Bab 16

Malam hari

Sehabis makan malam bersama, kini Sisil dan suaminya serta putri mereka tengah berkumpul di ruang keluarga mereka berdua menemani putri mereka yang sedang belajar untuk mempersiapkan ujian.

Dengan telaten Sisil memperhatikan cara putrinya itu belajar, dan jika putrinya bertanya karena tak mengerti dengan antusias Sisil menjelaskan perlahan demi perlahan agar putrinya mengerti.

Sedangkan Rangga hanya tubuhnya saja menemani Sisil dan putri mereka tapi pikirannya justru sibuk dengan laptop yang ada di pangkuannya, karena Rangga ingin menyelesaikan pekerjaannya agar ketika liburan tak ada pekerjaan yang harus di pikirkannya.

"Ini benar gak, ma?" tanya Raya sembari memperlihatkan buku yang ada di hadapannya kepada sang mama

"Mana mama lihat dulu" kata Sisil sembari memperhatikan coretan di buku putrinya itu

"Iya ini benar, sayang" kata Sisil sembari tersenyum dan mengembalikan buku itu kepada putrinya

Kemudian putrinya kembali fokus dengan buku-buku pelajarannya, bahkan sudah banyak sekali coretan di buku pelajarannya itu karena memang saat ini putrinya tengah belajar berhitung.

Tanpa terasa waktu terus berjalan dan kini malam semakin larut, putrinya pun akhirnya tertidur di dekat buku-buku pelajarannya karena kelelahan belajar dan Sisil pun membiarkan putrinya tertidur di atas karpet.

Awalnya tadi Sisil sudah mengajak putrinya untuk segera ke kamar tidur jika sudah mengantuk, namun putrinya bersikeras masih mau belajar hingga tanpa sadar tertidur juga di atas karpet yang mereka duduki itu.

Rangga yang kebetulan telah selesai juga dengan pekerjaannya lalu perlahan mengendong putri mereka untuk di pindahkan ke kamar tidur, setelah sudah di dalam gendongannya Rangga segera membawa putrinya ke kamar tidur.

Tiba di dalam kamar tidur perlahan-lahan Rangga meletakkan putrinya di atas tempat tidur, setelah itu di tariknya selimut yang ada di ujung kaki putrinya itu dan menyelimutkan ke putrinya sampai leher.

"Mimpi indah ya, sayang" ucap Rangga sembari mencium pucuk kepala putrinya sebelum keluar dari kamar tidur putrinya itu

Setelah itu Rangga melangkahkan kaki keluar dari kamar tidur putrinya, kemudian menutup pintu kamar tidur putrinya dengan perlahan jangan sampai menimbulkan suara agar tidur putrinya tak terganggu.

Kini Rangga telah kembali ke ruang keluarga duduk di sofa samping Sisil yang sedang menonton TV, Rangga dengan manja membaringkan tubuhnya di paha Sisil dan Sisil membiarkan saja bahkan tangannya memainkan rambut milik Rangga.

"Sayang, kamu udah siap belum hamil lagi?" tanya Mas Rangga kepada Sisil sembari mendongak menatap Sisil dengan penuh cinta

"Jika tuhan masih memberi kepercayaan untukku hamil lagi, gak masalah" jawab Sisil menatap kedua bola mata Rangga sembari tangannya masih memainkan rambut milik Rangga

"Syukurlah kalau kamu masih mau hamil lagi, semoga saja tuhan masih memberi kita kepercayaan untuk mempunyai anak lagi" kata Mas Rangga sembari beranjak duduk dan mengelus perut Sisil yang rata itu

"Aaamiiin" jawab Sisil sembari tersenyum

Rangga pun langsung mencium bibir Sisil yang tersenyum manis itu, dari ciuman biasa kini berganti jadi lum*tan dan Sisil pun dengan agresif membalas ciuman yang menuntun itu.

Bahkan tangan Rangga mulai turun membuka kancing piyama yang di pakai Sisil saat ini, dan kebetulan sekali ternyata Sisil tak memakai bra sama sekali jadi membuat Rangga begitu lancar meluncurkan aksinya.

