Perpisahan

Amara memeluk erat tubuh Danis. Ia lingkarkan kedua tangannya di pinggang lelaki itu, dan Danis pun melakukan hal yang sama. Sesekali Danis mencium puncak kepala Amara dengan lembut.

Saat ini keduanya tengah berada di bandara internasional Soekarno Hatta. Hanya dalam hitungan menit, Danis akan pergi meninggalkan kekasih hatinya.

Amara sentuhkan sebelah pipinya ke dada lelaki itu. Mendengarkan debaran jantung Danis. 'deg.. deg.. deg..' detaknya beraturan. Gadis itu menikmati saat-saat terakhir dengan kekasihnya.

"Aku akan sangat-sangat merindukan mu," ucap Amara lirih. Bibirnya bergetar saat mengatakan hal itu. Perasaannya campur aduk. Antara sedih karena akan berpisah, juga senang karena Danis mendapatkan pekerjaan impiannya.

"Aku pun akan sangat merindukanmu," balas Danis. Lalu ia uraikan pelukannya dan menatap wajah Amara lekat-lekat.;"Aku tunggu kamu di sana. Jangan nakal ya selama aku pergi. Setia lah padaku, Ara...," Lanjut Danis dengan pandangan matanya yang lembut penuh cinta.

Amara mengangguk-anggukkan kepalanya. Air bening pun menganak sungai di pipinya. Padahal Amara sudah berjanji tak akan menangisi kepergian kekasihnya, karena kepergian Danis itu adalah untuk masa depan mereka. Amara seharusnya tersenyum bahagia mengantarnya.

Tapi ternyata hati Amara tak sekuat itu. Ia tetap saja merasa sedih luar biasa karena akan berpisah dengan lelaki yang kini menjadi tunangannya.

Dan anehnya lagi, hati Amara terasa sangat berat untuk melepaskannya. Ingin rasanya Amara berkata pada Danis agar tinggal saja dan mencari kerja di Indonesia dengannya. Tapi, Amara tak bisa lakukan itu semua. Ia tahu bagaimana Danis berjuang dengan sangat berat untuk mendapatkan pekerjaan itu.

"Aku akan setia padamu, Danis. Cintaku hanya untukmu dan ku harap kamu pun begitu,"

"Kamu tahu Ara, hanya kamulah duniaku. Tak mungkin aku berpaling darimu. Aku mencintaimu dengan seluruh hatiku," balas Danis. Dan ia sungguh-sungguh saat mengatakannya. Hanya Amara dunianya dan tak sekalipun Danis tergoda oleh gadis lain, walaupun tak satu atau dua yang berusaha untuk menggodanya.

"Perhatian.. Para penumpang menuju Boston..,"

"Sudah waktunya..," ucap Danis saat ia mendengar pengumuman dari pihak maskapai penerbangan yang akan membawanya pergi ke benua lain.

Amara mengatur nafasnya. Mendadak saja Amara rasakan sesak di dadanya karena waktu Danis untuk pergi sudah tiba. "Huhuhuhu..," Amara menangis tersedu-sedu di pelukan kekasihnya.

"Aku akan menghubungimu setiap hari. Baik-baik selama aku pergi. Dan setia lah padaku," pinta Danis lagu penuh mohon pada tunangannya itu.

Amara hanya bisa menganggukkan kepalanya pelan. Ia tak mampu untuk berbicara karena suaranya tercekat di tenggorokan.

"Aku akan menghubungimu lagi begitu tiba di sana, atau ketika aku transit. Terus aktifkan ponselmu agar aku bisa mendengar kabarmu,"

Lagi-lagi Amara hanya bisa mengangguk pelan.

"Aku mencintaimu, Ara. Sangat cinta kamu.... Sampai ketemu dua tahun lagi, dan saat itu terjadi aku akan menjadi suamimu," ucap Danis seraya menarik tubuh Amara dalam pelukannya. Ia memberikan banyak ciuman di puncak kepala tunangannya itu.

