Chapter 5

Happy Reading.

Jihan mendial nomer Arkan berkali-kali, tetapi pria itu sama sekali tidak mengangkatnya, padahal biasanya Arkan pasti akan langsung menjawab panggilannya tanpa menunggu lama.

"Arkan, kamu kemana sih? ini udah dua hari dan kamu mengabaikan aku!! aku butuh kamu Arkan!!"

Di cobanya sekali lagi, kali ini malah suara operator yang terdengar. Sungguh Jihan rasanya ingin menangis saja.

"Gara-gara kamu hadir di rahim ku, kenapa juga harus hadir!!" seru Jihan memukul perutnya yang masih datar.

Usia kandungannya baru berusia dua bulan, Jihan bisa gila jika harus hidup seperti ini, dia tidak mau memiliki bayi jika tidak memiliki suami.

"Arkan bodoh, kenapa kamu nggak mau nikahi aku, kalau memang kamu nggak mau aku menggugurkan bayi ini, seharusnya kamu mau jadi Ayahnya, Aaaakkkkk!!" Jihan melempar bantal dan guling ke sembarang arah.

Wanita itu merasa frustrasi dengan keadaannya yang seperti ini, hamil tanpa tahu siapa yang telah menaburkan benih di dalam perutnya.

"Aku harus ketemu Arkan, aku nggak mau dia ngilang gitu aja!!" tekad Jihan sudah bulat.

Jika Arkan tidak mau menikahi nya, setidaknya pria itu selalu ada untuknya. Jihan juga mempertahankan bayi yang dikandungnya karena Arkan.

Pria itu tidak memperbolehkan Jihan menggugurkan nyawa yang tidak berdosa.

'Lu jangan gila Jihan, dia nggak salah! jangan sampai lu nambah dosa karena menghilangkan nyawa yang sudah Tuhan titipin ke elu, ingat Jihan!!'

'Tapi gue malu, Kan!! gue nggak bisa, gimana tanggapan orang-orang kalau liat gue hamil tanpa suami, kenapa lu nggak mau nikah sama gue? bukankah lu cinta sama gue, Arkan?'

'Ngga bisa Jihan, gue udah punya istri, dan gue cinta sama dia!'

'*Bohong! lu nggak cinta sama Ciara, lu cintanya sama gue, dan lu nikahin Ciara cuma buat bikin gue cemburu 'kan? lu berhasil, gue cemburu sampe mabok dan berakhir pesta s*x sama para lelaki itu, jadi kejadian yang nimpa gue karena elu*!!'

'Gue kira selama ini lu cewek pintar, tapi kenyataannya bodoh, udah deh Jihan, gue tegasin kalau gue tetep nggak bisa nikahin lu, karena rasa cinta gue sama elu udah nggak ada!'

****

Ciara mengambil susu hamil yang dibuatkan Arkan untuknya, sebenarnya Ciara tidak suka minum susu, tapi demi suaminya yang sudah membuatkan susu itu, akhirnya Ciara terpaksa meminumnya.

Arkan menatap sang istri yang sedang menghabiskan susunya dengan gaya yang menurutnya sedikit dipaksakan. Namun Arkan memang sengaja melakukan itu agar Ciara dan bayi mereka sehat.

"Nanti mau makan apa? siang aku akan pulang, mau makan siang sama kamu," ujar Arkan menerima gelas yang sudah kosong dari sang istri.

Mengusap sisa susu yang ada disudut bibir Ciara dengan ibu jarinya.

Ciara menatap Arkan dengan tatapan yang sulit diartikan, seharusnya dia merasa bahagia di perhatikan Arkan seperti ini. Tetapi entah kenapa Ciara tidak merasakan hal itu. Yang ada Ciara merasa Arkan seperti tidak tulus dan menutupi sesuatu darinya.

"Sayang, kok bengong?" Ciara mengerjab dua kali dan berdehem sebentar.

"Aku mau dibawain bakso jumbo yang ada anaknya," jawab Ciara setelah memikirkan makanan apa yang dia inginkan.

Tadi malam Ciara ingin sekali makan bakso beranak, tetapi dia tidak mau membangunkan Arkan. Ciara merasa dia dan suaminya seakan benteng yang tinggi.

Apakah karena Arkan tidak mau jujur kepadanya tentang hubungannya dan Jihan. Mungkin bisa jadi seperti itu. Ciara hanya merasa kalau sekarang dia seperti orang bodoh yang berpura-pura tidak tahu apa-apa.

Biarlah, asalkan Arkan peduli, perhatian dan sayang kepada calon bayi mereka, itu saja sudah cukup.

"Baiklah, nanti aku bawain bakso pas makan siang ya, kalau gitu aku berangkat kerja dulu nyari duit yang banyak buat kamu dan calon anak kita," Arkan mencium perut Ciara kemudian beralih mencium kening sang istri.

Arkan menatap Ciara yang terlihat berbeda dua hari ini, istrinya itu jadi lebih pendiam tanpa ekspresi. Namun, menurut Arkan itu mungkin karena efek kehamilan Ciara yang mood nya berubah-ubah.

"Aku pergi dulu, kamu baik-baik dirumah, ya?" Ciara hanya mengangguk dan tersenyum sekilas.

Arkan langsung masuk ke dalam mobil dan melajukannya keluar gerbang.

****

Ciara mengirimkan pesan kepada Mamanya, menanyakan kabar beliau dan juga sang Papa.

Kedua orang tua Ciara berada di Bali, sedangkan Ciara memang sudah menetap di Jakarta semenjak menikah 6 bulan lalu.

Arkan bekerja di perusahaan Pamannya sebagai wakil direktur, padahal Ayahnya punya perusahaan besar di Bali. Namun, karena sejak dulu Arkan dan Ayahnya selalu bertentangan membuat Arkan meninggalkan perusahaan Ayahnya dan memilih bekerja sebagai wakil direktur saja.

Ciara melihat jam sudah menunjukan pukul 12 siang, perutnya sudah meronta meminta di isi. Ciara menunggu Arkan yang tadi pagi sudah berjanji akan membawakannya bakso beranak.

Hingga 30 menit kemudian tidak ada tanda-tanda Arkan pulang untuk mengajaknya makan siang bersama seperti apa yang dikatakan nya tadi pagi.

Ciara hanya bisa menghela nafas, dia memang tidak terlalu mengharapkan janji suaminya.

Karena Ciara sudah ngebet pengen Bakso beranak sejak semalam, akhirnya dia memutuskan untuk pergi sendiri.

Ciara mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang, dia biasanya membeli bakso di perempatan jalan yang tidak jauh dari rumahnya.

Akhirnya Ciara sudah mendapatkan Bakso yang dia inginkan, satu porsi saja karena mungkin Arkan sudah makan siang.

Ciara tidak mau memikirkan suaminya yang mengingkari janji, yang penting dia bisa segera makan dan memilih pergi sendiri.

Namun saat Ciara akan menghidupkan mesin mobilnya yang dia parkir diseberang jalan, Ciara melihat Arkan bersama seorang wanita yang sangat dia kenal keluar dari dalam mobil yang terparkir di warung bakso itu.

Deg!!

Hati Ciara bagai diremas tangan hingga sesak, melihat Arkan dan Jihan masuk ke dalam warung bakso itu bersama.

"Ternyata kamu bersama Jihan, sampai melupakan ku!"

Bersambung.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***