Akhirnya Bertemu

"Gio, jangan lupa nanti siang kamu harus datang di kampus XYZ ! Papa mu akan sangat marah jika kamu melewatkannya," Ucap sang paman mengingatkan.

"Tentu Om ! Gio pasti datang," jawab Gio sembari mengangkat wajahnya untuk sesaat, sebelum ia kembali tenggelam dalam pekerjaannya yang bertumpuk-tumpuk.

Padahal tanpa Om nya itu ketahui, Gio tak hanya ingat dengan tugasnya di hari ini untuk datang ke kampus itu. Tapi, ia juga sudah tak sabaran untuk datang ke sana. Volume pekerjaan yang menggila, dan jam keluar rumah yang sangat ketat membuat Gio tak bisa bergerak bebas untuk mencari keberadaan Amara.

Sejak pagi Gio sudah menyibukkan diri dengan pekerjaannya agar bebannya tak terlalu berat saat dia kembali nanti. Meskipun dirinya disibukkan dengan banyak tugas, namun isi kepalanya hanya dipenuhi oleh gadis yang bernama Amara. Padahal Gio belum pernah bertemu dengannya.

Gio pun sudah merangkai kata-kata maaf yang akan diucapkannya saat bertemu dengannya nanti. Jika gadis itu meminta ganti rugi pun Gio tak akan menolaknya, ia akan memberinya semampu yang Gio bisa. Karena kini keadaan Gio yang serba terbatas.

Tapi Gio akan mencari jalan keluar yang terbaik hingga gadis itu tak merasa dirugikan. Pasalnya, setelah hampir 5 Minggu berlalu tapi tak ada satupun laporan polisi tentangnya. Dan itu membuat Gio sangat cemas. Gio takut gadis itu menyakiti dirinya sendiri dan itu akan membuatnya sangat merasa bersalah.

Detik demi detik pun berlalu. Yang Gio lakukan adalah selalu melihat ke arah jam yang membelit pergelangan tangannya. Ia tak ingin terlambat datang, malah ia sudah menyusun strategi agar bisa mendapatkan data-data para siswa. Tak peduli sebanyak apapun itu, Gio akan tetap mencarinya.

Pukul 11 tepat Gio pun membereskan mejanya. Baru akan pergi saja, jantungnya sudah berdegup kencang tak karuan. Membuat Gio harus mengatur nafasnya untuk menenangkan diri.

"Sudah mau pergi ?" Tanya Om Johan yang merupakan adik kandung ayahnya itu.

"Iya, Om," jawab Gio.

Johan memperhatikan keponakannya itu dari ujung kepala hingga ujung kaki. Gio terlihat sangat berbeda. Tentu saja berbeda dalam artian yang baik. Lelaki itu terlihat menawan dengan setelan jasnya yang Johan yakini pasti baru. Rambutnya tersisir rapi, dan wangi maskulin menguar dari tubuhnya yang tinggi tegap.

"Kamu terlihat sangat tampan, Gio," puji sang paman tulus.

"Benarkah ? Terimakasih Om, Gio cuma gak mau mempermalukan Papa," jawab Gio beralasan, dan Johan pun mengangguk paham.

"Baiklah Om, Gio pergi dulu ya," pamit Gio seraya menyambar kunci mobilnya yang tergeletak di atas meja. Masih dengan debaran jantungnya yang tak karuan, Gio melangkahkan kakinya keluar ruangan. Ia akan pergi menuju kampus untuk menjadi pembicara, mewakili sang ayah.

Padahal tujuan utamanya bukan itu, Gio pergi untuk mencari keberadaan seseorang gadis yang bernama Amara. Yang tanda pengenalnya selalu Gio bawa dalam sakunya. Tak pernah terlewatkan satu hari pun bagi Gio untuk tidak membawanya. Padahal ia belum pernah bertemu dengan gadis itu, tapi entah mengapa Gio sudah merasa 'terikat' dengannya.

***

"Ya Tuhan... Kamu cantik sekali, Ara ! Ingin rasanya aku terbang pulang hanya untuk menciummu !!" Puji Danis pada Amara melalui panggilan video yang sedang dilakukannya. Kata-kata manis yang Danis ucapkan membuat kedua pipi Amara bersemu merah.

