Setelah hari itu, Narayan sering dititipkan ke Yulia, karena Yulia yang meminta ia sangat menyayangi Narayan.
"Arman aku titip Narayan sebentar ya, Mama mau ketempat Ibu Tuti nggak lama kok" pinta Yulia pada putranya.
"Ah... mama lain kali nggak usah sok sokan momong anak orang kalau nggak sanggup" kata Arman
"Hallah Ibu cuma sebentar kok ,kalau kamu nggak mau ya udah, biar Narayan Ibu bawa" kata Yulia
"Ya udah sini" kata Arman
"Narayan kamu ikut om Arman bentar ya, Oma mau pergi sebetar" Pamit Yulia pada Narayan
"Iya oma" kata Narayan.
Setelah itu Arman membawa Narayan ke playground yang ada dikafe Yulia.
"Kamu main disini om tunggu disini" ucap Arman seraya mengantarkan Narayan ketempat bermain. Sembari Arman menunggu sambil membuka laptop untuk menyelesaikan pekerjaanya. Ada sepasang mata sejak tadi melihat kearah Arman dan Narayan.
"Sayang kamu ngapain sih dari tadi liat kesana terus" ucap seorang perempuan kepada Ridwan
"Itu seperti anakku Narayan, tapi siapa laki laki itu?" ucap Ridwan
"Kamu ngimpi mas? mana mungkin anakmu disini , pasti ia lagi sibuk main tepung dirumah bersama istri lusuhmu itu" kata Perempuan tadi
"Kamu benar juga Sila, Narayan nggak punya baju dan sepatu semahal itu" ucap Ridwan.
"Itu pasti anaknya Orang yang ada disebelahnya itu yang dimeja dekat area bermain. Dari tadi laki laki itu berinteraksi dengan anak yang mirip dengan anak kamu dan mereka dekat sekali seperti anak dan ayah" kata Sila
"Deg ..." jantung Ridwan berdetak kencang mendengar kedekatan ayah dan anak .Ia juga punya anak tapi tidak dekat dengan anaknya cenderung cuek dan ia malah lebih dekat dengan ponakanya.
Tak lama kemudian ia melihat seorang perempuan paruh baya masuk dan mendekati dan Narayan berteriak " Oma..."
"Tuh kan sayang ,anak itu cucunya ibu Ibu sosialita itu .Hayalanmu terlalu tinggi membayangkan anak itu anakmu, lagian anak sendiri masak kamu nggak bisa membedakan" omel Sila.Ridwan hanya garuk garuk kepalanya yang tidak gatal . Ridwan juga melihat anak kecil itu digendong wanita sosalita yang tak lain adalah Yulia.
"Kita balik kekantor lagi aja, ini sudah waktunya kembali kerja" ajak Ridwan pada Sila kekasih gelapnya.
"Yang habis gajian, beliin aku perhiasan ya" pinta Sila
"Apa sih yang enggak buat kamu." ucap Ridwan .Setelah itu mereka kembali ke kantor mereka .
Setelah beberapa saat kepergian Ridwan dan pacarnya Cahaya datang untuk menjemput Narayan.
"Makasih ya bu, sudah jagain anak saya dan makasih juga udah beliin baju baju dan sepatu buat Narayan" ucap Cahaya
"Nggak usah makasih, Ibu senang kok menjaga Narayan" ucap Yulian
"Menjaga apaan, yang ada mama ngerepotin aku buat jaga anak kamu" sewot Arman.Yulia langsung mencubit lengan putra kesayanganya
"Apaan sih ma, kok aku dicubit" ucap Arman
"Maafkan saya pak , saya jadi ngerepotin besuk saya janji nggak nitipin anak saya lagi, sekali lagi maaf pak" ucap Cahaya.
"Pertama saya bukan bapak kamu, yang kedua ini bukan lebaran kenapa minta maaf" ucap Arman datar
"Ihh...judes banget ini orang" batin Cahaya
"Cahaya kamu jangan dengerin omongan Arman, besuk kalau kamu nggak nitipin Narayan ke sini saya yang jemput kerumah kamu, sejak ada Narayan Ibu tidak kesepian lagi, satu satunya putra Ibu sibuk kerja sampai lupa kawin. Sementara ibu selalu sendiri kalau ada Narayan Ibu terhibur, Narayan sudah Ibu anggap cucu Ibu sendiri" ucap Yulia.Cahaya merasa sangat terharu dengan ucapan Yulia. Mertuanya yang notabene nenek kandung Narayan saja seolah tidak peduli yang ia pedulikan hanya Dinda cucu kesayangannya.
