Nikah Dadakan
Suara ******* dan erangan memenuhi salah satu kamar di sebuah apartemen, aroma percintaan begitu pekat menguar dari dalam sana, tubuh polos seorang perempuan tengah bergerak bebas di atas tubuh si pria.
"Ramonn..." panggil Lisa manja dengan tubuhnya condong ke bawah menghadap wajah Ramon.
"Kenapa sayang?" tanya Ramon sesaat setelah dia melepaskan ******* nya.
Lisa mendudukkan kembali tubuhnya sambil terus menggerakkan pinggulnya.
"Bagaimana kalau Mba Karina mengetahui hubungan kita... ahh...?" desah nya di akhir kalimat saat Ramon menaikkan tempo pacuan nya.
"Aku tidak peduli" serunya.
Ramon membelai wajah Lisa kemudian mengusap bibir Lisa dengan lembut sambil melanjutkan kalimatnya.
"Aku dekat dengan dia semata-mata untuk mendapatkan kamu, dari dulu pun yang aku cinta itu kamu" lanjut Ramon sambil mengecup jari tangan Lisa.
"Siapa yang mau dengan perempuan yang sudah..." Ramon tidak melanjutkan perkataan nya, Ramon sibuk mengerang saat di atas sana Lisa semakin cepat menggoyangkan pinggulnya seakan puas dengan jawaban yang Ramon lontarkan.
Ramon membalik posisi Lisa saat ini Ramon lah yang memegang kendali atas Lisa, setiap gerakan liar yang dilakukan Ramon berhasil membawa mereka untuk sampai menuju puncak nirwana.
Di sisi lain ruangan itu seorang wanita tengah berdiri menyaksikan pergulatan panas mereka dengan berurai air mata, nafas yang tersendat dan dada naik turun menahan amarah dia mundur dengan langkah terbata. Tangannya meraih apapun sebagai pegangan agar dia tidak ambruk di depan pintu kamar kekasihnya.
"Apa katanya tadi? terpaksa? terpaksa dia bilang?" ucapnya dengan lirih.
Bagai tersambar petir di siang bolong dia menyaksikan serta mendengar secara langsung pengkhianatan yang kekasihnya lakukan.
Ramon merupakan teman Karina dari SMP yang baru di pacari nya selama satu tahun terakhir, padahal dulu Ramon sangat berusaha untuk menaklukkan hati Karina, tapi kenyataannya sekarang dia dengan sangat kurang ajarnya bercinta dengan Lisa sahabat di tempat kerjanya yang dulu.
Badan Karina teruyung ke belakang kala kakinya sudah tidak kuat menopang berat tubuhnya yang sudah terkulai lemas mengetahui segala kenyataan tersebut.
PRANG!!!
Karina memecahkan vas bunga yang ada di belakang tubuhnya, pecahan vas bunga tersebut melukai kakinya namun dia tidak merasakannya sama sekali, saat ini hatinya jauh lebih sakit dibanding luka yang ada di bawah kakinya.
Di dalam kamar, dua orang yang saat ini dalam keadaan polos dan tengah terkulai lemas akibat pergulatan panas mereka terperanjat kaget saat mendengar suara benda pecah tersebut.
Lisa menarik selimut kemudian dia gulungkan pada tubuh polosnya, sementara Ramon mengitari kamar mencari boxer yang entah kemana dia lemparkan tadi.
Ramon memakai boxer nya kembali saat dia menemukannya di ujung tempat tidur.
"Pakai pakaian kamu, aku akan melihat siapa yang ada di luar sana" ucapnya pada Lisa.
"Siapa di sana?" tanya Ramon pada wanita yang tengah duduk di atas lantai dengan rambut yang menutupi seluruh wajahnya dan terlihat sangat menyedihkan.
Karina mendongak melihat ke arah sumber suara wajahnya penuh air mata dengan rambut yang berantakan.
Ramon berjalan pelan menghampiri Karina.
"Karina" pekik Ramon dengan nada yang cukup tinggi hingga membuat Lisa yang ada di dalam kamar mengetahui siapa yang datang saat ini.
Lisa keluar dari dalam kamar dengan lingerie seksi nya yang dibalut kimono berukat berwarna merah, tangannya dia lipat di atas dada dengan tubuh yang menyandar pada ujung meja, di seluruh leher sampai dada tersebut tersebar tanda-tanda percintaan yang di buat oleh Ramon, yang sengaja Lisa pamerkan pada Karina.
Dada Karina kembali sesak saat Ramon hanya diam dan Lisa hanya menertawakannya tanpa seorang pun mencoba menjelaskan.
"Apa kalian tidak ingin menjelaskan segalanya?" teriak Karina pada Ramon dan Lisa dengan posisi Karina yang masih bersimpuh di atas lantai.
Lisa tersenyum sinis lebih ke arah mengejek, dia berjalan ke arah Ramon kemudian mengaitkan kedua tangannya pada perut Ramon.
"Dia minta penjelasan" bisik manja Lisa pada Ramon.
Ramon mengelus kepala Lisa dengan sayang kemudian mengarahkan tatapan tajamnya pada Karina.
"Apa yang ingin kamu tahu heh?" tanya Ramon singkat.
"Semuanya Ramon, semuanya" teriak Karina di tengah isak tangisnya.