Seperti perintah sang dosen, hari ini Amara terlihat lebih rapi.. Ia tak lagi mengenakan sweater dengan tudung yang selalu menutupi kepalanya. Khusus di hari ini Amara mengenakan blouse bunga-bunga berkerah tinggi. Rambutnya yang panjang, Amara kepang agar terlihat lebih rapi. Wajahnya pun diberikan riasan natural oleh Dea, sepupunya. Amara terlihat sangat jauh berbeda dari biasanya.

"Rasanya baru sekarang melihatmu seperti ini lagi, aku hampir tak mengenali Amara sebulan terakhir. Kamu sangat berubah, begitu aku tinggalkan," ucap Danis penuh sesal. Ia merasa perubahan pada Amara karena dirinya. Sedangkan Amara, dadanya terasa sesak saat Danis mengatakan hal itu.

Ingin rasanya Amara mengatakan jika dirinya berubah bukan karena ditinggalkan, tapi ada suatu trauma yang ingin Amara tutupi.

"Kamu terlihat lebih cantik seperti ini, Ara," lanjut Danis, tanpa tahu jika perasaan Amara sangat hancur saat mendengar perkataannya.

"Tapi aku yakin akan sangat banyak lelaki yang menyukaimu. Katakan pada mereka jika Amara adalah milik Danis Atmaja Seorang !! Tak boleh ada yang mendekati apalagi berani memilikinya !" Ucap Danis begitu posesif.

Rasa bahagia juga bersalah Amara rasakan secara bersamaan. Ia bahagia karena Danis menyatakan perasaannya dengan lantang, tapi Amara juga merasa bersalah karena dirinya yang sudah tak suci lagi. Susah payah Amara tetap tersenyum pada kekasihnya itu. Padahal ia merasakan ngilu yang luar biasa dalam hatinya.

"Danis, sudah dulu ya. Acaranya akan segera di mulai," pamit Amara.

"Baiklah... Semoga sukses, Sayang. Aku sungguh bangga padamu," ucap Danis.

"Terimakasih," Amara tersenyum manis pada kekasihnya itu.

"Ara, ingat... Jaga hatimu hanya untukku. Aku sangat mencintaimu, dan selalu menunggumu di sini. Jangan dekat dengan lelaki mana pun," ucap Danis lagi sebelum mengakhiri panggilannya.

Amara tak menjawabnya, yang ia lakukan hanya menganggukkan kepalanya pelan. Sungguh ia tak tahu harus berkata apa pada kekasihnya itu.

Setiap Danis mengatakan tentang 'lelaki lain' membuat Amara semakin terpuruk dalam rasa bersalahnya. Dan tak hanya itu saja, Amara juga semakin membenci dirinya sendiri dan juga lelaki yang telah merenggut kehormatannya.

Amara masih sibuk dengan ponselnya saat ruangan itu mulai gaduh karena kedatangan tamu yang sudah ditunggu-tunggu itu. Terutama kaum hawa yang saling berbisik-bisik saat melihat pria muda bersetelan jas memasuki ruang pertemuan diiringi beberapa orang pengawal di belakangnya.

Tubuhnya yang tinggi tegap dan juga parasnya yang tampan membuat para siswi melihat kagum padanya. Lelaki itu langsung naik ke atas panggung karena dia akan menjadi pembicara.

"Selamat siang semuanya.. selamat datang untuk...," Pembawa acara mulai melakukan pembukaan. Ia berdiri di atas panggung , sedangkan Gio dan yang lainnya duduk di sofa yang sudah disiapkan di atas sana.

Acara mulai berjalan tapi Amara masih tundukkan kepala, fokus pada layar ponsel yang dipegangnya. Ia tengah memperhatikan foto-fotonya bersama Danis di akun sosial media kekasihnya itu. Amara tersenyum saat membaca keterangan di setiap foto. Danis selalu mengatakan kata-kata rindu pada foto yang di-posting nya.

"Ya Tuhan... Ganteng banget.... Jodohnya siapa siiih...," Ucap teman Amara yang duduk tepat di sebelahnya. Amara dan teman-temannya itu duduk di jajaran bangku ke dua dari arah depan. Hingga mereka bisa melihat Gio dengan jelas. Begitu juga Gio, ia akan bisa melihat Amara dengan jelas jika nanti Amara berbicara.

