Firasat

"Riing.. riing.. riing..," terdengar suara ponsel yang berdering dan juga bergetar di waktu yang bersamaan. Amara berusaha menggapai benda pipih yang tergeletak di atas meja kecil, tepat di sebelah ranjang itu dengan tangannya. Matanya masih terpejam, karena ia belum terbangun dari tidurnya secara sempurna.

"Ha- halo," ucapnya dengan suara serak khas bangun tidur. Rambut panjangnya yang acak-acakan, menutupi sebagian wajahnya hingga ia harus menyingkirkannya dengan tangan.

"Ara, Sayang ? Masih tidur ya ?" Tanya seorang lelaki di ujung telepon. Dia adalah Danis yang sudah dua hari ini berada di Boston Amerika.

Mata Amara yang terpejam ngantuk, kini terbuka sempurna. Bibirnya yang tipis melengkungkan senyuman bahagia. "Aku udah bangun sekarang," jawab Amara sambil tertawa bahagia padahal Danis tak bisa melihatnya.

"Maafkan aku karena baru sempat menghubungi kamu, ini hari pertama aku bekerja. Jadi.. aku masih menyesuaikan diri. Pengen banget video call tapi aku lagi di dalam toile," kata Danis dan terdengarlah suara penyiram air.

"Tak apa-apa. Mendengar suaramu saja aku udah seneng bangeeettt," sahut Amara manja.

"Kamu berangkat jam berapa ?" Tanya Danis.

"Jam setengah delapan, setelah itu aku akan langsung pergi bekerja sebagai pelayan catering," jawab Amara.

"Tapi...,"

"Tapi kenapa, Sayang ?" Tanya Danis lagi. Lelaki itu sepertinya sedang sibuk mencuci tangan karena terdengar keran air yang dibuka.

"Rasanya males banget ambil kerjaan ini, secara kamu tahu kalau aku gak suka ketemu banyak orang," jawab Amara dengan nada suaranya yang terdengar malas.

"Kerjanya hanya menunggui stand makanan kan ? Untuk upah lima ratus ribu rupiah selama beberapa jam, aku rasa itu lumayan besar dan kamu tak usah berbicara dengan mereka,"

"Hu'um, aku juga tergiur karena upahnya. Bisa aku belikan buku untuk kuliah," sahut Amara menyetujui.

"Lagian sama sepupu kamu juga kan ?"

"Hu'um... Sama Dea,"

"Seragamnya seperti apa ?" Tanya Danis lagi.

"Kemeja putih dan rok hitam,"

"Rok ? Kamu yakin mau pakai rok ?" Tanya Danis sambil tertawa. Ia sangat tahu jika kekasihnya itu sangat tak menyukai rok. Amara lebih suka mengenakan celana, karena menurutnya lebih nyaman dan leluasa dalam melakukan apapun.

"Iya terpaksa ! Tapi entahlah... Aku malas...," Desah Amara.

Danis tertawa mendengarnya. "Baiklah sayang, aku gak bisa lama-lama. Aku harus kembali ke meja kerjaku. Masih pukul tiga lima belas sore di sini. Aku masih belum bisa pulang," jelas Danis.

"Dan di sini pukul tiga lebih lima belas pagi," sahut Amara smabil tertawa.

"Ya Tuhan... Aku masih saja lupa jika kita mempunyai 12 jam perbedaan waktu ! Maafkan aku karena membangunkanmu sepagi ini," sesal Danis.

"Its ok... Kamu bisa hubungi aku kapan aja. Untuk kamu, aku rela kok harus bangun tengah malam atau dini hari juga tak masalah," sahut Amara dengan lembutnya. Mati-matian ia menahan rindunya yang membuncah itu.

"Baiklah... Aku hubungi lagi nanti, setelah kamu pulang kerja,"

"Nanti aku kabarin lagi ya, jadi atau tidaknya mengambil pekerjaan ini," sahut Amara.

