembali masuk ke rumah.
***
Sementara di mobil, Sherin dan Kevin tidak ada yang bicara, karena Sherin sangat sungkan dengan Kevin yang tidak banyak bicara.
"Sekolah kamu di mana?" tanya Kevin tiba-tiba, dengan tidak melihat Sherin.
"Di SMA xxx Om" jawab Sherin.
Kevin lalu menatap Sherin, "Kamu masi memanggilku Om?" ujar Kevin.
"Ma maaf Pah" balas Sherin melirik Kevin yang masih menatap nya.
"Ya sudah, mulai sekarang kamu harus terbiasa memanggilku papah, karena sekarang kamu sudah menjadi putri kami" ucap Kevin sambil mengusap kepala Sherin dengan lembut, Sherin hanya mengangguk pelan.
***
Setelah sampai di sekolah Sherin langsung di sambut sahabat nya ya itu DENIS PERWIRA.
"Sherin, kamu sudah kembali sekolah?" tanya Denis.
"Iya Den" jawab singkat Sherin sambil berjalan beriringan masuk kelas.
"Sherin aku turut berduka dengan kepergian Tante intan" timpal Denis.
"Terimakasih Denis, sekarang aku sudah bisa menerima kenyataan kalau Ibu sudah tidak ada dan sudah tenang di atas sana" tutur Sherin menghentikan langkah.
Denis memegang kedua pundak Sherin, "Kamu gadis yang tegar dan kuat Sherin" ucap Denis.
Tiba-tiba ada seseorang wanita yang berjalan dan berdiri di antara mereka, "Sayang kamu disini, aku mencari kamu kemana-mana?" tanya wanita itu pada Denis.
Denis terlihat kebingungan untuk menjawab, kemudian Sherin menepuk pundak wanita itu, "Maaf yah kamu siapa?" tanya Sherin.
Wanita itu menoleh, "Hey justru aku yang harusnya bertanya, kamu yang siap sedang bersama pacar aku?" tanya balik wanita ini.
Sherin langsung menatap Denis, karena terakhir bertemu Denis, pacar Denis bukan lah wanita di hadapannya, tiba-tiba muncul ide untuk mengerjai sahabat nya itu.
Sherin berekspresi sedih mendekati Denis, "Sayang, kamu selingkuh lagi di belakang aku" ucap Sherin berpura-pura menangis tampa air mata, membuat Denis bingung dan akhirnya menyadari kalau Sherin kembali mengerjai nya.
"Sherin kamu berusaha mengerjai aku lagi yah?" batin Denis.
Wanita itu mendekati Denis dan menampar nya, "Ternyata kamu sudah punya pacar, mulut pria memang tidak bisa di percaya" maki wanita itu lalu berlari pergi.
Denis langsung menatap tajam pada Sherin, membuat Sherin tersenyum kecut dan mengangkat kedua tangannya, "Ak aku hanya melindungi wanita itu, agar tidak menjadi korban kamu selanjutnya" ujar Sherin, lalu memutar badan nya kebelakang kemudian berlari masuk kelas.
"Sherin awas yah" teriak Denis sambil mengejar Sherin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments