LILI
Bel sekolah berbunyi dengan sangat kencang di penjuru lingkungan sekolah menandakan waktu pulang untuk para anak-anak murid di sekolah dasar ini. Para orang tua sudah bersiap menjemput anak mereka di depan gerbang begitupun dengan Jane yang kini sedang menengok sana sini mencari anaknya dari gerombolan anak lain yang keluar gerbang.
Hana, sangat menonjol di antara yang lainnya karena paras bule yang dimiliki anak itu. Namun setiap pulang sekolah raut wajah Hana selalu saja muram nampak tak bersemangat, Jane sang ibu selalu khawatir namun ia tak tahu harus berbuat apa agar anaknya kembali ceria. Jane adalah seorang ibu rumah tangga sekaligus bekerja sebagai penulis di sebuah perusahaan.
Jane terpaksa bekerja sebab suaminya Wiliam hanya seorang pekerja kantoran yang gajinya akan selalu tetap walau negara mengalami inflasi (Kenaikan Harga-harga Barang), dengan pendapatan nya kurang ia akhirnya mencari pekerjaan sesuai dengan kemampuannya yaitu menulis buku. Namun karena pekerjaannya itulah, ia menjadi kurang tanggungjawabnya sebagai seorang ibu dalam merawat anak-anak nya dengan baik.
"Hana, gimana kelasmu hari ini nak?" Tanya Jane berusaha tersenyum di balik tubuhnya yang kelelahan karena bekerja.
Hana tetap diam masih dengan raut wajahnya yang tak bahagia, Jane merasa bersalah dan tak tahu harus berbuat apa lagi.
"Mungkin Hana lelah, ayo kita masuk ke mobil." Ajak Jane sembari dirinya menarik tangan Hana masuk ke dalam mobil, di dudukannya Hana di kursi belakang sembari memberikannya mainan anak-anak yang selalu ada di box bawah kursi.
"Hei Hana, kamu gak sakit kan nak?" Jane langsung meletakkan tangannya di dahi Hana mengecek suhu anak tersebut dan Jane merasakan suhu yang hangat di sana.
"Tidak Bu, Hana cuma mau tidur, Hana capek." Jawab Hana sambil memeluk bantal kecil di sampingnya.
Mendengar itu Jane segera memberikan kenyamanan yang baik untuk tidur Hana di mobil, bahkan Jane segera menyiapkan bantal besar untuk Hana.
"Tidurlah Hana jangan sampai tubuhmu sakit." Hana menurut dan segera membaringkan tubuhnya di kursi mobil itu, sedangkan Jane bersiap mengendarai mobilnya.
Dengan hati-hati ia mengemudi agar Hana tidak terbangun dari tidurnya. Asalkan sampai ke rumah dengan selamat, Jane tidak apa-apa walau dirinya selalu di tatap oleh pengendara lain karena mobilnya yang jalan lambat.
Singkat waktu sampailah ia di rumah yang sederhana namun terlihat mewah saking bersihnya tempat itu, setelah memasukkan mobilnya ke garasi barulah Jane masuk ke dalam rumah sambil menggendong Hana di pangkuannya.
Masuk ke dalam ternyata anak-anaknya yang lain sudah berada di ruang TV sembari memakan cemilan yang ada. Ketiga nya menatap Jane dan Hana namun hanya sekilas setelahnya mereka melanjutkan aktivitasnya masing-masing.
"Hana kenapa Bu?" Tanya Viola, anak kedua yang sudah kelas 3 SMA. Remaja cantik selalu saja bermain di depan layar handphone nya setiap hari dan tak pernah lepas dari genggamannya.
"Ssst Hana lagi tidur." Jane menjawab dengan pelan sambil ia pergi menuju ke kamar Hana yang ada di lantai 2, lantai khusus kamar anak-anak.
Viola terlihat menghela nafas lalu gadis itu lanjut bermain handphonenya. "Sekolah gitu aja sampai ketiduran, Hah." Ucapnya sambil menghela nafas seolah ia sedang mengejek adiknya tersebut.
Viola selalu bersikap seperti itu, dimana pun dan kapanpun. Sifatnya yang pemalas, egois dan suka marah-marah itu berbanding terbalik dengan kakak nya Viandra.
Anak pertama sudah kuliah di UI (Universitas Indonesia) namanya Viandra Bell, laki-laki tampan yang juga pintar dalam akademik itu sudah mendapat kos-kosan untuk tinggal dekat kampusnya. Namun karena itu juga Viandra jarang pulang kerumah karena kesibukannya berkuliah. Sesekali kakak laki-laki itu menelpon keluarganya di saat waktu luang namun tetap saja, Viandra masih tak bisa kembali ke rumah karena kuliah dan kerja sampingannya.
