Setelah kepergian Amara, Gio masuk ke dalam mobilnya dan duudk di balik kemudi. Ia tak langsung pergi. Gio sandarkan tubuhnya sembari berpikir apa yang harus ia lakukan selanjutnya.
Ya, Gio memang telah melakukan kesalahan dan ia datang untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Ibunya tak pernah mendidik Gio menjadi seorang lelaki yang brengsek. Dan Gio juga yakin jika Amara adalah gadis baik-baik. Amara tak menuntut ini-- itu padahal gadis itu tahu jika Gio berasal dari keluarga berada.
Yang Gio sadari saat ini adalah Amara sangat membencinya, dan Gio tak suka itu. Ia ingin semua berakhir baik. Gio hanya ingin meminta maaf dan mengatakan jika ia sangat-sangat menyesal atas perbuatannya dan mencari jalan keluar bersama agar ia bisa melanjutkan hidupnya tanpa dihantui rasa bersalah.
Gio menyalakan mesin mobilnya dan bersiap-siap untuk pergi. Jika tak bisa bicara dengan Amara hari ini, maka ia akan lakukan besok harinya. Atau keesokan harinya lagi, sampai gadis itu mau bicara padanya.
***
Amara duduk dekat jendela dan membuang pandangannya ke arah luar. Sepanjang perjalanan ia merutuki dirinya sendiri yang telah teledor meninggalkan jejak yaitu tanda pengenalnya. "Beg* banget sih, Ra !" Makinya pada diri sendiri sembari mengusap ujung matanya yang basah.
Bertemu dengan Gio adalah sesuatu yang sangat tak diinginkannya. Amara tak habis pikir kenapa Gio mau datang menemuinya. Padahal ia pun tak menuntut apa-apa semenjak kejadian itu. Amara hanya ingin kembali ke kehidupannya yang normal. Menjadi anak kebanggaan orangtuanya dan menjadi gadis kesayangan tunangannya.
Susah payah Amara melupakan kejadian mengerikan itu tapi kedatangan Gio membuatnya teringat kembali. "Bagaimana caranya biar dia gak nyari aku lagi ? Mungkin jika aku menghilang untuk beberapa waktu, Si bajing*n itu tak akan mencari ku lagi. Dia pasti akan bosan dan melupakan semua," pikir Amara.
"Ah ya minta surat sakit !" Amara tersenyum saat sebuah ide melintas di kepalanya. Ia akan datang sendiri ke klinik dan meminta surat itu.
***
"Kenapa datang terlambat ?" Tanya ibu Amara ketika ia membukakan pintu untuk anak gadisnya itu.
"tadi Ara mampir dulu ke klinik yang ada di persimpangan jalan," jawab Amara, lalu mencium punggung tangan ibunya.
"Masih sakit ?" tanya sang ibu cemas.
"Mmm gak enak badan aja, Ma," jawab Amara lagi.
"Lalu apa kata dokternya ?"
"Katanya sih lambung Ara yang bermasalah dan pusingnya dari tekanan darah Ara yang rendah. Dan disarankan untuk istirahat di rumah selama beberapa hari," jelas Amara.
"Apa Mama bilang ? Kamu tuh harus makan dengan teratur, Ara. Dan jangan terlalu sedikit. Karena itu...,"
Amara mendengarkan ceramah ibunya dengan sabar. Sembari mengucapkan banyak kata maaf dalam hatinya. "Maafin Ara, Ma," batin Amara dalam hati. Amara merasa bersalah karena telah membohongi dokter yang memeriksanya dengan menyebutkan gejala-gejala umum penyakit lambung. Ia tak mengatakan jika rasa mualnya itu hanya dirasakan waktu pagi hari saja. Dengan begitu ia juga telah berbohong pada ibunya.
"Iya Ma, mulai sekarang Ara akan makan teratur," sahut Amara menyetujui.
Setelah mendengarkan nasihat ibunya, Amara pun segera bergegas naik ke dalam kamarnya karena Danis akan segera menghubunginya melalui panggilan video. Inilah yang Amara nanti di setiap harinya. Berbicara dengan Danis selalu membuat Amara merasa lebih baik. Walaupun malam ini Amara pun harus berbohong pada tunangannya itu tentang sakitnya.
***
Sudah berlalu tiga hari lamanya sejak Amara mengaku sakit, kini sudah waktunya ia kembali ke kampus. Tanpa seorangpun ketahui, Amara masih merasakan mual di pagi hari, tapi sebisa mungkin ia menutupi itu semua dengan menampilkan wajah ceria seolah semua baik-baik saja.
