Tunggu Aku

"kok gelap ?" Tanya Ibu Amara saat mendapati anak gadisnya terduduk di kamar yang tirainya dibiarkan tertutup. Ibu Amara meletakkan nampan yang di atasnya terdapat semangkuk sup ayam dan sepiring nasi beserta segelas air putih hangat. Wanginya sangat menggoda, tapi tidak untuk Amara.

Ibu Amara berjalan melewati anaknya itu, berniat untuk membuka tirai tapi cepat-cepat Amara melarangnya. "Jangan !!!" Teriak Amara hingga membuat sang ibu terkejut.

"Ara ?" Tanya Ibu Amara dengan dahi berkerut. Sungguh ia merasakan keanehan pada anak gadisnya itu.

"Ca- cahayanya bikin aku pusing, Ma," jawab Amara bohong.

"Ara lebih suka begini, Maaf..." jawab Amara dengan rasa bersalah karena telah membentak ibunya itu.

"Baiklah, jika begitu nyalakan saja lampunya," tawar sang ibu tapi Amara gelengkan kepala tak menyetujuinya.

"Masa kamu makan gelap-gelapan seperti ini ? Buka tirainya sedikit saja ya ?" Tanya Ibunya lagi dan kini Amara mengangguk pelan menyetujui.

Ibu Amara pun memilih duduk di atas lantai bersama anaknya. "Makan sekarang ya ?" Tanya nya lembut.

Amara anggukan kepalanya sebagai jawaban, walaupun sebenarnya ia sama sekali tak berselera untuk makan. Tapi pagi ini Amara sudah dua kali bernada tinggi pada sang ibu hingga dirinya merasa sangat bersalah.

"Mama suapin mau ?"

Amara kembali anggukan kepalanya menyetujui.

Ibu Amara menyendok sedikit nasi dan mencampurnya dengan air sop ayam yang dibuatnya, lalu menyuapkannya pada anak gadisnya itu.

Amara membuka sedikit mulutnya dan menerima suapan dari ibunya itu. Susah payah Amara mengunyah, karena perutnya terasa mual seolah tak bisa menerima makanan yang masuk ke dalam mulutnya.

Amara berlari ke kamar mandi dan memuntahkannya. "Maaf, Ma," ucapnya sembari mengusap ujung matanya dengan punggung tangan.

Ibu Amara pun mendekati anaknya itu dan memberikan usapan halus di punggungnya. "Ya udah gak apa-apa, jangan dipaksakan. Ayo minum dulu, dan makan lagi nanti jika rasa mual nya sudah berkurang," lalu ia memapah Amara untuk kembali ke dalam kamarnya dan mendudukkan tubuhnya di atas ranjang.

Amara menurut saat ibunya memberikan segelas air hangat. Ia meneguknya sedikit, karena lagi-lagi ia merasa mual. "Sebenarnya kamu kenapa ?" Tanya sang ibu dengan lembut, namun pertanyaan itu bagaikan sebuah palu besar yang menghantam dada Amara.

Mata Amara membola dan kedua telapak tangannya tiba-tiba saja berkeringat karena rasa gugup, cemas dan takut yang ia rasakan secara bersamaan.

"Marahan sama Danis ?" Tebak ibunya itu karena Amara tak juga menjawabnya.

"Ng- nggak kok, Ma," jawab Amara dengan susah payah.

"Marahan sama Dea ?"

Mendengar nama Dea, membuat Amara merasa jantungnya seperti diremas. Ia sampai lupa meninggalkan sepupunya di rumah terkutuk itu.

"Ng- nggak Ma," jawab Amara terbata-bata.

"Terus kenapa semalam pulangnya gak sama-sama ?" Tanya ibu Amara lembut, tapi Amara rasakan semakin sesak di dadanya karena pertanyaan itu.

"Dea sampai nelepon ke rumah nyariin kamu. Sebenarnya kalian kenapa ?"

