_________
MOHON MAAF TIDAK BISA UP DI GRUP, DIKARENAKAN UDAH KENA SPAM🙏😭
"Mama....!!" Aku tersentak kecil saat ada yang meneriaki namaku dari jauh, dan yang kulihat Dira berlari menuju ke arahku dengan riang.
"Jangan lari-lari Dira... nanti jatuh." Tegurku padanya dengan lembut.
Dira memeluk kakiku dengan erat, dia mengadahkan wajah imutnya kearah ku. Dia hanya meringis, "Hehe maaf Maa. Aku kira yang jemput aku itu pak Supri, ternyata Mama. Aku seneng banget."
Aku terkekeh kecil dan mengelus rambutnya. "Emang bener dijemput pak Supri kok. Tapi pak suprinya sama Mama."
"Lohh Papa kemana?" Tanyanya padaku.
"Papa kan sedang dikantor, Nanti malam pulangnya. Jadi hari ini Dira pulang sama Mama ya? Kita tunggu Papa di rumah."
"Oke maa.." Dira mengangguk dengan Lucu. Duhh aku jadi tak tega jika meninggalkan gadis kecil ini. Aku jatuh dalam pesona wajah cantik dan imutnya.
"Apa anda Mamanya Dira?" Tiba-tiba seorang perempuan menghampiriku. Dari penampilannya, dia seperti seorang... Guru?
"Emm.." entah kenapa lidahku kelu sekali sekarang. Aku tak tau harus menjawab apa.
Perempuan itu tersenyum, "Perkenalkan, saya Arin, Wali kelasnya Dira."
Aku hanya mengangguk pelan. "S-saya Aira.."
"Salam kenal bu. Ohh iya, apakah anda benar Mama Dira?" Duhh kenapa dia bertanya lagi? Aku harus menjawab apa coba?
"S-saya--"
"Iyaa bu Guru ini Mama aku. Cantik kan?" Ujar Dira yang tiba-tiba memotong ucapanku.
Arin tersenyum, "Iya.. Cantik banget Mamanya Dira. Kayak Dira."
"Emm, t-terima kasih bu." Ujarku yang malu-malu.
"Apa anda ini baru pulang dari perantauan?" Tanyanya membuat akh mengerutkan keningku seketika. Meratau?
"M-merantau?"
Arin mengangguk, "Kata Dira, Mamanya sedang merantau. Mangkanya nggak pernah pulang. Nahh mungkin anda ini sudah pulang dari perantauan kan?"
"Ehh?" Pekikku. Sungguh aku bingung harus menjawab seperti apa. Aku jadi bingung, aku juga kan bukan Mama kandungnya Dira. Itu pasti alibi Dirga supaya Dira tak terus menanyakan keberadaan Mama kandungnya.
"Bu...?" Bu Arin melambai-lambai tangannya didepan wajahku.
"Ahhh Maaf bu, saya tak bisa menjawab pertanyaan ibu tadi. Kalau begitu saya permisi." Aku segera menggandeng tangan Dira untuk menaiki mobil, aku menghindar dari pertanyaan yang dilontarkan oleh guru mengajar Dira tadi.
Sepanjang perjalanan aku hanya terdiam. Memikirkan tentang masalah dikantor Dirga tadi. Itu artinya aku akan terjebak dirumah itu?
Dan bagaimana Dirga bisa tau semua tentangku? Ahh iya, Dirga itukan sangat kaya. Pasti dia menyewa seseorang untuk menyelidikku. Dan kukira Dirga tak akan menyadari tentang aku yang masih belum terjamah oleh pria.
Padahal aku sudah menyembunyikan kegugupanku semaksimal mungkin saat melakukan 'Hal' itu. Jujur saja aku sangat takut saat Dirga akan melakukan 'hal' itu padaku. Dan ternyata itu rasanya sangat sakit. Tapi aku berusaha menyembunyikan kesakitanku agar aku terlihat sudah 'Pro' dimata Dirga.
Pantas saja Dirga mengucapkan jika dia saja yang memimpin, ternyata dia sudah tau semua tentang ku toh?
Apa itu artinya aku akan dipekerjakan sebagai baby sitter nya Dira dan sebagai pemuas nafsu nya?
Aku menghela nafasku, aku hanya pasrah dengan keadaan. Salahku juga langsung menerima penawaran Dirga dan tergiur oleh uang 100 Juta itu.
Tapi... ini lebih baik, hanya Dirga saja yang menjamahku. Dan aku tidak usah repot-repot menggoda pria hidung belang diclub itu.
Aku bergidik ngeri mengingat saat pertama kali aku menggoda seorang pria yakni Dirga. Dan aku menawarkan keperawananku dengan seharga 5 juta.
Duhh murah banget Diriku. Kalau nggak karena keadaan mungkin aku tak mau melakukan pekerjaan seperti itu. Tapii ini sudah takdir, Nasi sudah menjadi bubur. Aku pasrah dengan keadaan kedepannya nanti.
Tapi tunggu... aku lupa untuk membeli obat pencegah, Duhh mana Dirga mengeluarkannya didalam lagi. Aku harus membeli obat itu.
"Pak mampir ke Apotek ya? Saya ingin membeli sesuatu." Ujarku pada pak Supri, yang tak lain adalah sopir dirumah Dirga.
Pak Supri mengangguk patuh, "Baik Nona."
"Maa.. Apotek itu tempat jualan obat kan?" Tanya gadis kecil berusia 7 tahun ini.
"Iyaa sayang. Dira pinter banget." Aku mengelus rambutnya lembut.