Seperti biasa, Amara diantarkan oleh ayahnya yang sekalian pergi bekerja. "Terimakasih, Pa," ucap Amara sembari menutup pintu mobil ayahnya yang sederhana itu.
Amara berjalan menuju gerbang kampus dan terheran saat beberapa teman sekelasnya menanti Amara di sana. Amara berpikir jika teman-temannya itu pasti ingin mengetahui keadaannya setelah istirahat sakit.
"Ara !"
"Ya ? Aku udah sehat kok," jawab Amara tanpa ditanya.
"Mmm.. syukurlah kalau udah sehat, tapi ada yang lebih penting dari itu !"
Amara berkerut alis tak paham.
"Dua hari kemarin, Pak Giovanni Abraham datang ke kampus dan katanya nyari kamu !" Jelas Via antusias.
'Deg !' Amara merasa jantungnya di remas dengan kuat hingga ia kesulitan untuk bernafas. Kedua lututnya terasa sangat lemas.
"Dia datang sore hari. Tapi kita bilang kalau kamu lagi istirahat sakit dan kemarin tak datang lagi," lanjut Via.
"Oh- oh ya ? Mung- mungkin dia cuma ma- mau memeriksa fasilitas baru yang dibangun oleh uang ayahnya. Kan waktu itu aku yang anterin dia buat keliling," jawab Amara terbata-bata. Bahkan ia tak sudi untuk menyebutkan namanya.
"Udah aku bilang, kayanya dia tertarik sama kamu, Ra !" Sahut Via.
"Cara kamu berdiri di tengah-tengah Pak Gio sedang bicara berhasil mencuri perhatiannya. Hebat Ra !" Ucap salah satu gadis yang sepertinya iri karena Amara didekati oleh lelaki se sempurna Giovanni Abraham.
Mata Amara membola, darahnya mendidih seketika. Ia tak terima di tuduh mencari perhatian seorang Gio yang sangat dibencinya itu.
"Asal kamu tahu ya ! Aku paling benci model lelaki seperti si brengseek itu !! Lelaki bajing*n yang sok ganteng dan sok kaya padahal minus akhlak !! tak sudi aku mencari perhatian padanya !" Sahut Amara dengan suara meninggi, melampiaskan rasa bencinya pada Gio. Membuat gadis yang menuduhnya tadi melihat heran pada Amara.
"Aku udah bertunangan dan hanya Danis yang aku cinta !! Aku tak akan merendahkan diriku untuk lelaki bajing*n seperti dia !" Lanjut Amara yang lagi-lagi tak sudi meyebutkan nama Gio dari mulutnya.
Nafas Amara memburu karena rasa emosinya yang memuncak. Dan itu membuat Amara merasa semakin benci pada seorang Giovanni Abraham.
"Ssttt udah yu ! Tuh kita jadi bahan tontonan," ajak Via sembari menggandeng tangan Amara agar segera meninggalkan tempat itu.
***
Hingga siang menjelang, emosi Amara masih belum stabil. Ia benci pada Gio yang terus-terusan datang ke kampus hingga membuat Amara dituduh sebagai gadis yang pecicilan.
"Bisanya bikin susah aja," ucap Amara seraya mencoret-coret kertas nya dengan sekuat tenaga, melampiaskan kemarahannya.
Tapi Ara ingat perkataan temannya yang bernama Via tadi. Gio hanya datang di dua hari pertama saat dirinya sakit. Di hari ketiga Gio tak lagi datang. Dengan begitu, sepertinya Gio menyerah. Amara pun melengkungkan senyumnya. Ia yakin Gio tak akan datang lagi menemuinya.
Seperti hari-hari sebelumnya, kuliah Amara selesai pukul empat sore. Karena Amara tak masuk kelas selama tiga hari lamanya, membuat tugas gadis itu semakin menumpuk. Amara pun putuskan untuk mengerjakan sebagian tugasnya di perpustakaan. Ada waktu satu jam hingga tempat itu tutup.
Terlalu larut dengan tugas-tugasnya membuat Amara kembali menghabiskan waktu lebih lama di perpustakaan itu. Kali ini pukul setengah 6 baru keluar dari gedung itu, setelah petugasnya memberikan tambahan waktu tiga puluh menit lamanya.
