EPISODE 1.3

Melihat mobilnya sudah pergi jauh Jane pun segera masuk lagi ke dalam. Namun hatinya tetap merasa aneh dan memikirkan suaminya yang tiba-tiba hilang dengan telponnya yang juga mati tak bisa di hubungi.

"Ya Tuhan semoga dia baik-baik saja." Ucap Jane dengan pelan sembari ia melangkah pergi menuju kamar anaknya.

Di samping itu, Viola yang sudah berada di jalanan perumahannya segera memencet klakson di depan rumah tetangganya pemilik mobil ini. Tak lama kemudian seorang pria membuka pintunya dan segera menyapa Viola dengan hangat.

"Saya pikir kamu akan mengembalikannya pagi nanti." Ucap Paman Dani, tetangga sebelah yang paling terkenal dengan wajah sangar yang ia punya sekaligus tubuh besar yang menjadi ciri utamanya. Begitupun sang istri yang gemuk bernama Laura, bibi Laura. Mungkin saja sekarang ini ia sedang tidur di kamarnya.

"Ibu menyuruh kami untuk langsung pulang saja palingan juga besok pagi ayah datang, sekali lagi terimakasih banyak paman, kalau begitu kami permisi." Viola segera pamit sembari membawa kedua adiknya yang terlihat belum sepenuhnya sadar, dengan membawa adiknya itu Viola terlihat kacau seakan sedang membawa dua orang mabuk yang merepotkan.

Sesampainya masuk ke dalam rumah segera Viola melempar kedua tubuh adiknya itu ke sofa depan TV, sifat lamanya kembali muncul kalau sudah berada di rumah.

"Bangun sendiri sana, hah cape banget." Viola terengah-engah sambil jari jemarinya memijit bahu terasa pegal jika di pencet.

Dituangkannya air teko ke dalam gelas hingga ia minum air itu dengan sangat cepat saking hausnya ia dan kering tenggorokannya.

"Ergh." Reva mulai mengerjap-ngerjap kedua matanya berusaha bangun, ia pun mulai mengigau dengan mulutnya yang terbuka menahan ngantuk.

"Hsbkbjfjksk."

Hoammm

Viola bangkit dan segera melangkah pergi naik ke lantai atas. Dan dengan sifat jail yang ia miliki, Viola malah menakut-nakuti adiknya yang masih berada di sofa.

"Cepet tidur sebelum ada suster ngesot dari dapur." Pekik Viola dari atas sana.

Sontak Reva dan Rava segera membulatkan kelopak matanya secara spontan juga mereka berdua berlari menaiki tangga, keduanya berebut agar tak menjadi orang yang paling belakang. Sedangkan Viola malah tertawa kecil melihat keributan dari mereka berdua.

"Awas Rev."

"Ih kamu yang awas Rav."

Dan setelah mereka bertiga masuk ke dalam kamar masing-masing barulah mereka akhirnya tidur pulas hingga sampai suara Adzan dari masjid terdengar menandakan waktu subuh telah tiba.

Sebagai warga negara yang baik berperilaku toleransi membuat masyarakat yang ada tetap harmonis tanpa adanya rasa egoisme. Ketiganya kini masih tidur pulas di ranjang masing-masing bukan saja karena rasa lelah akibat semalam tidur mereka terganggu namun juga rasa nyaman untuk tidur lebih lama.

Wiliam sang ayah kini sudah pulang tanpa mengeluarkan suara bisik dari luar, ia dengan hati-hati membuka pintu lalu masuk ke dalam rumah tanpa tahu mereka sebenarnya di timpa musibah.

Wiliam dengan santainya beraktivitas seperti biasa, memasak air untuk menyeduh kopi nonton TV dan makan cemilan yang ia bawa dari luar. Dari lantai atas Viola sayup-sayup mendengar suara pergerakan dari lantai bawah dan dengan memaksakan diri untuk membuka mata Viola akhirnya keluar kamar untuk mengecek.

"Kalau bukan ayah pasti maling." Pikirnya sambil mengambil tongkat kasti miliknya bersiap kalau-kalau yang datang kerumah itu ternyata maling.

Perlahan-lahan kakinya menuruni tangga akan tetapi setalah matanya bertatap dengan sang ayah Viola pun mulai merasa tenang kembali.

"Ayah, ayah udah pulang? Kapan?" Tanya Viola bertanya-tanya seraya ia meletakkan tongkatnya di meja.

Ayah tersenyum tanpa tahu keadaan Hana dan Jane sekarang ini.

"Baru aja nyampe." Jawab ayah masih santai menyeruput kopi di gelasnya.

Viola tak habis pikir dengan ayahnya saat ini, bisa-bisanya ia masih santai duduk tenang di sana sedangkan ibu menunggu ayah di rumah sakit sekarang.

"Ayah emangnya gak buka HP kah? Semalam Hana demam tinggi sampe harus di bawa ke rumah sakit, ayah kemana aja di telpon gak diangkat di chat gak di bales sekarang ayah malah duduk santai di sini."

Viola mulai mengungkapkan kekesalannya pada sang ayah walau memang sepertinya Wiliam belum tahu keadaan rumah saat ini terlihat dari wajahnya yang terkejut.

"Apa? Hana Sakit?"

"Udah Yah, sekarang ayah langsung pergi aja ke rumah sakit sekarang ibu udah nunggu lama." Titah Viola sambil gadis itu kembali naik ke atas bersiap untuk pergi ke sekolah.

William yang melihat Viola seperti itu padanya segera bergegas keluar, kali ini Wiliam merogoh hpnya dari saku jaket lalu dinyalakan kembali hpnya yang mati daya itu. Ia pun segera mendapat panggilan tak terjawab yang sangat banyak di notifikasi hpnya begitupun pesan khawatir dari sang istri.

Setelah mengetahui lokasi rumah sakit lewat pesan kemarin, William segera bergegas menuju rumah sakit dengan motornya.

Wajahnya terlihat sangat khawatir bahkan detak jantungnya bisa terdengar dari luar, tak hanya khawatir ia juga menunjukkan ekspresi takut, menyesal dan marah. Takut istrinya marah besar padanya dan marah karena dirinya tidak menyalakan hpnya tadi malam.

Sesampainya di rumah sakit, William segera mencari kamar pasien anaknya setelah berhasil menemukannya terlihat di kursi tunggu Jane sedang duduk di sana dengan wajah yang sangat lelah lantas ia pun menghampirinya.

"Sayang." Seru Wiliam.

Jane mendongak ke arah Wiliam yang memanggil namanya, kedua matanya yang terlihat panda itu tetap memaksakan diri untuk membuka matanya lebar-lebar.

Namun Jane tak membalas panggilan suaminya itu, ia hanya bangkit dari duduknya dan segera melihat kamar anaknya lewat jendela kecil dari pintu.

"Maafkan aku semalaman hpnya mati daya jadi aku gak tahu kalau ada masalah sepenting ini." Segera Wiliam memberikan alasan untuk sang istri.

"Habis dari mana aja kamu? Bukannya kamu kerja cuma sampe jam 8 kalau pun lembur palingan juga jam 10an kamu pulang." Ucap Jane menahan amarah dalam dirinya.

"Maaf, aku bener-bener minta maaf kemarin karena kecapean aku tidur di kantor dan baru pulang subuh tadi."

Jane merasa belum sepenuhnya percaya akan ucapan suaminya itu akan tetapi hati nuraninya terus meminta agar ia mempercayai Wiliam dan pada akhirnya ia pun memaafkannya.

Setelah itu Jane pun membicarakan kondisi Hana saat ini ia juga menceritakan kejadian kemarin dan pada akhirnya ia menanyakan keadaan anaknya yang ada di rumah. Wiliam pun menjawab kalau Viola sudah bangun saat dirinya pulang ke rumah sedangkan si kembar masih tidur di kamar.

Jam 06.25 Di Rumah

Viola kini sudah siap dengan seragam sekolahnya, kerja cepatnya hari ini bisa mengalahkan ibu-ibu yang setiap harinya beberes rumah pagi-pagi.

Viola bahkan sudah menyiapkan sarapan walau hanya dengan telor dadar dan tempe. Dari lantai bawah Viola mulai berteriak memanggil kedua adiknya kembangan itu untuk segera bangun dan sarapan.

"REVA RAVA CEPETAN BANGUN!!"

Terpopuler

Comments

Voxryn

Voxryn

uwa iya kak typo Mulu

2023-03-18

1

Tanpa Nama

Tanpa Nama

mulai sadar ya Vi

2023-03-18

1

Tanpa Nama

Tanpa Nama

'sejarah' 😭😭 typo kak

2023-03-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!