Rangga terus melum*t bibir ranum milik Sisil yang selalu menjadi candunya sekarang bahkan Rangga baru sadar bahwa seluruh tubuh Sisil lebih indah dari pada tubuh Lisa mantan selingkuhannya itu.

"Aduh tuan dan nyonya lagi ngapain tu, ada suara begituan segala" kata Bik Mirna yang saat ini sedang di dapur mengambil air minum namun tiba-tiba mendengar suara des*han

Bik Mirna yang memiliki kepo tingkat tinggi jadi penasaran, Bik Mirna pun melangkahkan kaki perlahan-lahan menuju ruang depan namun belum melihat siapapun hanya terdengar suara des*han panjang.

"Astagfirullah mata bibik jadi ternoda, nasib janda di tinggal mati gak bisa begituan" kata Bik Mirna yang melihat kedua majikannya sedang berciuman di atas sofa ruang keluarga

Bik Mirna yang tak mau melihat lebih jauh lagi pun memutuskan kembali ke kamar tidurnya, namun saat hendak melangkahkan kaki Bik Mirna tak sengaja menginjak salah satu alat tulis anak majikannya sehingga membuatnya hampir jatuh.

"Aduh enak eh enak eh sakit" kata Bik Mirna dengan latah kemudian langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya

Sisil dan Rangga yang masih larut dalam buaian surga dunia meski mereka belum sepenuhnya bercinta, tiba-tiba menghentikan aktivitas mereka saat mendengar suara Bik Mirna yang begitu keras seperti di balik dinding pembatas ruang keluarga dengan ruang makan.

Sisil pun membenahi piyama tidurnya yang semua kancingnya terlepas, lalu segera di pasanganya lagi sembari beranjak menghampiri Bik Mirna yang memang benar ada di ruang makan sedang memegangi kakinya.

"Bik Mirna kenapa?" tanya Sisil sedikit khawatir melihat raut wajah Bik Mirna sepertinya sedang kesakitan

"Itu nyonya gak sengaja ke injek ini" kata Bik Mirna melihatkan sebuah peruncing kecil milik anak majikannya itu

"Ya ampun, sini bibik duduk dulu takutnya telapak kaki bibik berdarah" kata Sisil memerintah Bik Mirna duduk di salah satu kursi makan yang ada di dekat mereka

Bik Mirna pun dengan patuh segera duduk dan benar saja telapak kaki Bik Mirna sedikit berdarah, Sisil segera beranjak mengambil kotak P3K yang tersimpan di laci dekat area dapur.

Sisil dengan cekatan mengobati luka di telapak kaki Bik Mirna, awalnya Bik Mirna menolak karena tak enak hati masak majikannya yang membersihkan lukanya namun Sisil bersikeras ingin mengobati luka Bik Mirna hingga mau tak mau Bik Mirna pun menurut.

Soalnya bagi Sisil Bik Mirna bukan pembantu di anggapnya di rumah ini melainkan seperti orang tua sendiri, karena kalau bukan Bik Mirna yang selalu tepat waktu menyiapkan makanan mereka serta mengerjakan pekerjaan rumah Sisil tak akan bisa lagi Sisil mengurus rumahnya setelah ia memutuskan untuk kembali terjun ke perusahaan miliknya.

Selesai membantu mengobati luka di telapak kaki Bik Mirna, Sisil pun pamit ingin segera ke kamar dan meminta Bik Mirna juga segera beristirahat karena malam sudah semakin larut.

"Bagaimana dengan luka di telapak kaki Bik Mirna tadi?" tanya Mas Rangga saat pintu terbuka yang menampakkan Sisil

"Hanya luka kecil namun pasti tetap sakit, udah di obati tadi" jawab Sisil sembari mendekati Rangga kemudian mengalungkan tangannya di leher Rangga ingin melanjutkan aktivitas mereka yang sempat terhenti tadi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!