"Panggilan bagi para penumpang pesawat XY tujuan Boston...,"

Terdengar kembali panggilan untuk para penumpang dan Danis adalah salah satunya.

Danis uraikan pelukannya walaupun sebenarnya ia sangat enggan. Lalu ia tundukkan kepalanya dan meraih bibir Amara dengan bibirnya. Danis mencium bibir Amara dengan lembut dan penuh perasaan. Tak peduli jika banyak orang melihatnya.

Mata Danis menatap dalam saat ciuman itu berakhir. "Aku pergi," ucap Danis lagi. Dengan berat hati ia lepaskan tubuh Amara dari pelukannya. Lalu Danis menenteng koper yang akan di bawanya.

Ia berjalan menjauhi Amara yang terdiam terpaku di tempatnya berdiri. Gadis itu masih saja menjatuhkan air bening dari kedua matanya.

Danis tolehkan kepalanya ke belakang. Melihat pada Amara untuk yang terakhir kalinya, sebelum ia masuk ke ruangan yang dikhususkan untuk para penumpang saja.

"Aku mencintaimu," gumam Danis dari kejauhan.

Amara tersenyum diantara isakkan tangisnya. "Aku juga sangat cinta kamu," balas Amara, membuat Danis tersenyum. Lalu ia pun melangkahkan kakinya maju. Kali ini benar-benar meninggalkan Amara pergi.

Tubuh Amara limbung. Kedua pipinya masih saja basah padahal Amara sudah mengusap pipinya dengan punggung tangan berulang kali.

Tak tahan lagi, Amara pun mencari tempat duduk untuk menahan tubuhnya yang rasanya tak bertenaga itu. Ia masih saja menangis padahal Danis sudah tak ada dalam jangkauan matanya.

"Dua tahun lagi kita akan bertemu," gumam Amara pelan. Dirinya dan Danis sudah merencanakan segalanya dengan sempurna. Amara akan menyusul Danis ke Boston dan menikah di pusat kajian Islam di sana. Ijab qobul itu akan dilaksanakan melalui teleconference dengan sang ayah karena untuk pergi ke Boston memerlukan biaya yang tak murah. Serta syarat seseorang bisa berkunjung kesana juga sangat ketat.

Cukup lama Amara duduk di bangku itu sendirian. Setelah dirinya merasa cukup tenang, Amara pun berdiri dan pergi dari tempat itu mengenakan taksi.

Sepanjang perjalanan, Amara membuang pandangannya ke luar jendela. Pikirannya masih melayang pada kekasihnya yang baru saja pergi. Hatinya terasa ngilu dan jiwanya begitu hampa. Amara pun kembali mengusap pipinya yang basah dengan punggung tangan.

***

Sementara itu di sebuah rumah mewah yang terletak di pusat kota Jakarta, seorang pemuda berusia 27 tahun tidur dengan menelungkupkan tubuhnya padahal hari sudah sangat siang.

"Iya, Pah.. nanti Mamah liat Gio di kamarnya," ucap seorang wanita paruh baya pada ponselnya. Saat ini ia tengah berbicara dengan sang suami yang sepertinya sedang sangat marah karena anak lelakinya tak muncul di kantor tempatnya bekerja.

"Mau sampai kapan Gio seperti itu? Mana bisa dia menggantikan aku jika dikhianati wanita saja, dia sudah hancur, tak bisa melakukan apapun !" Semprot sang suami di ujung telepon. Bahkan ia menutup panggilannya dengan kasar sebelum sang istri menjawab pernyataannya.

"Haahhh..," wanita itu menarik nafas dalam. Lalu berjalan menaiki titian tangga menuju kamar anak tunggalnya berada.

Dia adalah Giovanni Abraham, penerus keluarga yang sangat diharapkan. Gio adalah seorang pemuda yang baik hati. Tak bermain wanita apalagi minum minuman keras. Tapi semuanya berubah saat ia memergoki tunangannya tidur dengan sahabatnya sendiri. Padahal waktu pernikahan mereka hanya tinggal menghitung hari.

