"Darren lo lihat? Gibran mengalami pergeseran tulang belakang, beruntung tidak sampai tahap kelumpuhan. Sebab, pergeseran tulang belakang bisa menyebabkan syaraf kejepit dan menyebabkan kelumpuhan." Terang Dimas sambil memberikan sebuah hasil rontgen Gibran beberapa jam lalu.
Darren melihatnya, bagian tulang belakang putranya memang sedikit bergeser. Dia semakin merasa bersalah pada putra kembarnya karena tidak memantau mereka dengan baik.
"Apa bisa di lakukan pengobatan?" Tanya Darren tanpa mengalihkan tatapannya pada hasil tersebut.
"Bisa, dengan terapi fisik. Nanti gue buatin jadwal dengan dokternya," ujar Dimas.
Darren mengangguk, setidaknya putranya bisa kembali pulih. Dia tidak pernah terbayang jika putranya mengalami kejadian fatal. Darren pasti akan menyesal seukur hidupnya.
"Gibran anak yang aktif, bahkan saat dia di rawat pun dirinya kasih kelewat aktif. Lo tenang saja," ujar DImas berusaha menenangkan Darren.
"Hem, dia anak yang kuat. Sejak lahir sampai sekarang," ujar Darren dengan nada lirih.
"Yah, padahal dokter sudah bilang jika Gibran sudah meninggal. Namun, sebuah keajaiban putramu menangis saat kau menggendongnya." Dimas menceritakan kejadian saat si kembar lahir. Dimana Gibran di vonis sudah tiada karena terlalu lama di jalan lahir.
"Gue salut sih sama Nadia, dia melahirkan anak kembar dengan proses normal. Yah, walaupun saat Gibran baru keluar kepalanya saat itu Nadia malah pingsan. Tapi menurut gue, dia sangat berjasa bagi kehidupan lo Darren," ujar Dimas dengan menatap sahabatnya itu dengan sorot kata sendu.
Darren mengangguk mengakui, pada saat dimana Gibran keluar. Dokter dan suster panik saat Nadia pingsan, padahal Gibran baru saja keluar kepalanya. Dokter pun melakukan tindakan untuk menarik paksa Gibran.
"Yasudah, balik gih ke kamar rawat Gibran. Nanti siang temen gue dateng buat periksa anak lo dan menentukan pengobatan apa yang cocok untuknya," ujar Dimas.
" Heum, terima kasih," ujar Darren.
Darren pun keluar dari ruangan Dimas, dia berjalan sambil melihat rontgen Gibran. Rasa bersalah masih menyelimutinya, dirinya tak bisa membayangkan bagaimana nasib putranya saat itu.
DUGH!!
Sangking fokusnya Darren dengan foto rontgen itu, dirinya tak sada akan menabrak seseorang. Hasil rontgen pun terjatuh, Darren segera mengambil nya. Akan tetapi, orang yang ia tabrak malah mengambilnya lebih dulu.
"Lain kali hati-hati mas, gimana kalau saya ja ...."
Tatapan keduanya terkunci satu sama lain, seakan waktu telah berhenti. Tubuh keduanya mendadak kaku untuk di gerakkan, bayangan masa lalu terbayang di pikiran mereka mereka.
"Sa-savanna?"
Srek!
Savanna memberi foto itu dengan paksa pada Darren, dia berjalan menjauh dengan sedikit berlari.
"Oh astaga, mimpi apa aku semalam bertemu dengan Dandang itu." Gumam Savanna.
"SAVANNA! TUNGGU!!" Teriak Darren.
Savanna menulikan pendengarannya, dia dengan cepat berlari ke arah lift. Darren berlari dengan cepat, tetapi lift keburu tertutup. Dengan pasrah, Darren pun hanya bisa mengamati pintu lift yang sudah tertutup itu.
"Dia sudah kembali? Savanna ku sudah kembali!" Lirih Darren dengan raut wajah senang.
Sedangkan Savanna, dia menghela nafas lega saat dirinya sampai di lantai kamar dimana Gibran di rawat.
"Melihat mukanya saja rasanya ingin sekali aku memukulnya." Geram Savanna.
Savanna membenarkan penampilannya, dengan anggun dia berjalan keluar dari lift dan berjalan menuju ruang VVIP.
"Orang kaya memang beda, biasanya kelas bawah lah ini VVIP. Gak nanggung-nanggung, apalah daya gue yang cuman berharap pake kartu bantuan." Lirih Savanna.
Langkah Savnna terhenti saat melihat sebuah kamar VVIP dengan tulisan nama Gibran sendiri. Dengan senyum merekah, Savanna mengetuk pintu dulu sebelum dirinya masuk.
Tik!
Tok!
Tok!
Cklek!
"Permisi." Seru Savanna.
Gibran dan Gabriel menoleh, mereka merasa sedikit terkejut saat melihat Savanna yang masuk ke dalam ruang rawat mereka.
"BU GULU!!" Pekik Gibran.
Savanna tersenyum, dia kembali menutup pintu dan berjalan mendekati keduanya yang sedang berada di atas brankar.
"Apa kabar sayang?" Tanya Savanna sambil mengelus kepala Gibran dan Gabriel.