"A- Ara gak enak badan Ma. Pusing banget gak tahan, sedangkan Dea masih harus bekerja. Makanya Ara pulang duluan,"

Ibu Amara menatap mata anak gadisnya itu dengan dalam. Ia merasa jika sebenarnya Amara sedang tak baik-baik saja. Tapi, dirinya sendiri pun tak mengerti dengan apa yang terjadi.

"Ma, A- ara mau minum obat saja terus tidur sebentar. Boleh kan ?" Tanya Amara yang sudah tak tahan lagi dengan tatapan yang ibunya berikan. Sungguh ia merasa hancur karenanya.

Ibu Amara mengangguk pelan. "Baiklah... Jangan lupa sup ayamnya di makan ya," Ia pun bangkit dan berjalan menuju pintu keluar. Ibu Amara membiarkan anak gadisnya itu untuk beristirahat.

Amara meringkuk seperti janin. Matanya yang terpejam masih saja mengeluarkan airnya. Hatinya hancur begitu juga jiwanya. Ingin rasanya Amara berteriak dan melampiaskan semuanya tapi ia tak bisa lakukan itu, karena Amara tak mau seorang pun tahu tentang kisah pilu yang menimpanya.

***

"Selamat pagi, Ma, Pa," ucap Gio sembari mendudukkan tubuhnya tepat di sebelah sang ayah. Lelaki itu sudah sangat rapi dan wangi dengan setelan jas kerjanya. Bahkan ia mencukur bulu-bulu halus di wajahnya. Gio tampil berbeda dari sebelumnya. Ayahnya pun sampai terkejut dibuatnya.

"Maafkan tadi malam Gio tak menghadiri acara penting, Papa," ucap Gio penuh sesal dan itu membuat sang ayah semakin terheran.

"Apa yang terjadi padamu semalam,Gio ?"

Deg !

Pertanyaan yang dilontarkan sang ayah bagaikan petir yang menggelegar di atas kepala Gio. Wajah lelaki itu berubah pias dan jakunnya bergerak naik-turun, menandakan ia tengah menelan ludahnya dengan susah payah.

"Apa yang terjadi denganmu hingga berubah drastis seperti ini ?" Tanya ayahnya lagi.

"Mm... Tak ada," jawab Gio bohong. Ia tak punya nyali untuk mengatakan hal yang sebenarnya karena itu akan membuat kedua orangtuanya semakin merasa kecewa padanya. Gio akan berusaha untuk menyelesaikan masalah ini sendirian.

"Benarkah ?" Tanya ayahnya lagi.

"Gi- Gio hanya ingin kembali ke kehidupan yang normal," jawab Gio dengan sebenar-benarnya. Apa yang terjadi semalam adalah tamparan keras bagi Gio, dan membuatnya kapok untuk meminum air yang memabukkan lagi. Gio tak ingin berbuat bodoh dan mencelakai orang lain lagi.

"Syukurlah jika kewarasanmu sudah kembali,"

"Pa !" Potong Ibu Gio. Ia merasa suaminya itu sudah keterlaluan dalam bicaranya.

Tapi Gio hanya terdiam, ia tak membantah perkataan ayahnya itu.

"Mulai hari ini kamu akan bekerja di bawah Om Johan ( adik sang ayah). Semua fasilitasmu dan juga jabatanmu papa cabut, sampai kamu bisa memperlihatkan pada kami jika kamu benar-benar telah kembali menjadi Gio yang dulu. Kamu akan mengerjakan apapun yang diperintahkan dan selama itu berlangsung akan ada seseorang yang mengawasimu. Jika kamu gagal... Tinggal pilih saja, Papa atau kamu yang harus meninggalkan dunia ini lebih dulu !"

Gio mengangkat wajahnya, menatap tak percaya pada sang ayah.

"Aku tak mau mempunyai seorang anak yang gagal dan memalukan !! " ucapnya lagi seraya bangkit dan meninggalkan meja makan padahal sarapannya belum selesai.

Di hadapan Gio, ibunya menunduk. Menyembunyikan tangisnya dari sang anak. "Papa mu hanya sedang emosi, jangan dimasukkan ke dalam hati," ucap ibunya itu untuk menghibur Gio.