"Seperti yang kamu lihat Karina, sebenarnya aku sudah muak! syukurlah kamu mengetahuinya sekarang" ucap Ramon masih dengan posisi berdirinya.
"Aku sudah tidak membutuhkan kamu lagi, ada yang jauh lebih sempurna daripada kamu yang hanya seor..."
"Cukup kurang ajar! tidak perlu kamu merendahkan status ku," bentak Karina memotong kalimat Ramon.
Ramon mendudukkan tubuhnya pada ujung meja, dia membawa Lisa masuk ke dalam pelukannya.
"Bukankah kamu ingin tahu segalanya?" tanya Ramon.
"Aku hanya memanfaat kan kamu! sampai sini kamu paham?" lanjut Ramon menekankan setiap kalimatnya dengan tidak berperasaan.
Karina bangkit dari duduknya, dia meremas jari jemarinya, dadanya bergejolak, telinganya panas saat mendengar kata demi kata yang Ramon lontarkan, semua itu bak anak panah yang menghujam seluruh tubuhnya.
Karina menatap tajam Lisa dan Ramon, pria yang pernah dia cintai sebelum berkata.
"Aku akan membalas setiap sakit hati yang aku dapatkan dari kalian hari ini," telunjuk Karina terangkat menunjuk Ramon dan Lisa.
Ramon mengedikkan bahunya acuh.
"Terserah! aku tidak peduli" ujarnya tak gentar menerima ancaman dari Karina.
"Kamu bisa apa memangnya?" Ramon mengangkat tubuhnya kemudian berdiri persis di hadapan Karina.
"Kamu hanya gadis menyedihkan yang hidup sebatang kara bahkan Ayah kandungmu sendiri lebih memilih..."
PLAKK!
Belum sempat Ramon menyelesaikan kalimatnya sebuah tamparan yang cukup keras mendarat di pipinya, Ramon memegang pipi sebelah kanan yang terkena tamparan Karina, seumur hidup ini pertama kali dia diperlakukan kasar oleh perempuan wajahnya memerah dengan nafas yang saling memburu, siap meledakkan amarahnya tangan Ramon terangkat ke udara untuk membalas perlakuan Karina, Karina memejamkan matanya seolah bersiap menerima tamparan dari Ramon yang diyakininya akan sangat menyakitkan namun sesaat setelahnya bukan tamparan yang Karina rasakan melainkan tarikan yang cukup kencang di bagian kepalanya.
Lisa menarik rambut panjang Karina sambil menyeretnya menuju pintu keluar. Karina berteriak kesakitan dan kedua tangannya mencoba melepaskan tangan Lisa dari kepalanya.
Lisa berteriak.
"Wanita kurang ajar! berani-beraninya kamu menampar kekasih ku!" hardiknya sambil menyeret tubuh Karina keluar pintu.
Karina terjatuh tepat di depan pintu apartemen Ramon, dia meringis merasakan sakit saat lututnya terbentur dengan lantai.
Karina bangkit sambil mengeluarkan sumpah serapahnya.
"Kamu sekarang boleh melakukan apapun yang kamu inginkan untuk menyakiti ku tapi nanti kau apa yang akan berlutut dan menangis di bawah kakiku, ingat sumpah ini Ramon, Lisa" teriak Karina sambil bersumpah di depan pintu apartemen milik Ramon sang mantan kekasih yang telah berselingkuh dengan sahabatnya sendiri yaitu Lisa.
Karina merapikan penampilannya kemudian dengan tertatih dia masuk ke dalam lift yang akan membawanya menuju lantai dasar, dia menekan tombol L agar lift langsung mengantarnya menuju lobi.
Saat pintu lift akan tertutup, seorang pria tampan menghentikannya sehingga lift terbuka kembali, pria tampan dengan mata zamrud tersebut langsung masuk dan bergabung bersama Karina.
Karina sempat tertegun melihat mata indahnya tersebut, mata itu mengingatkannya pada seseorang yang sangat berarti dalam hidup Karina.
Setelah meraih kembali kesadarannya, Karina menormalkan kembali ekspresinya dengan segala beban pikiran di otaknya, saat ini dia harus kembali ke rumah sakit dan memikirkan cara lain untuk mendapatkan biaya operasi untuk bibinya. Sungguh menyedihkan di saat dia akan meminta bantuan sang pacar, Tuhan malah memperlihatkan kebusukan sang pacar dan sahabatnya pada Karina, tanpa terasa lamunannya telah membawa Karina menuju lantai dasar.
"Nona, apa Anda tidak ingin keluar?" tanya si pemilik mata zamrud yang mempunyai suara berat dan sedikit serak tersebut.
Karina mengerjapkan matanya kemudian keluar dari dalam lift.
"Terima kasih sudah mengingatkan" ucap Karina tulus dan sedikit membungkuk.
Karina keluar dari dalam lift kemudian berjalan lurus untuk keluar dari apartemen tersebut dan menghentikan taksi yang akan membawanya menuju rumah sakit.
"Nona sebentar!" ucap pria yang berada di dalam lift tadi sambil tangannya meraih lengan Karina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
abdan syakura
MaasyaAllah
Mata Zamrud.....
2023-05-21
1
nuraeinieni
aq mampir thor
2023-05-17
1
Wiek Soen
mampir Thor
2023-03-16
1