"Kenapa kamu menangis Aya, apa kata kataku ada yang menyinggung perasaanmu?" tanya Ibu Yulia
"Tidak bu, saya hanya terharu. Ibu menyangi anak saya seperti cucu Ibu sendiri" ucap Cahaya .Yulia langsung memeluk Cahaya
"Sudah jangan nangis lagi, kamu pulang biar diantar Arman" ucap Yulia .
"Nggak usah bu, saya bisa naik angkot" ucap Cahaya
"Bisa nggak sih kamu nurut apa kata mama" ucap Arman dingin .Cahaya hanya menunduk dan pasrah ia meminta diantar sampai pasar saja selain takut
terjadi fitnah.Selain itu ia juga akan berbelanja di pasar. Setelah dari pasar Cahaya langsung mengganti pakaian Narayan takut kotor karena ia tau baju itu sangat mahal ,bahkan sampai setahunpun ia tidak akan pernah bisa membeli baju yang dipakai Narayan hari ini.
"Aya ... aku pulang" kata Ridwan setelah pulang dari kerja. Cahaya langsung menyambutnya.
"Tumben pulang cepat Mas?" tanya Cahaya
"Aku tidak lembur ,Mana Narayan?" tanya Ridwan. Ia masih penasaran dengan anak kecil yang ia lihat dikafe tadi.
"Tumben pulang langsung cari Narayan?" tanya Cahaya heran karena tidak biasanya
"Kamu ini gimana sih, Nanya salah nggak nanya kamu bilang cuek" kata Ridwan sembari mencari keberadaan Narayan.
"Ya , karena nggak biasanya aja jadi rasanya aneh" ucap Cahaya.
"Terserah" ucap Ridwan.
"Narayan.... ini Ayah nak" Ridwan memanggil Narayan namun Narayan tetap cuek ,karena ia tidak pernah dapat perhatian dari ayahnya bahkan bila ia sedang bermain bersama Dinda dan mereka bertengkar Ayahnya lebih membela Dinda dari pada anaknya sendiri.
Ridwan tertegun melihat Narayan dengan pakaian lusuhnya sedang bermain mobil mobilan usang
"Apa yang aku pikirkan, sehingga aku mengira anak yang dikafe tadi anakku" batin Ridwan setelah melihat keberadaan Narayan lantas ia berlalu meninggalkan anak itu
"Tadi katanya nyari anaknya, sudah ketemu cuma diliat bentar terus ngeloyor pergi" sewot Cahaya.
"Mas, aku mau nanya sama kamu. Kenapa akir akir ini kamu dingin banget sama aku, setelah kelahiran Narayan kamu juga jarang banget sentuh aku, ada apa sebenarnya mas? apa kamu sudah bosan sama aku" tanya Cahaya.
"Kamu ini ngomong apa sih Aya, aku itu cape banget, banyak kerjaan dikantor" kilah Ridwan.
"Banyak kerjaan nggak ada duitnya percuma juga" sewot Cahaya.
"Ya , udah kamu maunya apa? tidur sama aku? ayo kita tidur bareng sekarang" tantang Ridwan
"Ya , nggak gitu juga kali mas" ucap Cahaya tersipu .Namun bukan Ridwan kalau tidal bisa membaca pikiran Cahaya dia mulai mendekati Cahaya dan mencumbunya agar Cahaya tidak Curiga dengan perselingkuhanya. Setelah mereka melakukan aktivitas malamnya tiba tiba ponsel Ridwan bergetar
"Mas ponsel kamu bunyi, diangkat dong berisik banget" ucap Cahaya
"Males ...ganguain orang tidur aja" ucap Ridwan
"Angkat mas , siapa tau penting malam malam begini" ucap Cahaya.Ridwan takut mengangkat ponselnya takutnya Sila yang menghubunginya.Tanpa melihat siapa yang menghubungi Ridwan langsung mematikan ponselnya.
"Aman" batin Ridwan.
"Kok malah dimatiin Mas?" tanya Cahaya .
"Biarin aja, sudah malam ganggu orang aja" kata Ridwan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Yusni Ali
, Dasar suami tidak tahu diri
2023-04-10
0