"Hehe makasih maa, mama mau beli obat ya disana?" Tanyanya dan aku pun mengangguk.
"Mama sakit ya? Mama sakit apa?" Ucap yang Dira terlihat khawatir.
"Nggak sayang, Mama nggak sakit. Mama mau membeli sesuatu."
"Ohh gitu ya?" Aku mengangguk dan tersenyum. "Dira mau beli sesuatu tidak?"
Dira menaruh jari telunjuknya dikening dan seperti tampak berpikir. "Emm apa ya...? Dira mau es krim maa. Tapi sama Papa nggak dibolehin makan es krim." Ujarnya dengan lesu.
"Kenapa nggak boleh?"
"Kata Papa nanti aku bisa sakit lagi kalau makan es krim. Aku takut papa marah nanti, padahal aku pengen banget. Udah lama nggak makan es krim.." ujarnya lesu membuatku kasihan padanya.
"Ouuu sayang... begini saja, Nanti setelah kita dari apotik beli es krim gimana? Jangan bilang ke Papa. Ini rahasia kita, oke?"
"Uwahhh makasih Mama..! Oke, aku nggak akan kasih tau Papa. Makasih maa, aku sayang Mama.." Dira langsung memelukku dengan erat.
Ahh hatiku tersentuh. Padahal aku tidak pernah sedekat dengan anak kecil sebelumnya. Entah kenapa saat bersama Dira, aku beneran kayak seorang ibu.
,,,
Setelah dari apotek untuk membeli obat pencegah, aku mengajak Dira ke kedai es krim. Dira sangat antusias saat ku suruh pilih es krim semau dia.
"Emmm enak bangett... udah lama aku nggak makan ini. Halo es krim.. kita bertemu lagi." Ujarnya yang polos membuatku terkekeh, aku sedikit terhibur dengan kehadiran Dira.
"Dira mau coba es krim punya Mama nggak? Punya Mama rasa pisang nih." Tawarku padanya.
"Pisang? Apa enak Ma? Aku nggak pernah makan rasa itu.." Ujarnya yang tampak penasaran, "Ayo coba rasain." Aku menyuapi nya dengan sendok es krim rasa pisang milikku.
"Uwahh lebih enak dari strawberry Maa.. aku mau lagi dong." Rengeknya padaku.
Aku menyodorkan mangkuk es krim milikku, "Nihh habisin punya Mama, Mama udah kenyang."
"Yeay~!! Makasih Mama~"
Aku membersihkan es krim yang berlepotan di mulut Dira, "Sama-sama sayang... Hati-hati makannya.
Dira hanya mengangguk dan kembali melanjutkan makan es krimnya.
Setelah selesai menghabiskan waktu untuk memakan es krim. Aku mengajak Dira untuk berjalan-jalan disekitar taman. Sebenarnya itu Dira yang mengajak, katanya Dirga jarang sekali mengajak Dira keluar rumah atau sekedar jalan-jalan.
Duhh Dirga ini, tega banget pada anaknya. Jadi mau tak mau aku menuruti kemauan Dira. Dira juga kuajak untuk membeli baju dan mainan untuknya. Biarlah, lagi pula uangku masih banyak yang dikasih oleh Dirga. Sapa tau nanti aku akan dikasih tips lagi.
Tak terasa jam sudah mengunjukkan pukul Lima Sore. Aku mengajak Dira untuk pulang, karena sebentar lagi kayaknya Dirga akan pulang.
Aku menggandeng tangan Dira untuk masuk kerumah sembari bercanda tawa. Barang-barangnya sudah kusuruh pak supri untuk membawa kedalam
"Ehem." Aku dan Dira menghentikan Canda tawa kami setelah mendengar deheman dari seseorang yang duduk di sofa ruang tamu, itu adalah Dirga.
"Dari mana kalian?" Tanyanya sembari menatap tajam kearahku.
"Kami habis jalan-jalan Paa.." Ujar Dira yang tampak senang sekali.
"Ohh ya? Sampai lupa waktu? Dan yakin hanya jalan-jalan?" Tanya nya yang tampak curiga pada ku.
"I-iya, kami dari Mall untuk membeli baju dan mainan untuk Dira." Ujarku sedikit berbohong.
Duhh tiba-tiba hawanya jadi tak enak.
"Jadi kalian melupakan waktu kalian tadi datang ke kedai es krim?" Ujarnya membuat netra ku membulat.
"Kenapa? Kaget? Lancang banget kau mengijikan Dira untuk memakan es krim!"
"Paa, jangan marahin Mama. Mama nggak salah, Dira yang mengajak Mama untuk makan Es Krim." Ujarnya yang berusaha melindungiku.
"Dan Dira, kamu sudah berani sama perintah Papa ya? Papa sudah bilang jangan makan es krim lagi! Tapi kamu tetap ngenyel, nanti kalau kamu sakit lagi gimana?!" Marahnya pada Dira.
Aku langsung memeluk Dira yang tampak ketakutan itu. "Jangan bentak Dira tuan! Dira itu masih kecil!"
"Bi Lia.. tolong bawa masuk Dira kedalam kamarnya." Ujar Dirga pada wanita paruh baya asisten rumah tangga dirumah ini.
Bi Lia mengangguk dan berusaha membujuk Dira yang tidak mau pergi kekamarnya.
"Mama..." Matanya berkaca-kaca. Aku menganggukkan kepalaku membujuknya untuk masuk, dan Dira pun menurut.
"Dan kau, ikut denganku." Dirga menggeretku untuk menuju kekamarnya.
Entah apa yang akan dia lakukan padaku nanti.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments