Jane menghela nafasnya merasa sangat bersyukur Hana tak menghilang, karena Jane tahu Hana adalah anak yang berbeda dari yang lain. Gadis itu seolah punya kemampuan tersembunyi dalam dirinya tapi Jane tak peduli, karena Hana tetaplah anaknya.
Jane segera menghampiri Hana dan memeluknya dengan hangat. "Hah Hana, seharusnya kamu keluar kalau sudah bangun ibu sudah masak di bawah. Kamu makan ya? Kan tadi kamu belum makan." Ucap Jane dengan sayang.
Hana mengangguk walau ia tak bersuara gadis itu tetap mengikuti ibunya dan makan dengan lahap.
Tak lama kemudian bunyi telepon masuk dari HP jane, di sana tertera nama Bos. Segera Jane mengangkat telepon itu dan diakhiri dengan Jane yang terlihat terburu-buru keluar dari rumah.
"Mau kemana Bu?" Tanya Rava saat di meja makan ada tiga orang anak yang sedang makan melihat Jane tergesa-gesa mengambil barang miliknya seperti tas, jaket, sepatu dan lainnya.
"Ada kerjaan baru di kantor, ibu harus pergi sekarang. Kayaknya ibu bakalan telat pulang, kalian berdua tolong jaga Hana ya. Kalau malam-malam lapar tinggal makan apa saja yang ada di kulkas, ibu buru-buru sekarang." Jane berbicara tanpa henti sembari bersiap keluar dari sana.
Setelah pintu tertutup tiba-tiba saja pintu rumah kembali terbuka dengan jane yang kembali memberi nasihat pada ketiga anaknya karena Viola sudah masuk ke kamarnya sedari gadis itu merajuk.
"Satu lagi jangan lupa! Kunci pintu rumah dan jangan main keluar malam-malam, titik."
Brak
Suara keras pintu yang tertutup itu membuat mereka bertiga hanya bisa terdiam dengan tingkah Jane yang seperti itu, walau ternyata Jane sering terburu-buru seperti tadi namun kali ini suasananya terasa berbeda seolah sesuatu akan terjadi.
Terdengar langkah kaki yang cepat sedang menuruni tangga dari atas, ternyata Viola segera turun dari atas sana selepas dirinya mendengar suara keras dari pintu depan.
"Ibu keluar lagi?" Tanya Viola pada ketiga adiknya. Mereka pun segera mengangguk cepat membuat Viola tiba-tiba saja menghela nafasnya kasar.
Namun, bukannya apa. Viola malah bergegas menuju kulkas dan mengambil beberapa makanan di dalamnya padahal niatnya makanan itu untuk makan malam nanti.
Terlihat Viola menghidangkan makanan itu di depan TV sembari menyiapkan laptop di depannya, rupanya ia akan berbincang-bincang dengan teman-temannya lewat video call.
"Kak, itu kenapa makan sekarang? Ibu tadi bilang, makanan itu buat nanti malam kalau-kalau kita lapar nanti." Reva mulai menjelaskan hal itu pada Viola yang malah dihiraukan olehnya, melihat itu mereka bertiga pun tak bisa berbuat apa-apa apalagi berani melawan sang kakak.
Akhirnya mau tak mau mereka pun menyibukkan diri mereka dengan bermain di luar rumah, walau sebenarnya Hana sudah di ajak oleh kakak kembarnya untuk bermain tetapi Hana memilih untuk bermain sendirian.
Hana kini sedang bermain taman samping rumahnya yang kebetulan rumputnya lembut dan tidak basah, gadis kecil itu sibuk dengan mainan yang sangat banyak di dalam kardus. Seperti anak lainnya Hana juga membuat sebuah cerita pada mainan-mainan tersebut. Waktu pun tak terasa sudah mulai sore dan Hana belum sadar kalau langit sudah mulai gelap dengan matahari yang mulai terbenam.
Dari pintu Rava memanggil nama Hana untuk segera masuk ke dalam rumah, Hana sadar akan hal itu dan ia segera membereskan mainannya dan memasukkannya ke dalam box kardus setelah itu ia masuk ke dalam rumah dan tak lupa ia mengunci pintu, di simpannya kunci itu di tempat biasa ibu meletakkannya.
Ayah sudah biasa tidak pulang dengan cepat bahkan mungkin keterlambatannya sudah menjadi hal yang tak aneh untuk mereka semua. Tepatnya di waktu magrib adzan dari masjid sana mulai dikumandangkan agar orang-orang muslim segera melaksanakan sholat magrib ini.
Namun berbeda dengan keluarga Bell, nenek moyang mereka agamanya Kristen hingga keturunannya saat ini. Bisa dikatakan nenek moyang mereka adalah bule dari luar negeri hingga kulit mereka pun berbeda dengan warga asli Indonesia.