"Senyumnya bikin meleleh hati dedek...," Ucap temannya yang duduk di sebelah sisi Amara yang lain. Bahkan dengan tak sadar ia menggoyang-goyangkan tangan Amara hingga ponsel gadis itu terlepas dari genggamannya.

"Ya ampuuun Vi... Biasa aja sih !" Desis Amara sambil melotot. Ia pun membungkukkan tubuhnya untuk meraih ponselnya yang terjatuh itu.

"Sorry, Ara... Makanya jangan maen HP melulu ! Itu liat siapa yang lagi ngomong di depan," bisik temannya yang bernama Via itu.

Amara pun tolehkan kepalanya, melihat pada lelaki yang kini sedang berbicara di atas panggung. Amara ingat dengan lelaki itu. Ia adalah seseorang yang telah merenggut harga dirinya.

Bagaikan di hantam palu besar di ulu hatinya, Amara tiba-tiba merasakan mual. Perutnya bergejolak sakit, tubuhnya gemetar dan keringat dingin mulai membasahi kedua telapak tangannya. Dadanya sesak, Amara kesulitan untuk bernafas.

"A- aku harus pergi... A- aku harus pergi," ucap Amara dalam hati. Bayangan tubuh Gio yang menindih juga menghentaknya terlintas di kepala Amara saat ini, membuat tubuhnya makin gemetar saja.

Spontan Amara berdiri, ia berniat untuk pergi padahal Gio masih menyampaikan kata-kata sambutannya. Apa yang Amara lakukan, membuat dirinya kini menjadi pusat perhatian.

"Amara, apa yang kamu lakukan ? Pak Gio masih memberikan sambutannya, belum waktunya kamu berbicara," ucap si pembawa acara yang ternyata adalah dosen Amara.

Mendengar nama Amara, membuat dada Gio berdebar keras. Ia pun layangkan pandanganya pada Amara dan menatap wajahnya lekat-lekat. Rasa lega, senang, cemas dan juga takut memenuhi hati Gio saat ini.

Pandangan mata keduanya beradu dan terkunci untuk beberapa saat. Amara melihat lelaki itu penuh dengan kebencian.

"Amara ?" Tanya pembawa acara itu lagi karena Amara tak kunjung bicara.

"Saya minta izin untuk pergi, Pak," ucap Amara dingin, tanpa mengalihkan pandangan matanya dari Gio.

"Amara, acaranya baru saja dimulai. Silahkan duduk dulu," ucap dosennya itu seraya memberikan pandangan horor pada Amara.

Amara tak bergeming, ia masih saja berdiri dan melihat pada Gio dengan gigi gemeletuk menahan rasa marahnya.

"Ara... Kamu ini kenapa ? Ayo duduk !" Ucap kedua temannya sembari menggoyang-goyangkan tangan Amara. Berusaha membujuk gadis itu untuk duduk karena dosen mereka sudah terlihat emosi pada Amara.

to be continued ♥️

visual versi otor ya... kalau gak berkenan sesuai imajinasi masing-masing saja.

Amara Mahreen

Giovanni Abraham

Danis Atmaja

jangan lupa untuk meninggalkan jejak yaaa...

Terpopuler

Comments

Rapuncell Sheila Yulita

Rapuncell Sheila Yulita

visualnya cakep jadi semangat bacanya🥰

2024-12-21

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

VISUALNYA KEREN, TRUTAMA VISUAL AMARA..

2024-07-01

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

BUKAN DEKAT LAGI, TPI SDH DISENTUH & TERNODA..

