Diba merasa sedikit kecewa lantaran Taka menolak penawaran dirinya. Padahal ia berusaha menjadi seorang istri yang ingin melayani suami sebagaimana kewajiban.
"Maaf, Diba. Mas belum bisa melakukannya. Sebab melakukan hal itu tidak hanya karena naffsu saja, tapi juga harus di dasari dengan keinginan antara dua belah pihak. Dan tentunya harus dengan cinta."
Diba menunduk. Jawaban suaminya membuat Diba sadar jika mungkin ini terlalu cepat untuk mereka. Tak apa, ia akan menunggu sampai cinta itu tumbuh.
"Iya, mas. Diba paham. Kalau begitu Diba mau tidur saja. Mas juga tidur, ya. Assalamu'alaikum .."
Diba membaringkan tubuhnya dan matanya kini sudah terpejam sempurna. Taka tatap wajah Diba, ada perasaan bersalah dalam lubuk hatinya. Tapi jujur, ia belum bisa melakukan hal itu. Selain ia belum memiliki perasaan cinta terhadap Diba, ia juga masih memiliki perasaan untuk Vina. Ia tidak ingin menjadikan Diba, wanita baik-baik sebagai pelariannya. Sebagai bentuk balas dendam jika Vina pun melakukan hal demikian dengan pria lain. Ia hanya menginginkan hal seperti itu terjadi di dasari dengan keinginan dan cinta, agar Allah memberikan nikmat yang sungguh luar biasa ia dapatkan.
"Walaikumsalam .." jawab Taka kemudian.
Ia ikut berbaring di sisi sebelah Diba. Mereka tidur saling berhadapan. Menikahi Faradiba Harahap bukanlah keinginan dirinya dari hati, namun keadaan yang memaksa dirinya untuk menerima perjodohan tersebut. Akibat sakit hati, ia pun mau menikahi wanita yang di jodohkan oleh papa mamanya.
Setelah ia tahu jika wanita yang ia nikahi ini merupakan wanita yang begitu luar biasa sempurna, Taka jadi takut jika ia akan menyakiti Diba. Baik di sengaja maupun tidak. Sebab, walaupun ia merasa di sakiti oleh Vina, perasaan itu tidak mudah untuk ia buang. Menjalin hubungan bersama dalam waktu yang tidak sebentar, bukanlah sesuatu yang mudah untuk di lupakan. Terlebih perjalanan kisah cinta yang membuat banyak kenangan membuatnya khawatir jika suatu hari melukai perasaan istrinya.
***
Keesokan harinya. Taka ikut bergabung untuk sarapan bersama istri dan mertuanya. Dan penampilan Diba sudah kembali seperti semula, yaitu menggunakan kembali cadarnya.
"Aku yang ambilkan ya, mas."
Diba mengambil piring di depan suaminya dan mengambilkan nasi goreng telur dadar yang menjadi menu sarapan keluarga tersebut pagi ini.
"Terima kasih," ucap Taka kemudian.
"Iya, mas. Sama-sama."
Usai mengambilkan nasi ke piring suaminya, Diba juga menuangkan air minum untuk pria tersebut. Ibu dan ayah Diba ikut senang melihatnya.
"Semoga nak Taka betah tinggal di sini bersama kami," ujar pak Surya, ayah Diba.
Taka mengangguk dengan senyum kecil.
"Jadi, kalian ada rencana bulan madu tidak?" tanya bu Isma membuat Taka dan Diba seketika saling melempar pandangan.
Jujur, mengingat semalam Diba masih sedikit kecewa. Tapi ia berusaha untuk menghilangkan perasaan kecewanya dan bersikap normal seperti biasa.
"Iya, ada. Tapi mungkin tidak sekarang, bu," jawab Taka.
"Lalu kapan?"
Taka tampak sedang menyusun kata untuk di jadikan alasan.
"Mungkin nanti, setelah aku ada waktu luang. Karena aku akhir-akhir ini banyak pekerjaan."
"Lho, kenapa nunggu waktu luang dulu? Kenapa tidak berusaha untuk meluangkan waktu saja? Itu lebih baik. Mumpung masih pengantin baru, jangan di tunda-tunda kalau mau bulan madu. Mending sekarang-sekarang saja. Pas masih lagi anget-angetnya." sahut pak Surya.
Bu Isma menyenggol lengan suaminya. Ia memberi peringatan tidak sepantasnya ikut campur dalam hubungan rumah tangga putrinya. Apapun keputusannya, harus di hargai tanpa protes.
_Bersambung_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Ummu Yusuf
ia aneh, lebayx pkai cdar terus dlm rmh jg
2023-04-16
1
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
Diba lebay niiiiy ...
kan dalam rumah cuma ayah dan suaminya yg laki2 .... koq pake cadar segala ? kecuali kalo sarapannya di teras ... 😁😁
2023-04-16
3
umi syam
masak di depan orang tua dan suami pakai cadar ?
2023-03-21
3