"Kak, Rava udah laper nih bikinin makanan dong." Rengek Rava saat dirinya sudah merasakan sakit di perutnya yang kosong.
"Ergh kamu bisa bikin sendiri kan?" Begitulah Viola menolak permintaan adiknya dengan sifat malas akut yang ia punya.
"Tapi kak, salah kakak juga makan makanan yang ada di kulkas padahal ibu sudah bilang makanan itu untuk nanti malam." Timpal Reva dengan berani namun dengan keberaniannya itu masih kalah dengan sifat egoisme yang dimiliki oleh Viola.
"Terus mau apa? Mau kakak muntahin lagi makanan yang udah ada di perut kakak." Viola pun menunjukkan rasa kesal di wajahnya dengan memutar bola matanya merasa jengkel.
"Reva gak bermaksud gitu kakak, Reva cuma mau kakak masakin masakan buat kita bertiga karena kakak yang ngabisin semua makanan yang ada di kulkas." Jelas Reva.
Hingga akhirnya mau tak mau Reva bangun dari duduknya dan segera melangkahkan kaki menuju dapur, Reva dan Rava mulai mengamati kakaknya yang sedang memasak dengan asal-asalan. Di samping itu Hana tetap diam tak berbuat apa-apa karena menurutnya itu permasalahan orang-orang dewasa.
Tak lama kemudian masakan buatan Viola pun telah jadi, lalu dihidangkannya makanannya itu di atas meja makan. Makanan yang hanya berisi telur, saos, kecap, dan nasi itu pun menjadi makan malam mereka bertiga hari ini.
Viola pun segera pergi dari sana dan kembali ke ruang tv meninggalkan ketiga adiknya yang sedang makan malam itu, Reva mulai mencicipi telur buatan Viola namun ternyata rasanya sangat asin hingga nafsu makannya seketika hilang.
"Egh asin banget rasanya kayak makan garam." Ucap Reva yang kedengaran oleh Viola dari sana namun ternyata Viola tak marah malahan gadis remaja itu acuh dan tak peduli akan ketiga adiknya makan atau tidak.
"Makan saja bahaya kalau kita tidur dengan perut kosong." Ucap Rava dengan pelan sambil tangannya mulai memasukkan gumpalan nasi dengan sedikit telur.
Reva pun hanya bisa menurut gadis itu mulai mengikuti Rava dengan membuat gumpalan nasi yang lebih besar daripada telurnya. Berbeda halnya dengan hana yang tidak tahu apa-apa gadis kecil itu hanya bisa menahan rasa asin yang berlebih dalam makanan itu padahal akan membahayakan kesehatannya nanti.
Setelah makan malam selesai, Reva dan Rava pun segera naik ke atas masuk ke dalam kamar dari pada harus menonton tv bersama kakaknya yang sifatnya seperti itu. Hana pun begitu, ia mulai menaiki tangga perlahan-lahan sebelum akhirnya langkahnya terhenti.
Viola pun mendongak dan menatap Hana yang juga menatapnya saat ini.
"Selamat malam kak." Ucap Hana dengan lembut.
Viola hanya mengangguk kecil walau sebenarnya perasannya terasa aneh melihat adiknya yang lembut seperti itu, "Ah iya-iya selamat malam."
Tanpa Viola tahu suhu tubuh Hana mulai tidak stabil setelah makan telur yang asin itu, gejala awalnya adalah pusing, mual, dan perut yang bergejolak tak beraturan.
Hana tetap menahannya ia pikir rasa pusingnya itu akan segera hilang kalau ditidurkan. Namun ternyata sakit di tubuhnya mulai semakin parah begitu pun dengan rasa sakit di kepalanya. Hingga pukul 10 malam dimana Viola yang juga akan masuk ke dalam kamarnya tiba-tiba saja ia mendengar suara rintihan sakit di kamar Hana.
Viola tiba-tiba cemas, matanya malah melirik ke arah kamar adik kembar yang ada di seberang. Lalu ia pun mulai membuka pintu kamar Hana dan betapa terkejutnya ia melihat Hana yang terus menggeliat di atas kasur. Viola panik, ia pun mulai berteriak memanggil Reva dan Rava yang masih berada di kamar sedangkan dirinya mulai menggendong tubuh Hana dan membawanya keluar.
"REVA RAVA BANGUN."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Tanpa Nama
Ada typo kak
2023-03-18
2
Tanpa Nama
uih parah lu Vio
2023-03-18
1
Uud
Hana punya penyakit lambung?🥺 keasinan langsung perih mungkin ya. Viola jadi kakak gitu amat. pingin tak jewer
2023-03-06
1