"Ok Sayang," Danis pun memutuskan panggilan telepon itu dan kembali bekerja.

Sedangkan Amara, ia sandarkan tubuhnya di kepala ranjang dan menatapi kemeja putih yang digantung di pintu lemari. Di dalamnya ada sebuah rok hitam pendek yang akan digunakannya untuk bekerja sebagai petugas catering bersama sepupunya, Dea.

Tapi, sedari malam Amara merasa ragu untuk melakukannya. Ia merasa malas walaupun sebenarnya pekerjanya tak berat dan upahnya pun lumayan. "Inget Ra, yang kamu mau itu banyak ! Jadi jangan malas !!" Ucapnya pada diri sendiri. Kini ia yakin untuk mengambil pekerjaan itu.

***

"Amara ! Sudah pukul tujuh ! Dea sudah menelepon dua kali," terdengar ketukan diiringi suara sang ibu dari balik pintu. Amara pun mengerjapkan matanya, kembali terbangun dari tidurnya.

"Ya, Ma !" Sahutnya panik

"Aku lagi siap-siap dulu !" Lanjut Amara sembari bangkit dari atas ranjang dan dengan paniknya menyambar handuk yang ada di rak. Ia pun segera melesat ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah menerima panggilan telepon dari Danis, Amara terus terjaga hingga waktu subuh pun datang dan ia segera melaksanakan ibadahnya. Banyak berpikir tentang pekerjaan catering ini, membuat Amara kembali tertidur dan akhirnya bangun kesiangan.

"Ah siaall," gumam amara sembari menggosok-gosok wajahnya dengan sabun muka. Berharap agar rasa kantuknya hilang. Setelah itu, Amara pun membersihkan diri dengan secepat kilat. Lalu bersiap dengan mengenakan pakaian kuliahnya dan melipat baju seragam hitam putihnya untuk dimasukkan ke dalam tas. Setelah pulang kuliah Amara akan langsung pergi ke tempat yang dituju karena jaraknya cukup jauh hingga, ia tak akan sempat untuk pulang dulu.

."Aaaww," pekik Amara saat jemarinya terjepit resleting roknya itu tanpa disengaja hingga menimbulkan luka berdarah.

"Duuuhh," keluh Amara sembari menyesap lukanya itu dengan bibirnya. Tak hanya itu saja, amara juga menjatuhkan botol parfumnya yang berwarna merah dan lagi-lagi tanpa disengaja. Hingga pecahlah botol itu, tapi beruntungnya Amara karena parfum itu sudah habis isinya.

"Amara ? Kamu tak apa-apa ?" Tanya ibunya dari balik pintu. Ia bertanya seperti itu karena mendengar suara barang pecah belah yang terjatuh.

"Aku gak apa-apa, Ma. Tapi botol parfum ku jatuh dan pecah," sahut Amara dari dalam kamar.

"Ya sudah, biar nanti Mama yang bersihkan. Kamu sebaiknya cepat turun karena Dea sudah menunggu," kata sang ibu, bertepatan dengan Amara yang membuka pintu kamarnya.

"Terimakasih.. Mama yang terbaik !!" Ucap Amara seraya memberikan kecupan di kedua pipi ibunya itu sebagai rayuan.

"Makanya, seudah subuh itu jangan tidur lagi ! Jadi tak terburu-buru seperti ini kan?" omel sang ibu.

"Iya.. Amara yang salah.. maaf ya.. Amara pergi dulu,"

"Ara... " Sahut sang ibu pelan, menahan lengan anak gadisnya itu untuk tidak pergi, hingga Amara pun hentikan langkahnya.

"Ya ?" Tanya Amara karena ibunya itu hanya terdiam menatapnya.

"Hati-hati," jawab sang ibu sembari tersenyum samar. Amara tahu jika ibunya itu tengah merasakan khawatir padanya.

"Iya, aku akan berhati-hati. Mama jangan khawatir," sahut Amara sambil tersenyum. Mengisyaratkan pada ibunya jika ia akan baik-baik saja.