Dari cara sang ayah menatapnya, Gio tahu jika beliau sungguh-sungguh dengan perkataannya. Dan ini adalah ultimatum terakhir dari sang ayah.

"Tenang saja, Mama jangan khawatir. Gio akan membuktikan pada Papa jika Gio mau berubah. Gio pergi ya," ucap Gio berpamitan.

Setibanya di luar rumah, Gio tak melihat mobil mewah miliknya.

"Kata Bapak, Den Gio pakai mobil itu saja," ucap seorang pelayan sembari memberikan sebuah kunci mobil padanya. Mobil sederhana keluaran 10 tahun yang lalu, yang biasanya di gunakan para pelayan untuk berbelanja kebutuhan dapur mereka.

Gio menerima kunci mobil itu dengan lapang dada. Ia akan bersabar dan menebus semua kesalahannya, terutama pada gadis yang bernama Amara. Tanpa seorang pun ketahui, Gio membawa tanda pengenal bernama gadis itu dalam saku jasnya.

***

"Aaarrrggh," Gio mengerang seraya merentangkan kedua tangannya yang terasa pegal. Ia juga memukul-mukul pundaknya yang kaku dengan kepalan tangan. Sejak pagi hingga sore hari, pekerjaannya tak ada hentinya. Sepertinya sang ayah sengaja membuat Gio tak bisa meninggalkan kantornya.

Gio bekerja dalam satu ruangan yang di dalamnya terdapat beberapa karyawan lainnya hingga tak memungkinkan Gio untuk melarikan diri.

Dan mencari keberadaan Amara sepulang kerja pun sesuatu yang tidak mungkin dilakukannya karena ia akan mendapatkan penilaian buruk jika pulang terlambat ke rumah.

"Maafkan aku karena hari ini tak bisa mencarimu," ucap Gio seraya menyentuh tanda pengenal Amara yang berada di dalam saku celananya dengan perlahan, seolah-olah ia tengah berbicara dengan gadis misterius yang belum dikenalnya itu.

"Tapi tenanglah.. aku pasti akan datang padamu. Tunggu aku, Amara," gumam Gio lirih hampir tak terdengar.

Bersambung...

jangan lupa tinggalkan jejak yaaa.

vote yuuu biar aku makin semangat nulisnya.

terimakasih ♥️

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

SDH JELAS2 ALLAH MNGHARAMKN KHMER/MINUMAN BRALKOHOL, DN ITU TRTUANG DLM AL QUR'AN, TPI MSH BNYK UMAT ISLAM YG MMINUMNYA..
KHMER LBH BNYK MUDHARATNYA DRIPADA MNFAATNYA..

2024-07-01

1

EndRu

EndRu

tapi aku masih bersyukur, Gio orang yang baik sebenarnya. dan akan bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya. walaupun Amara tidak bisa menerima nya. karena hatinya sudah milik Danis

