Boston pagi hari, seorang lelaki mengeratkan kain mantelnya karena udara yang sangat dingin mencapai minus satu derajat Celcius. Ia baru saja keluar dari unit apartemennya untuk segera pergi ke kantor. Tapi sebelum itu, ia sempatkan diri untuk mampir ke sebuah coffee shop untuk membeli segelas kopi hangat untuk memulai harinya.
Dia adalah Danis Atmaja yang sudah dua bulan ini tinggal di Amerika untuk mengais rezeki. Ia bekerja keras untuk mendapatkan posisi ini dan rela tinggal berjauhan dengan tunangan yang sangat dicintainya yaitu Amara.
Tak sehari pun Danis lewati tanpa merindukan gadis yang dua tahun mendatang akan menjadi istrinya. Itulah yang membuat Danis selalu bersemangat, menanti kedatangan Amara sang kekasih.
"Satu roti bagel dan satu kopi Americano untuk dibawa pergi," ucap Danis pada si pramusaji. Ia pun menggesek-gesekkan kedua telapak tangannya. Padahal Danis sudah mengenakan sarung tangan tapi hawa dingin masih bisa rasakan di kulitnya. Mungkin karena lelaki itu belum terbiasa tinggal di negara beriklim dingin.
"Danis !!!" Pekik seorang gadis yang sama-sama mengenakan mantel seperti dirinya. Tepukan yang cukup keras di bahu Danis karena gadis itu membuat Danis melonjakkan tubuhnya karena terkejut.
"Ah Karin ! Kamu membuatku terkejut," sahut Danis pada gadis yang ternyata sama-sama berasal dari Indonesia. Hanya saja mereka bekerja di perusahaan yang berbeda.
Danis bekerja di perusahaan manufaktur ternama sedangkan Karina bekerja di sebuah perusahaan yang berkaitan dengan perjalanan. Tapi keduanya berteman baik karena hampir setiap akhir pekan para pekerja atau mahasiswa yang berasal dari Indonesia dan sama-sama tinggal di Boston sering mengadakan pertemuan dan menghabiskan waktu bersama.
Danis seperti menemukan keluarga baru di Amerika sana dan ia sering menceritakan hal ini pada Amara, hingga gadis itu tak usah merasa khawatir jika Danis akan merasa sendiri dan kesepian.
"Pesan kopi juga ?" Tanya Karina antusias.
"Hu'um.. dan dingin banget, gila !" Sahut Danis sembari meniupkan udara hingga terlihat asap keluar dari mulutnya dan itu membuat Karina tertawa.
Gadis itu memang memiliki karakter yang enerjik dan ceria hingga ia bisa berteman dekat dengan Danis walaupun mereka baru dua bulan ini berkenalan.
Keduanya terlibat pembicaraan sembari menunggu pesanan. Setelah itu, keluar dari coffee shop dan berjalan bersamaan menuju tempat bekerja mereka yang jaraknya berdekatan satu sama lain. Bahkan gedung apartemennya pun hanya terhalang dua gedung saja.
"Kamu suka tempat makan yang kemarin ? Tapi katanya Reza, Meli dan Rian mau mencoba tempat makan yang baru di pusat kota," ucap Karina menyebutkan beberapa teman lainnya yang sama-sama berasal dari Indonesia.
"Ya aku suka ! Reza emang jagonya makan dia ! Tahu aja tempat makan yang enak tapi harganya masuk akal !" Sahut Danis menimpali.
"Reza kan emang kuncen di sini ! Dia yang paling lama dan udah tahu seluk-beluk dunia kuliner Boston," timpal Karina sambil tertawa. Tawa yang kini menular pada bibir Danis.
Tapi tawa itu harus berhenti karena ponsel Danis yang berbunyi dari dalam sakunya. "Ah wait !" Ucap Danis sembari merogoh saku dan tersenyum saat melihat nama 'my fiancé' (tunangan ku) tertera di sana.
"Halo sayang," sapa Danis sembari tersenyum sumringah. Lelaki itu tak bisa menyembunyikan wajah bahagianya setiap kali Amara menghubunginya.
Karina tetap berjalan di sisi Danis sembari menyeruput kopinya yang kini sudah menjadi hangat. Sedangkan di sebelahnya Danis terus berbicara di telepon pada Amara. Banyak kata rindu yang Danis ucapkan untuk tunangannya itu dan Karina bisa mendengarnya dengan jelas.