Amara segera berjalan menuruni tangga, menemui sepupunya, Dea. "Lu gimana sih Ra ? Aku teleponin, tapi gak diangkat!" Keluh gadis yang seusia dengan Amara itu. Ia adalah adik sepupu dari pihak ibunya. Hubungan mereka memang sangat dekat, layaknya kakak dan adik.

"Ah ya sorry ! Tadi aku ketiduran," jawab Amara sembari nyengir kuda.

"Kamu ambil pekerjaan ini gak ? Si Ibu yang punya cateringnya nanyain lagi. Kalau emang gak mau, mereka akan mencari penggantimu secepatnya," jelas Dea.

Belum juga menjawab, adik Amara yang masih duduk di bangku SMA datang menghampirinya. "Mbak, nanti sore bantuin aku bikin tugas bahasa Inggris ya," ucapnya.

Mendengar itu membuat Amara dan Dea saling beradu pandang. "Terserah kamu," ucap Dea. Ia berkata seperti itu karena Amara menatapnya dengan pandangan mata yang seolah-olah ia meminta pendapatnya.

"Hmm... Kalau besok gimana ? Malam ini Mbak harus kerja dulu sama Mbak Dea," jawab Amara.

Si adik mencebikkan bibirnya kesal karena penolakan kakaknya itu. Tapi sedetik kemudian ia tersenyum karena Amara menjanjikannya sejumlah uang sebagai imbalan karena mau bersabar.

"Oke ! Besok ya !" Jawab sang adik dengan wajah sumringah. Lalu ia pun pergi ke sekolah. Sedangkan Amara pergi bersama Dea ke kampus yang sama, karena adik sepupunya itu pun menuntut ilmu di kampus tersebut. Hanya saja mereka memilih jurusan yang berbeda.

Selama di perjalanan, Amara berpikir ada saja hal yang sepertinya menghalangi ia untuk mengambil pekerjaan sebagai pelayan itu. Padahal pekerjaannya pun di rumah biasa, bukan di tempat-tempat yang beresiko tinggi seperti kelab malam misalnya. "Ya Tuhan... Semoga semua baik-baik saja," ucap Amara dalam hatinya. Dan ia sudah memutuskan untuk mengambil pekerjaan itu karena Amara memang membutuhkan uangnya.

bersambung...

Terpopuler

Comments

EndRu

EndRu

kok aku deg degan gini ya Kak. apa yang terjadi pada Amara?
adu Danis gimana.. dong Kak 🥰