Amara menutup kepalanya dengan hoodie, ia berjalan tergesa. Berjaga-jaga akan kehadiran mahkluk yang sangat tak ingin dilihatnya. "Tenanglah, Ara ! Dia sudah menyerah," ucap Amara menenangkan dirinya sendiri.
Amara baru saja keluar dari gerbang kampus saat sebuah mobil berwarna putih menepi dan berhenti di dekatnya. Amara tak curiga, karena seingatnya itu bukanlah mobil milik lelaki yang dibencinya. Amara pun berjalan dengan tempo sedang.
Hari mulai gelap dan jalanan basah karena hujan baru saja berhenti. Hujan deras yang turun sebelumnya membuat jalanan terasa sepi. Hanya ada Amara dan seseorang yang berjalan di belakangnya.
'Deg !' jantung Amara pun berdetak lebih kencang. Ia baru sadar jika seseorang yang turun dari mobil berwarna putih tadi berjalan mengikutinya.
Takut-takut Amara tolehkan kepala dan apa yang ia takutkan terjadi. Gio berjalan tepat di belakangnya.
Tak tahan lagi, Amara pun hentikan langkahnya dan memutar tubuhnya hingga kini mereka berdiri berhadapan dengan jarak yang cukup jauh.
"Apa maumu ?" Tanya Amara tanpa basa-basi.
Gio pun melangkah maju, mendekati gadis yang tengah menatapnya dengan horor. Mengikis jarak diantara mereka.
"Aku hanya ingin bicara denganmu," jawab Gio yang kini berdiri tepat di hadapan Amara.
"Apa kamu gak ngerti bahasa manusia ?" Tanya Amara dengan galak.
"Apa ?" Gio berkerut alis tak paham.
"Sudah aku katakan, tak ada yang perlu dibicarakan diantara kita ! karena aku tak mengenalmu !" Jawab Amara.
"Lalu jelaskan bagaimana benda ini bisa ada di kamarku ?" Jawab Gio sembari memperlihatkan kembali tanda pengenal milik Amara yang dibuangnya ke tempat sampah beberapa hari lalu.
Amara akan merebutnya lagi, tapi kali ini tangan Gio bergerak lebih cepat hingga gadis itu tak bisa mengambilnya.
Mata Amara melotot tak suka, "ambil saja ! Itu tak berarti sama sekali. Banyak gadis bernama Amara Mahreen, dan yang pasti itu bukan milikku !" Ucap Amara sembari memutar tubuhnya untuk pergi meninggalkan Gio.
"Oh ya ? Lalu siapa Amara Mahreen yang menjadi pegawai lepas catering 'Dandelion' yang katanya sepupu dari Dea. Apa aku harus mencari gadis bernama Dea juga agar bisa menemukan Amara ? atau aku harus datang ke rumahmu dan bertanya langsung pada orangtuamu ? sebenarnya aku enggan datang kesana karena tak mau membuat keributan,"
Perkataan Gio mampu menghentikan langkah Amara. Dada gadis itu berdebar lebih kencang lagi karena Amara takut jika Gio benar-benar mencari Dea atau datang kerumahnya.
"Apa maumu sebenarnya ?" Tanya Amara tanpa mau melihat wajah Gio. Ia berdiri membelakangi lelaki itu.
"Katakan apa yang terjadi di antara kita, Amara ? Apa aku menyakitimu ? Karena aku terbangun dengan celana yang terbuka dan terdapat noda darah yang....,"
"Amaaaraaa !!!" Panik Gio seraya bergerak cepat untuk menahan tubuh Amara yang tiba-tiba meluruh jatuh.
Bersambung...
Jangan lupa like, komen, dan share cerita nya banyak-banyak. Insyaallah novel ini update tiap hari.
Please jangan tanya Babang Riland ya 😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
SEMAKIN SERU..... DN BIKIN PENASARAN..
2024-07-01
0
EndRu
klo paling jatuh cinta sama karya in love. sampai baca berulang-ulang ga ada bosennya. kayak nya yang ini juga akan luar biasa 😍😍👍
2023-04-19
1
Puput Siti marpuah
emng sh yaa novel ka mee itu bkn kaleng.. dr awal aku baca novel terikat dusta ajatar renatan fabian ajah dh d puter2 baca trs ga bosen2.. d tmbah skuel sakti n kirana yg udah kaya kisah nyata bgy baca trs berkali2.. lanjut inlove.. skrg lanjut ke gio sma amara.. indahhh bgt hasil karya ka author
2023-04-04
1