Karina menghentikan langkahnya untuk masuk ke dalam rumah dengan refleks dia berbalik melihat ke arah Fin yang masih berdiri tegak dengan wajah arrogant nya yang mendominasi kedua tangan Fin masih tersimpan di dalam saku celana kerjanya.
Dengan wajah bingung dan matanya yang melotot Karina memekik kencang.
"Apa? anda jangan bercanda Pak" ucap Karina lebih tegas ke arah membentak, namun setelahnya dia menutupi mulut lancangnya yang berani membentak bosnya.
"Apa saya terlihat sedang bercanda hem?" tanya Fin masih dengan wajah arrogant nya.
"Tapi kan mmm... ke... kenapa harus saya?" tanya Karina pelan dengan wajah menunduk.
"Kenapa memangnya anda sudah mempunyai suami?" tanya Fin kembali.
Karina menggeleng.
"Anda sebaiknya mencari perempuan yang jauh lebih sempurna daripada saya, maaf saya tidak bisa menerima permintaan anda" ucap Karina pelan.
"Saya tidak membutuhkan perempuan sempurna untuk menjadi pasangan saya" terang Fin pada Karina dengan nada lembut yang terdengar jauh lebih bersahabat.
"Tapi tetap saja saya tidak bisa" jawab Karina dengan tegas.
"Apa yang membuat kamu menolak saya?" tanyanya dingin dengan alis yang sedikit terangkat.
"Mmm... sa... saya sudah mempunyai kekasih" bohong Karina ragu-ragu.
"Saya tahu kamu baru saja putus" ucapnya sedikit mengejek.
"Anda..." pekik nya dengan telunjuk terangkat menunjuk wajah tampan bosnya.
"Kalau ada masalah selesaikan dengan elegan tidak perlu kamu capek-capek berteriak mengutuk-ngutuk pacar kamu dan selingkuhan nya" ucap Fin panjang lebar.
Karina melotot mendengar jawaban Fin, ternyata saat di apartemen Fin melihat segalanya termasuk sumpah serapah yang dia lontarkan pada Ramon dan Lisa.
"Sebaiknya anda mencari perempuan lain yang lebih pantas untuk Anda" tolak Karina kembali.
Fin berjalan mundur kemudian disandarkannya tubuh tegap itu pada mobil miliknya yang sedang terparkir, kedua tangannya dia lipat di atas dada.
"Apa alasan kamu menolak saya?" tanya Fin kembali.
Karina menengadahkan wajahnya ke langit kemudian dihembuskan nafasnya kasar.
"Apa alasan saya harus menerima permintaan konyol Anda?" Karina kembalikan pertanyaan Fin.
Karina pikir Ramon saja yang sudah Karina kenal dari SMP dengan mudahnya memanfaatkan Karina apalagi Fin yang baru bertemu dengan Karina siang tadi itu pun tanpa disengaja pasti ada niat lain yang di sembunyikan Fin dengan menikahinya pikir Karina.
Kening Fin bergerak, terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan dari Karina.
"Permintaan konyol kamu bilang?" heran Fin pada Karina yang menganggap permintaannya untuk menikah sebagai permintaan konyol di saat perempuan lain berlomba untuk naik ke atas ranjang miliknya.
"Apa kamu tahu berapa banyak perempuan yang menginginkan saya menjadi suaminya?" tanya Fin dengan arrogant.
"Tapi saya bukan mereka, kita bahkan baru bertemu hari ini, anda dengan tiba-tiba meminta saya menikah yang bahkan saya sendiri tidak tahu maksud Anda meminta saya untuk menjadi istri anda, memangnya apa sebutan lain yang lebih pantas daripada konyol?" jawab Karina dengan nafas memburu karena kesal.
"Mami" panggil seorang anak kecil yang berlari ke arah Karina, Karina dan Fin mengalikan perhatiannya.
Dia menoleh ke arah datangnya anak dua tahun tersebut tampak juga wanita paruh baya ikut berlari menyusul di belakangnya.
Karina berjongkok sambil merentangkan kedua tangannya menyambut anak kecil tersebut.
"Devin..." pekik Karina dengan suara riangnya, dia memeluk Devin penuh rindu dan menghujani seluruh wajahnya dengan kecupan hingga Devin tergelak, ekspresinya berbanding terbalik dengan tadi saat dia berbicara dengan Fin.
"Bibi terima kasih sudah menjaga Devin hari ini, maaf ya saya pulangnya malam" sesal Karina.
"Tidak masalah Neng, Devin anak penurut jadi bibi tidak kesusahan saat menjaganya, kalau begitu Bibi pamit dulu ya Neng" pamit Bik Rita, tetangga Karina yang diminta untuk menjaga Devin sementara.
Karina mengangguk sebagai jawaban sambil tersenyum hangat ke arah Bik Rita karena bibinya sakit terpaksa Karina menitipkan anaknya pada tetangganya yang sudah Karina anggap seperti keluarga sendiri.
Fin sendiri langsung menegakkan tubuhnya dia tercengang dengan apa yang dilihatnya saat ini ternyata Karina sudah mempunyai seorang anak laki-laki tampan yang mirip sekali dengan Karina, hanya di bagian bibir dan matanya saja yang berbeda, Fin mematung, lebih ke arah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Mata itu..." pekik Fin di dalam hati saat melihat mata dari anak Karina.
"Mami itu capa?" bisik Devin sambil menunjuk ke arah Fin. Devin sendiri mewarisi kecantikan sang mami kulit seperti susu dan badan yang cukup tinggi untuk ukuran anak dua tahun, rambutnya hitam berponi dengan bibir mungil yang menggemaskan saat berbicara.
Karina berbalik melihat ke arah yang berdiri dia baru sadar kalau Fin masih berada di halaman rumahnya.
Karina bangkit sambil membawa Devin ke dalam pangkuannya.
"Pak inilah alasan saya menolak Bapak kita berbeda dari berbagai aspek anda sudah seharusnya mendapatkan perempuan yang jauh lebih baik daripada sa..."
"Stop" sergah Fin sambil mengangkat tangannya ke udara menghentikan ucapan Karina namun dengan nada yang rendah agar tidak menakuti anak yang sedang Karina gendong.
"Sekarang saya harus kembali ke rumah sakit, kita bicarakan ini besok lagi" terangnya pada Karina, Fin langsung masuk ke dalam mobil, dan mobil yang ditumpangi Fin pun pergi meninggalkan halaman rumah Karina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Zuka Saya
penasaran cuyyyy
2023-04-16
0
Wiek Soen
ternyata Karina sdh punya anak...jangan2 itu anaknya Fin
2023-03-16
3