Bukan hal yang aneh sebenarnya, karena Karina seringkali mendengar itu dari mulut Danis. Bahkan lelaki itu seringkali bercerita tentang Amara pada teman-temannya dan mengatakan jika tunangannya itu akan datang dalam waktu 2 tahun mendatang. Dan Danis sudah tak sabar menanti waktu itu datang. Bahkan Danis akan meminta tolong pada teman-teman barunya itu untuk mengurusi pernikahannya dengan Amara nanti.
"Ya Sayang...kamu juga take care ya.. aku akan menunggu telepon darimu. Love you Amara.. dan akan selalu begitu selamanya," ucap Danis sebelum ia mengakhiri panggilan dengan kekasihnya.
"Amara udah sembuh ?" Tanya Karina. Ia tahu Amara sakit karena Danis yang bercerita dan Karina pun tahu bagaimana Danis sangat khawatir dengan tunangannya itu.
Beberapa Minggu terakhir ini Danis terlihat murung dan tak berkonsentrasi dalam melakukan apapun karena gadis yang sangat dicintainya sedang dalam keadaan sakit dan ia tak bisa pulang untuk melihatnya. Hal itu benar-benar membuat Danis frustasi.
"Udah lebih baik, dan dua hari ke depan Amara akan sangat sibuk karena ia akan melakukan riset ke suatu perusahaan untuk menyelesaikan tugasnya," jawab Danis sambil melengkungkan senyumnya. Ia merasa senang karena keadaan Amara yang membaik.
"Wah syukurlah !" Sahut Karina.
"Hu'um. Aku juga sangat bersyukur Amara sembuh karena demi Tuhan, aku sangat mengkhawatirkannya !! Sampai-sampai mau nekad pulang tapi Amara melarangnya," sahut Danis sembari terkekeh geli.
Karina mengulum senyumnya, " aku senang tunangamu udah sembuh," ucapnya lagi.
"Thanks Karin, kamu memang teman yang baik ! Oke sampai ketemu lagi," ucap Danis ketika ia telah lebih dulu di kantornya sedangkan Karin masih harus berjalan sekitar 200 ratus meter lagi.
"Oke, see you," sahut gadis itu sembari melambaikan tangannya. Lalu ia meneruskan perjalanan ke kantornya dengan wajah tak seceria tadi.
***
Sedangkan di Indonesia waktu menunjukkan pukul 8 malam. Amara sudah membaringkan tubuhnya di atas ranjang padahal keadaan rumah nya cukup ramai.
Ada beberapa orang yang saat ini sedang membereskan rumah Amara dan juga meriasnya karena besok pagi Amara akan melangsungkan akad nikah dengan seorang Giovanni Abraham. Rencana pernikahannya dipercepat demi bayi yang tengah dikandungnya.
Jika pada biasanya gadis yang akan melangsungkan pernikahan itu merasa bahagia luar biasa dan begitu antusias, maka tidak dengan Amara.
Gadis itu terbaring dengan air mata bercucuran dan terpaksa berbohong pada lelaki yang sangat dicintainya yaitu Danis.
Baru saja Amara mengatakan jika dirinya akan sangat sibuk selama 2 hari ke depan untuk melakukan riset di sebuah perusahaan. Padahal yang terjadi sebenarnya adalah Amara akan menikah dengan lelaki lain, yang menjadi ayah dari anak yang sedang dikandungnya.
Amara lakukan itu karena takut Danis menghubunginya saat Amara tengah melangsungkan pernikahan. Hingga Amara terpaksa berbohong pada Danis.
"Maafkan aku, Sayang.. maafkan aku...," Ucap Amara lirih. Air matanya terus saja turun membasahi pipi walaupun Amara sudah berulang kali mengeringkannya dengan punggung tangan.
Membohongi Danis adalah sesuatu yang tak ingin Amara lakukan, tapi ia juga tak sanggup untuk mengatakan hal yang sebenarnya. Sungguh Amara belum siap kehilangan lelaki yang ia cintai dengan sepenuh hati itu.
*pasti banyak yang tak suka dengan sikap Amara tapi di dunia nyata pasti seperti itu. tak akan mudah menerima lelaki yang sudah melukai dan memberi kita trauma.
jadi yang sabar ya bacanya 😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Widi Safitri
betul itu kak, walau pun lelaki yg dtng tajir melintir pasti akan membencinya.
2024-12-29
1
Sulaiman Efendy
TRGANTUNG WANITANYA, KLO AMARA TYPE WANITA EGOIS DN GOBLOK...
KLO LKI2 YG TDK BRTANGGUNG JAWAB, BOLEH LO TRAUMA... INI GIO DN KLUARGANYA MNERIMA LO..
2024-07-01
1
Sulaiman Efendy
KARIN YG AKN JDI JODOH DANIS NNTI...
2024-07-01
1