2023-04-19

4

afa chai

afa chai

bentar lg bencana dtg

2023-03-23

2

raruby

raruby

memang terkdang firasat itu jangan di sepelein 😐

2023-03-07

1

lihat semua
Episodes
1 Awal Mula
2 Perpisahan
3 Firasat
4 Malam Acara
5 Melarikan Diri
6 Jejak Noda
7 Selanjutnya
8 Tunggu Aku
9 Acara Kampus
10 Akhirnya Bertemu
11 Benci
12 Maaf
13 Berbicara
14 Terungkap
15 Keputusan Amara
16 Apa Yang Harus Dilakukan ?
17 Terpaksa dan Dipaksa
18 Punya Cara
19 Terpaksa Berbohong
20 Tied The Knot
21 Tentang Mahar
22 Apa Tak Malu ?
23 Cemburu
24 Selanjutnya
25 Bersiap Pergi
26 Keputusan
27 Pindah Rumah
28 Panggilan Telepon
29 Simpati
30 Rencana Amara
31 Selanjutnya
32 Cemas
33 Tak Akan Membiarkan
34 Selanjutnya lagi
35 Jalan-jalan
36 Es Krim
37 Bisakah?
38 Bagian Yang Tak Bisa Kumiliki
39 Bagaimana Jika..
40 Selanjutnya
41 Berhak Tahu
42 Akhirnya Mengetahui
43 Yang Selanjutnya Terjadi
44 Mencari Alasan
45 Sepakat.
46 Hutang
47 Pengumuman
48 Menindaklanjuti Pengumuman
49 Selanjutnya
50 Akhirnya Berbicara
51 Pengumuman
52 Meragu
53 Ketahuan
54 Berhak Tahu
55 Denganku Saja
56 Menagih Janji
57 Akhirnya Mengetahui
58 Aku Tahu
59 Hate You Love You
60 Ayo Makan !
61 Bagaimana ?
62 Calon Pengganti
63 Pesan Singkat
64 Bertemu
65 Makan Malam
66 Menuju Makan Malam ke Dua
67 Rencana Selanjutnya
68 Rencana Tetap Berjalan
69 Pergi
70 Hate You Love You
71 Aku Mencintaimu
72 Cara Berpisah Yang Sempurna
73 Tak Lagi Sama
74 Aku Mengerti
75 Karena Cinta
76 menyadari
77 Membutuhkan
78 Sadar
79 Kesalahan
80 Aku Datang
81 Ketahuilah
82 Tepat
83 Akan Baik-baik Saja
84 Katakan Lagi
85 Asing
86 Ugal-ugalan
87 Mabuk Kepayang
88 Kejutan
89 Bingung Judulnya
90 Cemas
91 Menjauh
92 Rasa Syukur
93 Hate You, Love You
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Awal Mula
2
Perpisahan
3
Firasat
4
Malam Acara
5
Melarikan Diri
6
Jejak Noda
7
Selanjutnya
8
Tunggu Aku
9
Acara Kampus
10
Akhirnya Bertemu
11
Benci
12
Maaf
13
Berbicara
14
Terungkap
15
Keputusan Amara
16
Apa Yang Harus Dilakukan ?
17
Terpaksa dan Dipaksa
18
Punya Cara
19
Terpaksa Berbohong
20
Tied The Knot
21
Tentang Mahar
22
Apa Tak Malu ?
23
Cemburu
24
Selanjutnya
25
Bersiap Pergi
26
Keputusan
27
Pindah Rumah
28
Panggilan Telepon
29
Simpati
30
Rencana Amara
31
Selanjutnya
32
Cemas
33
Tak Akan Membiarkan
34
Selanjutnya lagi
35
Jalan-jalan
36
Es Krim
37
Bisakah?
38
Bagian Yang Tak Bisa Kumiliki
39
Bagaimana Jika..
40
Selanjutnya
41
Berhak Tahu
42
Akhirnya Mengetahui
43
Yang Selanjutnya Terjadi
44
Mencari Alasan
45
Sepakat.
46
Hutang
47
Pengumuman
48
Menindaklanjuti Pengumuman
49
Selanjutnya
50
Akhirnya Berbicara
51
Pengumuman
52
Meragu
53
Ketahuan
54
Berhak Tahu
55
Denganku Saja
56
Menagih Janji
57
Akhirnya Mengetahui
58
Aku Tahu
59
Hate You Love You
60
Ayo Makan !
61
Bagaimana ?
62
Calon Pengganti
63
Pesan Singkat
64
Bertemu
65
Makan Malam
66
Menuju Makan Malam ke Dua
67
Rencana Selanjutnya
68
Rencana Tetap Berjalan
69
Pergi
70
Hate You Love You
71
Aku Mencintaimu
72
Cara Berpisah Yang Sempurna
73
Tak Lagi Sama
74
Aku Mengerti
75
Karena Cinta
76
menyadari
77
Membutuhkan
78
Sadar
79
Kesalahan
80
Aku Datang
81
Ketahuilah
82
Tepat
83
Akan Baik-baik Saja
84
Katakan Lagi
85
Asing
86
Ugal-ugalan
87
Mabuk Kepayang
88
Kejutan
89
Bingung Judulnya
90
Cemas
91
Menjauh
92
Rasa Syukur
93
Hate You, Love You

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!