2. Wawancara Kerja

“Oh, maaf, maafkan saya.” Pria itu segera menutup kembali pintu mobil setelah meminta maaf. Bagaimana tidak, didalam terlihat sepasang kekasih dengan kepala tertutup yang sudah pasti sedang beradu kekuatan lidah. Tanpa mengetahui bahwa gadis yang dicarinya itulah yang berada disana.

Tentulah karena rasa takutnya yang besar, Vania nekad menciptakan suasana seperti sebuah adegan terlarang di dalam mobil. Meski terlihat sedikit gila, tapi ini sama sekali tidak bisa di sebut sebagai pelecehan.

“dia tidak bersembunyi di mobil itu?” tanya si kepala botak.

“Tidak ada. Hanya ada pasangan yang sedang ... emm ...”

“Aku mengerti. Baiklah, kita kembali ke dalam dan menerima segala konsekuensinya.” para pria itu pun pergi dengan putus asa.

.

“Woaaaaahhhh! Haf haf haaff, Akhirnya aku bisa bernapas.”

Kini Vania benar-benar merasa tenang. Tidak percuma ia menahan napas saat melakukan aksinya barusan.

“maafkan aku. Aku benar-benar berhutang padamu. Aku berjanji, dikehidupan selanjutnya aku akan melakukan apapun untuk membayarmu. Terima kasih Anda tidak bangun.” Vania pun hendak pergi setelah meminta maaf bahkan terima kasih, tak peduli pria itu dengar atau tidak.

Glek,

“kau mau kemana?” suara dalam milik pria itu membuat Vania terkejut.

“Kau mau pergi lagi?”

Vania membalikkan tubuhnya perlahan dengan jantung kembali berdegup.

“Maaf, Pak. Saya tidak bermaksud jahat. Disini saya hanya bersembunyi.”

"Apa ini? Apa dia jelas-jelas sedang tidur."

Pria yang belum ia ketahui namanya itu masih menutup mata.

“Maya ... tinggallah bersamaku dan Arin. Ayo besarkan dia bersama...”

"Jelas orang ini sedang mengigau." Vania membuang napas lega dalam sekali hentakan.

“Aku, Vania. Bukan Maya. Dan aku akan pergi. Trima kasih atas tumpangannya.”

Vania keluar dari mobil itu membawa senyum kelegaan diwajahnya. Namun, senyum itu seketika menghilang saat dirinya memikirkan dua orang, yakni ibu dan kakaknya yang sedang berada di Luar Negeri, Kuala Lumpur.

"Kalau saja kalian berdua bukan orang yang kusayangi, aku pasti sudah menyerah jadi tulang punggung keluarga. Hanya demi uang kalian bahkan tega melemperku ke sarang macan." Vania tak habis pikir, kakak dan ibunya itu semakin tak masuk akal.

.

.

Keesokan harinya, Vania terbangun oleh suara ponselnya yang berdering.

“Apa? Panggilan Interview?” vania bergumam ria setelah membaca pesan pada ponselnya. Tak menunggu lama Vania bersiap dengan semangat yang menggebu. Meskipun ini hanya pekerjaan sebagai pengasuh anak, tapi yang Vania dengar adalah anak yang diasuh adalah seorang nona kecil yang baru berusia 3 tahun, anak dari pemilik perusahaan Furniture terbesar di negara ini. Sudah pasti upahnya menjanjikan.

.

Tiba di depan kantor sebuah perusahaan. Kesinilah Vania diminta untuk datang melakukan wawancaranya.

“Vaniaaaa!”

“hei! Siti,” Vania segera menghampiri Siti, tetangganya yang memang bekerja di perusahaan ini. Bisa dibilang Siti adalah salah seorang teman Vania walaupun tidak begitu dekat. Karena Vania bukan seseorang yang mau berteman akrab dengan orang lain. Satu sahabatpun ia tidak punya. Entahlah, Vania seperti membuat batas sosial, sehingga tidak seorangpun mengenalnya dengan baik.

“Sit, aku bingung. Kenapa interview untuk jadi pengasuh saja harus ke kantor perusahaan? Memangnya anak yang butuh pengasuh ada di kantor ini?”

“Ya iyalah, Vania ... bapaknya si anak itu adalah pemimpin perusahaan ini. Beliau CEO kami. Eh, tapi, dengar-dengar dia sekarang menduda itu makanya cari pengasuh anak.”

“O.... gitu ,.. okelah, kalau begitu, Yuk antar aku ke ruangan boss kamu,”

“oke, Yuk.”

Keduanya memasuki lift.

Siti yang merupakan salah satu karyawan disana merasa perlu memberi sedikit informasi penting agar Vania perlu jaga-jaga.

“Vania, dengarkan aku baik-baik.”

“hmm? Apa itu?”

“Jadi, sudah beberapa orang di wawancara sebelum kamu. Nah dari yang aku dengar, mereka tidak diterima karena ketahuan motiv mereka yang tidak bener. Mereka tidak bener-bener ingin jadi pengasuh anak si boss tapi yang mereka incar adalah posisi Nyonya boss. Nah, aku tahu kamu sekarang butuh duit, tapi jangan sampai ketahuan si boss. Ngerti sampai sini?”

“Aduh, Sit, bukankah kita kerja untuk nyari duit yak? Aku rasa itu wajar.”

“oke, wajar. tapi kriteria utama pengasuh anak ini adalah kasih sayang yang tulus. Boss maunya pengasuh anaknya ini tidak hanya sebagai pengasuh tapi lebih ke memiliki rasa sebagai ibu buat anaknya.” Jelas Siti dengan wajah serius.