2024-07-01

1

lihat semua
Episodes
1 Awal Mula
2 Perpisahan
3 Firasat
4 Malam Acara
5 Melarikan Diri
6 Jejak Noda
7 Selanjutnya
8 Tunggu Aku
9 Acara Kampus
10 Akhirnya Bertemu
11 Benci
12 Maaf
13 Berbicara
14 Terungkap
15 Keputusan Amara
16 Apa Yang Harus Dilakukan ?
17 Terpaksa dan Dipaksa
18 Punya Cara
19 Terpaksa Berbohong
20 Tied The Knot
21 Tentang Mahar
22 Apa Tak Malu ?
23 Cemburu
24 Selanjutnya
25 Bersiap Pergi
26 Keputusan
27 Pindah Rumah
28 Panggilan Telepon
29 Simpati
30 Rencana Amara
31 Selanjutnya
32 Cemas
33 Tak Akan Membiarkan
34 Selanjutnya lagi
35 Jalan-jalan
36 Es Krim
37 Bisakah?
38 Bagian Yang Tak Bisa Kumiliki
39 Bagaimana Jika..
40 Selanjutnya
41 Berhak Tahu
42 Akhirnya Mengetahui
43 Yang Selanjutnya Terjadi
44 Mencari Alasan
45 Sepakat.
46 Hutang
47 Pengumuman
48 Menindaklanjuti Pengumuman
49 Selanjutnya
50 Akhirnya Berbicara
51 Pengumuman
52 Meragu
53 Ketahuan
54 Berhak Tahu
55 Denganku Saja
56 Menagih Janji
57 Akhirnya Mengetahui
58 Aku Tahu
59 Hate You Love You
60 Ayo Makan !
61 Bagaimana ?
62 Calon Pengganti
63 Pesan Singkat
64 Bertemu
65 Makan Malam
66 Menuju Makan Malam ke Dua
67 Rencana Selanjutnya
68 Rencana Tetap Berjalan
69 Pergi
70 Hate You Love You
71 Aku Mencintaimu
72 Cara Berpisah Yang Sempurna
73 Tak Lagi Sama
74 Aku Mengerti
75 Karena Cinta
76 menyadari
77 Membutuhkan
78 Sadar
79 Kesalahan
80 Aku Datang
81 Ketahuilah
82 Tepat
83 Akan Baik-baik Saja
84 Katakan Lagi
85 Asing
86 Ugal-ugalan
87 Mabuk Kepayang
88 Kejutan
89 Bingung Judulnya
90 Cemas
91 Menjauh
92 Rasa Syukur
93 Hate You, Love You
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Awal Mula
2
Perpisahan
3
Firasat
4
Malam Acara
5
Melarikan Diri
6
Jejak Noda
7
Selanjutnya
8
Tunggu Aku
9
Acara Kampus
10
Akhirnya Bertemu
11
Benci
12
Maaf
13
Berbicara
14
Terungkap
15
Keputusan Amara
16
Apa Yang Harus Dilakukan ?
17
Terpaksa dan Dipaksa
18
Punya Cara
19
Terpaksa Berbohong
20
Tied The Knot
21
Tentang Mahar
22
Apa Tak Malu ?
23
Cemburu
24
Selanjutnya
25
Bersiap Pergi
26
Keputusan
27
Pindah Rumah
28
Panggilan Telepon
29
Simpati
30
Rencana Amara
31
Selanjutnya
32
Cemas
33
Tak Akan Membiarkan
34
Selanjutnya lagi
35
Jalan-jalan
36
Es Krim
37
Bisakah?
38
Bagian Yang Tak Bisa Kumiliki
39
Bagaimana Jika..
40
Selanjutnya
41
Berhak Tahu
42
Akhirnya Mengetahui
43
Yang Selanjutnya Terjadi
44
Mencari Alasan
45
Sepakat.
46
Hutang
47
Pengumuman
48
Menindaklanjuti Pengumuman
49
Selanjutnya
50
Akhirnya Berbicara
51
Pengumuman
52
Meragu
53
Ketahuan
54
Berhak Tahu
55
Denganku Saja
56
Menagih Janji
57
Akhirnya Mengetahui
58
Aku Tahu
59
Hate You Love You
60
Ayo Makan !
61
Bagaimana ?
62
Calon Pengganti
63
Pesan Singkat
64
Bertemu
65
Makan Malam
66
Menuju Makan Malam ke Dua
67
Rencana Selanjutnya
68
Rencana Tetap Berjalan
69
Pergi
70
Hate You Love You
71
Aku Mencintaimu
72
Cara Berpisah Yang Sempurna
73
Tak Lagi Sama
74
Aku Mengerti
75
Karena Cinta
76
menyadari
77
Membutuhkan
78
Sadar
79
Kesalahan
80
Aku Datang
81
Ketahuilah
82
Tepat
83
Akan Baik-baik Saja
84
Katakan Lagi
85
Asing
86
Ugal-ugalan
87
Mabuk Kepayang
88
Kejutan
89
Bingung Judulnya
90
Cemas
91
Menjauh
92
Rasa Syukur
93
Hate You, Love You

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!