Gio benar-benar merasa dikhianati oleh dua orang yang ia sayang juga percaya secara bersamaan. Bertahun-tahun Gio menjaga kekasihnya itu agar tak rusak, karena gadis itu sangat berharga untuknya. Tapi nyatanya gadis itu merusak dirinya sendiri.

Bagaikan langit runtuh menimpa dirinya, hidup Gio pun menjadi hancur berantakan. Ia bagai mayat hidup. Jiwanya hampa, hanya raganya saja yang bergerak.

Untuk melampiaskan kesedihannya Gio mulai menenggelamkan diri dalam minuman yang memabukkan. Ia akan pulang larut sekali dalam keadaan tak sadar. Sungguh memprihatinkan bagi siapa saja yang melihatnya.

"Gio...," Ucap ibunya sambil membuka pintu. Ia menatap sendu pada anaknya itu. Lalu berjalan menuju tempat anaknya terbaring

"Ya Tuhan Gio... Sampai kapan kamu mau seperti ini, Nak ?" Tanya nya pilu. Ia pun menyisir rambut anak lelakinya itu dengan jemarinya.

"Salsa..," lirih Gio terdengar pilu, sembari merubah posisi tubuhnya menjadi meringkuk seperti janin. Tanpa sadar, Gio menggumamkan nama gadis yang telah menyakitinya itu.

"Lepaskan dia, Gio," bisik sang ibu tepat di telinga anaknya itu. Ia tahu jika apa yang sedang Gio lalui adalah hal yang tak mudah.

Tiba-tiba perhatian sang ibu teralihkan saat salah satu asisten rumah tangganya datang dan mengetuk pintu.

"Ya ?"

"Nyonya, ada tamu dari pihak catering," ucapnya takut-takut.

"Ah ya, tunggu sebentar ! Aku akan segera turun," ucapnya pelan.

Wanita itu pun bangkit dan berjalan menuju pintu. Pikirannya sangat kalut sekali. Dalam waktu dekat, dirumahnya akan diadakan acara syukuran karena sang suami diangkat menjadi menteri. Dan dalam waktu dekat juga sang anak harus bisa menggantikan posisi sang ayah di perusahaan. Sedangkan keadaan Gio masih hancur berantakan.

"Ya Tuhan...," Desahnya frustasi.

to be continued

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

BUAT APA LO HNCUR CMA GARA2 WANITA PNGHIANAT SPRTI SALSA, LO YG KPARIT, TU SALSA ENAK2AN SAMA SAHABAT PNGHIANAT LO..

2024-07-01

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

JODOH LO AMARA, MSKI DGN CARA YG SALAH BUAT KALIAN TRIKAT..

2024-07-01

0

EndRu

EndRu

aduh.. mbayangin gimana jangan jangan Gio nanti yang akan mengambil Anara dari Danis