“Tunggu, Sit, ini benar kan mereka lagi butuh pengasuh anak? Kenapa terdengar seperti boss kamu lagi nyari istri idaman?”

Ting!

Belum sempat Siti menjawab, pintu Lift keburu terbuka.

“Vania, keluarlah. Aku Cuma boleh ngantar sampai disini. Tuh ada sekertaris si boss. Kamu sapa dia. Oke, semoga berhasil, tetanggaku!” Ya ... vania dan siti adalah tetangga dalam beberapa waktu terakhir ini setelah Vania pindah ke lingkungan rumah Siti. Vania memang selalu hidup berpidah-pindah akibat ada saja ulah mama dan kakaknya.

.

.

Sang sekertaris membuka pintu ruang CEO setelah mengetuk. “Permisi, Pak. Pelamar atas nama Vania sudah datang.”

“Silahkan masuk dan duduklah” Ucap sang CEO tanpa mengangkat wajah yang hanya menatap PC di depannya.

Vania melangkah hati-hati menuju tempat duduk yang tersedia di sana dengan wajah setengah menunduk.

Deg.

*"Apaa?" *Vania tiba-tiba terlihat shock di tempat. Ia bahkan belum sempat duduk manis.

*"Diaaa ... orang itu? kenapa sangat mirip dengan pria di mobil tadi malam? Tidak. Aku memang ingin membayarnya dikehidupan selanjutnya. Tapi bukan sekarang. Gammalio Abra, Jadi itu namanya?" * Vania masih sempat membaca papan nama yang bertengger di atas Meja.

“Vania Arlita ...”

“Hah? Yah?”

Vania kembali terkejut bukan main saat pria di depannya menyebut nama  lengkapnya. Dengan spontan ia perbaiki raut wajahnya yang sungguh tidak sopan dihari pertama bertemu calon atasan. Lebih tepatnya calon majikan.

“Kenapa kau melotot melihatku?”

“hah? Tid-tidak, Pak. Maaf.”

"Gawat, sepertinya hariku akan berakhir kalau dia mengngatku. Jangan harap akan diterima. Vaniaaaa! Kau, konsentrasilah!"

“Apa kita pernah kebetulan bertemu?”

“Tidak pernah, Pak.” Vania sedikit tersentak mendengar pertanyaan satu ini.

“Dari tatapanmu barusan, ku kira kita adalah musuh besar di masa lalu.”

“tidak Pak. Tidak sama sekali.” Vania menggeleng kuat, berusaha meyakinkan.

"Gadis ini mencurigakan." Gama membatin.

“baiklah, lupakan. Jadi ... kamu berumur 21 tahun.”

“benar, Pak.”

Vania masih berdiri di tempat. Ia sudah lupa untuk duduk.

“Apa pernah bekerja sebagai ART, pengasuh atau apapun itu sebelumnya?”

“emmm. Sebelumnya saya memang bekerja di beberapa tempat, pak. Tapi bukan ART atau pengasuh.” Jujur Vania.

“bekerja di beberapa tempat dalam waktu bersamaan, itu maksudmu?”

“Benar, Pak.”

*"Kelihatannya orang ini seseorang yang menomorsatukan uang dalam hidupnya." *

“Apa anda menyukai anak kecil?”

“Emm... emm.. tidak ada alasan untuk tidak menyukai anak-anak, Pak. Mereka polos dan lucu,”

"Tampaknya dia memiliki banyak keraguan."

“Anda tahu cara menyayangi anak-anak? seperti apa orangtuamu memperlakukanmu saat kecil? Apa masih ingat?”

Vania tertegun. Bagian ini sedikit mengusik perasaannya. Sejak kecil dirinya diperlakukan tidak adil oleh keluarga. Cara menyayangi? Ia sama sekali tidak ingat kasih sayang itu seperti apa dan bagaimana rasanya disayangi dengan tulus oleh keluarganya sendiri. Pasalnya, hanya ada kata sayang berbau modus yang diterimanya dari kakak dan ibunya selama ini.

Gamma menatap curiga. dalam hal ini diriya tidak main-main. Ia tidak ingin menempatkan putri kesayangannya disamping seseorang dengan latar belakang keluarga yang tidak harmonis. ia takut keselamatan putrinya terancam jika pengasuh yang ia tempatkan disisi putrinya akan membawa pengaruh buruk terhadap tumbuh kembang anak itu.

Diamnya Vania tentu saja mengundang rasa curiga. "kenapa hanya diam? Apa keluargamu-"

“keluarga kami saling menyayangi, Pak.” jawab Vania pasti, seraya tersenyum kecil. Ia bahkan tak membiargan CEO di depannya menyelesaikan kalimat.

.

.

Bestie....

Tolong beri nilai karya ini ya, 🙏

Dan jika ada yang perlu perbaikan, silakan dimat dalam kolom komentar.

Satu lagi, mohon like, favorite, vote dan apapun biar aku cemangat😁

Terpopuler

Comments

Diana Budhiarti

Diana Budhiarti

hiii orang tajirr cari suster pake interview...ya harusss donk

2023-07-01

0

Sinciho Grendly

Sinciho Grendly

semngatt othorr

2023-02-27

1

❤️⃟Wᵃf🕊️⃝ᥴͨᏼᷛAna

❤️⃟Wᵃf🕊️⃝ᥴͨᏼᷛAna

terima yaa gamma

2023-02-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!