Selain Viola masih ada dua adik lainnya selain Hana, yaitu si kembar. Reva dan Rava namanya, sekarang sudah kelas 2 SMP dan keduanya sama-sama menyukai olahraga. Dan kini, mereka berdua sedang menonton tv bersama sepulang dari sekolah.
"Kak Viola tadi gak sekolah?" Tanya Reva sambil tangannya memasukkan cemilan ke dalam mulutnya.
Tanpa melirik pun Viola tetap menjawab pertanyaan adiknya, namun sorot matanya tak lepas dari layar handphone.
"Libur." Viola menjawab singkat tanpa menjelaskan hal lainnya pada adiknya itu, sudah hal biasa Viola bersikap seperti itu di rumah.
"Kita mah besok ya libur nya." Ucap Reva pada saudara kembarnya Rava dan Rava hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawabannya.
"Gak nanya." Viola segera menimpali ucapan Reva dengan begitu santai tanpa melihat ekspresi kaget yang terbentuk di wajah Reva.
Di saat mereka sedang santai seperti itu, Jane turun dari tangga dan segera menyapa anak-anaknya yang sudah mulai dewasa.
"Hah maaf semuanya, ibu belum sempat masak untuk kalian hari ini. Nah, karena ibu udah di sini kalian mau makan apa?"
Reva dan Rava segera menjawab dengan lantang namun setelahnya mereka berdua kembali bermain di depan televisi.
"Apa aja ibu, kita juga masih kenyang jadi jangan masak banyak-banyak." Ucap Rava dengan senyum manis di wajah tampannya itu, dan hal itu menjadi suatu fakta bahwa anak-anak Jane berwajah tampan dan cantik.
"Baiklah Rava." Jane lalu melirik ke arah Viola, gadis itu terlihat sedang mengetik di layar hpnya namun sepertinya insting yang ia punya masih berjalan dengan baik karena Viola masih bisa merasakan tatapan sang ibu di sampingnya.
"Terserah ibu mau masak apa aja." Ucap Viola, lantas Jane segera pergi ke dapur untuk memasak.
Beberapa puluh menit sudah berlalu, Jane selesai memasak dan segera menghidangkan masakannya di meja makan. Bau masakan enak tercium di segala penjuru rumah hingga membuat si kembar segera menghampirinya dan mengambil makanan tersebut. Keduanya lahap memakan masakan Jane namun tidak dengan Viola yang terlihat biasa saja dan seperti biasa HP selalu ada di genggaman tangannya.
"Kak bisa simpen dulu gak hpnya? Kamu kan lagi makan coba fokus pada makanan mu itu." Jane mencoba menghentikan Viola yang sudah kecanduan bermain HP namun peringatannya itu malah di abaikan dengan Viola yang merajuk dengan wajah yang terlihat kesal.
Jane hanya bisa menggeleng melihat perilaku anak perempuannya yang besar itu, ia merasa sangat lelah bukan hanya tubuh dan pikirannya saja. Apalagi, suami selalu pulang malam dan tak pernah sekali pun membantu ia mengurus anak-anak sejak satu bulan yang lalu.
Jane segera membuang pikirannya yang sedang lelah itu dan berusaha tetap tegar dan sehat untuk mendidik anak-anaknya, Jane mendongak ke lantai atas mengingat Hana belum makan sama sekali sehabis pulang sekolah tadi.
Setelah itu Jane langsung menaiki tangga berniat membangunkan Hana dan menyuruhnya untuk pergi makan di lantai bawah. Setibanya di depan pintu kamar Hana, Jane segera menarik gagang pintu dengan hati-hati. Setelah terbuka Jane terkejut melihat kasur Hana yang kosong melompong hal itu membuatnya panik seketika dan segera masuk ke kamar mencari keberadaan Hana.
"HANA, HANA??" Panggil Jane meneriaki Hana, dan ternyata Hana masih ada di dalam kamar sedang melihat pemandangan samping halaman rumah yang hanya ada pohon tak berbuah di sana namun lebat daunnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Tanpa Nama
aku ngulang bacanya, seru banget ceritanya yah sembari nunggu kak author up
2023-03-18
1
Tanpa Nama
Viola jadi kk gitu amat ya🤣🤣 keinget
"kamu nanyea kamu bertanya-tanya." GK sekalian aja jadi dilan kw
2023-03-18
2
Tanpa Nama
Jane adalah, ya itu tuh kak author.
soalnya kalau Jane untuk seorang ibu rumah tangga agak sedikit gak nyambung
2023-03-18
2