2023-04-19

4

afa chai

afa chai

iya gio km harus bertanggung jawab.jgn nyerah

2023-03-23

1

lihat semua
Episodes
1 Awal Mula
2 Perpisahan
3 Firasat
4 Malam Acara
5 Melarikan Diri
6 Jejak Noda
7 Selanjutnya
8 Tunggu Aku
9 Acara Kampus
10 Akhirnya Bertemu
11 Benci
12 Maaf
13 Berbicara
14 Terungkap
15 Keputusan Amara
16 Apa Yang Harus Dilakukan ?
17 Terpaksa dan Dipaksa
18 Punya Cara
19 Terpaksa Berbohong
20 Tied The Knot
21 Tentang Mahar
22 Apa Tak Malu ?
23 Cemburu
24 Selanjutnya
25 Bersiap Pergi
26 Keputusan
27 Pindah Rumah
28 Panggilan Telepon
29 Simpati
30 Rencana Amara
31 Selanjutnya
32 Cemas
33 Tak Akan Membiarkan
34 Selanjutnya lagi
35 Jalan-jalan
36 Es Krim
37 Bisakah?
38 Bagian Yang Tak Bisa Kumiliki
39 Bagaimana Jika..
40 Selanjutnya
41 Berhak Tahu
42 Akhirnya Mengetahui
43 Yang Selanjutnya Terjadi
44 Mencari Alasan
45 Sepakat.
46 Hutang
47 Pengumuman
48 Menindaklanjuti Pengumuman
49 Selanjutnya
50 Akhirnya Berbicara
51 Pengumuman
52 Meragu
53 Ketahuan
54 Berhak Tahu
55 Denganku Saja
56 Menagih Janji
57 Akhirnya Mengetahui
58 Aku Tahu
59 Hate You Love You
60 Ayo Makan !
61 Bagaimana ?
62 Calon Pengganti
63 Pesan Singkat
64 Bertemu
65 Makan Malam
66 Menuju Makan Malam ke Dua
67 Rencana Selanjutnya
68 Rencana Tetap Berjalan
69 Pergi
70 Hate You Love You
71 Aku Mencintaimu
72 Cara Berpisah Yang Sempurna
73 Tak Lagi Sama
74 Aku Mengerti
75 Karena Cinta
76 menyadari
77 Membutuhkan
78 Sadar
79 Kesalahan
80 Aku Datang
81 Ketahuilah
82 Tepat
83 Akan Baik-baik Saja
84 Katakan Lagi
85 Asing
86 Ugal-ugalan
87 Mabuk Kepayang
88 Kejutan
89 Bingung Judulnya
90 Cemas
91 Menjauh
92 Rasa Syukur
93 Hate You, Love You
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Awal Mula
2
Perpisahan
3
Firasat
4
Malam Acara
5
Melarikan Diri
6
Jejak Noda
7
Selanjutnya
8
Tunggu Aku
9
Acara Kampus
10
Akhirnya Bertemu
11
Benci
12
Maaf
13
Berbicara
14
Terungkap
15
Keputusan Amara
16
Apa Yang Harus Dilakukan ?
17
Terpaksa dan Dipaksa
18
Punya Cara
19
Terpaksa Berbohong
20
Tied The Knot
21
Tentang Mahar
22
Apa Tak Malu ?
23
Cemburu
24
Selanjutnya
25
Bersiap Pergi
26
Keputusan
27
Pindah Rumah
28
Panggilan Telepon
29
Simpati
30
Rencana Amara
31
Selanjutnya
32
Cemas
33
Tak Akan Membiarkan
34
Selanjutnya lagi
35
Jalan-jalan
36
Es Krim
37
Bisakah?
38
Bagian Yang Tak Bisa Kumiliki
39
Bagaimana Jika..
40
Selanjutnya
41
Berhak Tahu
42
Akhirnya Mengetahui
43
Yang Selanjutnya Terjadi
44
Mencari Alasan
45
Sepakat.
46
Hutang
47
Pengumuman
48
Menindaklanjuti Pengumuman
49
Selanjutnya
50
Akhirnya Berbicara
51
Pengumuman
52
Meragu
53
Ketahuan
54
Berhak Tahu
55
Denganku Saja
56
Menagih Janji
57
Akhirnya Mengetahui
58
Aku Tahu
59
Hate You Love You
60
Ayo Makan !
61
Bagaimana ?
62
Calon Pengganti
63
Pesan Singkat
64
Bertemu
65
Makan Malam
66
Menuju Makan Malam ke Dua
67
Rencana Selanjutnya
68
Rencana Tetap Berjalan
69
Pergi
70
Hate You Love You
71
Aku Mencintaimu
72
Cara Berpisah Yang Sempurna
73
Tak Lagi Sama
74
Aku Mengerti
75
Karena Cinta
76
menyadari
77
Membutuhkan
78
Sadar
79
Kesalahan
80
Aku Datang
81
Ketahuilah
82
Tepat
83
Akan Baik-baik Saja
84
Katakan Lagi
85
Asing
86
Ugal-ugalan
87
Mabuk Kepayang
88
Kejutan
89
Bingung Judulnya
90
Cemas
91
Menjauh
92
Rasa Syukur
93
Hate You, Love You

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!