2023-04-19

2

lihat semua
Episodes
1 Awal Mula
2 Perpisahan
3 Firasat
4 Malam Acara
5 Melarikan Diri
6 Jejak Noda
7 Selanjutnya
8 Tunggu Aku
9 Acara Kampus
10 Akhirnya Bertemu
11 Benci
12 Maaf
13 Berbicara
14 Terungkap
15 Keputusan Amara
16 Apa Yang Harus Dilakukan ?
17 Terpaksa dan Dipaksa
18 Punya Cara
19 Terpaksa Berbohong
20 Tied The Knot
21 Tentang Mahar
22 Apa Tak Malu ?
23 Cemburu
24 Selanjutnya
25 Bersiap Pergi
26 Keputusan
27 Pindah Rumah
28 Panggilan Telepon
29 Simpati
30 Rencana Amara
31 Selanjutnya
32 Cemas
33 Tak Akan Membiarkan
34 Selanjutnya lagi
35 Jalan-jalan
36 Es Krim
37 Bisakah?
38 Bagian Yang Tak Bisa Kumiliki
39 Bagaimana Jika..
40 Selanjutnya
41 Berhak Tahu
42 Akhirnya Mengetahui
43 Yang Selanjutnya Terjadi
44 Mencari Alasan
45 Sepakat.
46 Hutang
47 Pengumuman
48 Menindaklanjuti Pengumuman
49 Selanjutnya
50 Akhirnya Berbicara
51 Pengumuman
52 Meragu
53 Ketahuan
54 Berhak Tahu
55 Denganku Saja
56 Menagih Janji
57 Akhirnya Mengetahui
58 Aku Tahu
59 Hate You Love You
60 Ayo Makan !
61 Bagaimana ?
62 Calon Pengganti
63 Pesan Singkat
64 Bertemu
65 Makan Malam
66 Menuju Makan Malam ke Dua
67 Rencana Selanjutnya
68 Rencana Tetap Berjalan
69 Pergi
70 Hate You Love You
71 Aku Mencintaimu
72 Cara Berpisah Yang Sempurna
73 Tak Lagi Sama
74 Aku Mengerti
75 Karena Cinta
76 menyadari
77 Membutuhkan
78 Sadar
79 Kesalahan
80 Aku Datang
81 Ketahuilah
82 Tepat
83 Akan Baik-baik Saja
84 Katakan Lagi
85 Asing
86 Ugal-ugalan
87 Mabuk Kepayang
88 Kejutan
89 Bingung Judulnya
90 Cemas
91 Menjauh
92 Rasa Syukur
93 Hate You, Love You
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Awal Mula
2
Perpisahan
3
Firasat
4
Malam Acara
5
Melarikan Diri
6
Jejak Noda
7
Selanjutnya
8
Tunggu Aku
9
Acara Kampus
10
Akhirnya Bertemu
11
Benci
12
Maaf
13
Berbicara
14
Terungkap
15
Keputusan Amara
16
Apa Yang Harus Dilakukan ?
17
Terpaksa dan Dipaksa
18
Punya Cara
19
Terpaksa Berbohong
20
Tied The Knot
21
Tentang Mahar
22
Apa Tak Malu ?
23
Cemburu
24
Selanjutnya
25
Bersiap Pergi
26
Keputusan
27
Pindah Rumah
28
Panggilan Telepon
29
Simpati
30
Rencana Amara
31
Selanjutnya
32
Cemas
33
Tak Akan Membiarkan
34
Selanjutnya lagi
35
Jalan-jalan
36
Es Krim
37
Bisakah?
38
Bagian Yang Tak Bisa Kumiliki
39
Bagaimana Jika..
40
Selanjutnya
41
Berhak Tahu
42
Akhirnya Mengetahui
43
Yang Selanjutnya Terjadi
44
Mencari Alasan
45
Sepakat.
46
Hutang
47
Pengumuman
48
Menindaklanjuti Pengumuman
49
Selanjutnya
50
Akhirnya Berbicara
51
Pengumuman
52
Meragu
53
Ketahuan
54
Berhak Tahu
55
Denganku Saja
56
Menagih Janji
57
Akhirnya Mengetahui
58
Aku Tahu
59
Hate You Love You
60
Ayo Makan !
61
Bagaimana ?
62
Calon Pengganti
63
Pesan Singkat
64
Bertemu
65
Makan Malam
66
Menuju Makan Malam ke Dua
67
Rencana Selanjutnya
68
Rencana Tetap Berjalan
69
Pergi
70
Hate You Love You
71
Aku Mencintaimu
72
Cara Berpisah Yang Sempurna
73
Tak Lagi Sama
74
Aku Mengerti
75
Karena Cinta
76
menyadari
77
Membutuhkan
78
Sadar
79
Kesalahan
80
Aku Datang
81
Ketahuilah
82
Tepat
83
Akan Baik-baik Saja
84
Katakan Lagi
85
Asing
86
Ugal-ugalan
87
Mabuk Kepayang
88
Kejutan
89
Bingung Judulnya
90
Cemas
91
Menjauh
92
Rasa Syukur
93
Hate You, Love You

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!