"Baik, tapi nda tau kenapa daddy taluh Giblan dicini. Pacang celang cegala, kayak lobot lagi di ici batle aja." Celoteh Gibran.
Savanna terkekeh, dia mengusap gemas rambut tebal Gibran. Sementara Gabriel, seperti biasa anak itu tengah membaca bukunya.
"Apa kalian tidak di temani oleh daddy kalian?" Tanya Savanna.
Gibran menggeleng. "Tadi daddy bilangna mau kelual cebental gitu, tapi campe cekalang nda balik. Lagi cali pacal kali," ujar Gibran dengan bibir mengerucut lucu.
Savanna yang gemas pun mencubit pipi Gibran, jika saja Gibran adalah boneka pasti Savanna sudah membawanya pulang.
Cklek!!
"Maaf, tadi ada sedikit masalah jadi daddy agak lama."
Savanna yang mendengar suara pria pun segera menoleh, netranya membulat sempurna saat mendapati Darren yang masuk ke dalam ruangan si kembar.
"Sa-savanna? kamu ngapain disini?" Bingung Darren, pasalnya Savanna kabur darinya dan malah masuk ke dalam ruangan putranya sendiri.
Savanna bingung dengan situasi yang ada, begitu pun dengan si kembar. Mereka tidak mengerti dengan ekspresi kedua orang dewasa di hadapan mereka.
"Seharusnya saya yang tanya, kenapa kakak ikutin saya sampai disini?"
"Aku? ngikutin kamu?" Tanya Darren menunjuk dirinya sendiri.
Savanna hanya diam, dengan wajah datarnya dia berbalik dan menatap si kembar dengan ekspresi yang sudah dia ubah menjadi ramah.
"Gibran, Gabriel. Bu guru pamit pulang dulu yah, besok bu guru kesini lagi bawain kalian jajan. Oke!"
Gibran dan Gabriel hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan memasang raut wajah bingung, mereka tidak paham dengan situasi saat ini.
"Savanna tunggu! Sav!!" Darren mengejar Savanna keluar ruangan, dia menarik tangan Savanna sehingga terpaksa Savanna harus berhenti.
"Apa sih kak? aku udah pernah bilang sama kakak, jangan pernah anggap kita saling kenal!" Seru Savanna sambil menyentakkan tangannya yang di pegang oleh Dareen.
"Tapi, kamu sendiri yang dateng pada kakak Sava," ujar Darren dengan sorot mata yang penuh dengan kerinduan.
Savanna mengerutkan keningnya, sejenak dia melihat ke arah pintu kamar rawat Gibran dan beralih menatap Darren. Seketika, dia menepuk keningnya ketika menyadari sesuatu.
"Astaga, jadi Gibran dan Gabriel anak kak Darren. Kenapa gue lola banget sih!" Batin Savanna.
"Sav." Panggil Darren.
"Kakak selama ini mencari kamu. Kakak ingin memjelaskan semuanya sama kamu, semua yang terjadi bukan murni kesalahan kakak!" Sambung Darren.
Savanna yang mendengarnya pun terkekeh, dia mengelus keningnya dan menatap Darren dengan sorot mata yang masih datar.
"Lalu siapa yang di salahkan? Nadia? Kakak juga turut andil menikmatinya bukan?" Tanya Savanna dengan tersenyum kecut.
"Sav, bukan sepenuhnya salah kakak. Nadia yang sudah merancang semuanya." Sahut Darren.
"Syuuttt, kita akhiri. Kita sudahi, jangan lagi ada bahas tentang masa lalu. hargai Nadia sebagai istri ...,"
"Nadia sudah meninggal." Sela Darren.
Ucapan Darren membuat tubuh Savanna membeku, bagaimana bisa dirinya lupa? bukankah Gibran sudah menceritakan jika ibu mereka sudah tiada? lantas? mengapa dirinya sampai lupa?
"Sav, kakak mohon. Maafin kakak, enam tahun kaka menanggung perasaan bersalah. Kakak mohon Savanna, maafin kakak." Lirih Darren sambil maju satu langkah mendekat pada Savanna.
Savanna tak menjawab, dia berbalik dan pergi begitu saja. Darren tak lagi mengejarnya, dia membiarkan Savanna berlari pergi darinya.
"Heh, apa lo masih berharap dia maafin lo Ren. Sementara lo yang udah buat hati dia mati?" Batin Darren merutuki kebodohannya sendiri.
Sedangkan Savanna, dia menaiki taksi untuk kembali ke kosannya. Sepanjang perjalanan, dia menangis. Mengingat kisahnya dengan Darren sampai pria itu berniat serius padanya.
"Kenapa harus bertemu lagi? bahkan, aku tidak sadar jika selama ini aku telah berada dekat dengan anak mereka."
"Kenapa? Kenapa di saat aku sudah mulai menerima semuanya, rasa trauma itu kembali dia datangkan? kenapa?" Batin Savanna menangis.
__________
Jangan lupa dukungannya🥰🥰🥰.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Nanik Kusno
Si kembar bakal punya ibu baru nih....👏👏👏☺️☺️☺️
2024-11-02
0
awesome moment
cilebek bnf.an dwh
2025-03-28
0
Ririn
joddooohhhh/Drool//Angry//Angry//Joyful//Joyful/
2024-11-12
0