Narendra segera mengikuti ayahnya untuk membereskan keributan yang dilakukan oleh seorang Kyai beserta 10 orang santrinya.
Narendra yang mendatangi mereka dalam wujud manusia.
" Kembalilah kalian dan jangan mengganggu bangsa kami karena bangsa kami pun tidak pernah mengganggu kalian." ucap Narendra dengan suara yang lembut.
" Kami datang kemari atas permintaan seseorang yang menginginkan untuk membatalkan surat perjanjian pernikahan antara Pangeran dari bangsamu dengan putrinya dari bangsa manusia," ucap Sang Kiai sampai menatap Narendra dengan tajam.
" Untuk masalah perjanjian pernikahan antara diriku dan Deniz itu adalah perjanjian darah yang di buat 50 tahun yang lalu yang dilakukan oleh Kakeknya Deniz. Tidak ada siapapun yang bisa mengganggu gugat perjanjian tersebut. Kecuali kakeknya Deniz sendiri yang menariknya dengan pertukaran jiwanya yang akan menjadi budak kami sampai hari kiamat nanti!" ucap Narendra tetap dengan suara yang tenang.
" Tetapi masalahnya kakeknya Deniz sekarang sudah meninggal. Kita tidak bisa melakukan hal seperti itu lagi karena ayahnya menolak unt memberikan putrinya sebagai tumbal perjanjian kalian." ucap sang Kyai.
" Pak Kyai, menurut saya sebaiknya Anda tidak usah ikut campur dalam urusan ini. Karena urusan ini adalah urusan pribadi Kami dan tidak ada urusannya sama sekali dengan Anda. Bangsa kami sudah memenuhi janji kami selama 50 tahun dengan memberikan perlindungan, kekuatan dan juga kekayaan untuk keluarga Barata. Rasanya tidak adil kalau ketika tiba giliran kami untuk mendapatkan bagian kami dalam perjanjian itu, tiba-tiba saja perjanjian ini dibatalkan. Kami sudah sangat berbaik hati dengan tidak pernah meminta jiwa maupun nyawa kepada mereka. Kami hanya meminta pernikahan dari keturunannya yang seorang wanita untuk menikah denganku dan itu sudah disepakati dari 50 tahun yang lalu. Kenapa sekarang mereka mempermasalahkannya setelah mereka sudah memiliki segalanya? Apakah anda ingin berdiri diantara manusia khianat yang tidak memegang janjinya kepada bangsa kami yang sudah berbaik hati memenuhi janji kami?" Kyai dan santrinya saling memandang satu sama lain.
" Tetapi tetap saja pernikahan jin dan manusia tidak diperbolehkan dalam hukum manapun. Itu menyalahi kodrat alam. Kalian hidup di dua alam yang berbeda, tidak akan pernah bisa menemukan kebahagiaan secara hakiki!" ucap Sang Kiai berusaha untuk tetap tenang dan tegar, ketika dia harus menghadapi pamor dan wibawa yang ditunjukkan oleh Narendra yang saat ini sedang mencoba untuk bernegosiasi dengan Kyai tersebut.
" Pak Kyai, Saya rasa Anda yang paling mengetahui bahwa yang namanya janji adalah hutang. Mereka sudah berjanji kepada kami untuk menikahkan Putri mereka kepadaku pada saat usia Deniz 20 tahun. Lalu dimanakah masalahnya? Mereka sendiri yang datang kemari untuk mengikat perjanjian dengan bangsa kami. Bukan kami yang menawarkan diri kepada mereka. Apakah itu menjadi kesalahan kami?" tanya Narendra.
Pak Kyai dan santri lainnya tampak terdiam terus menatap Narendra yang begitu tampan dan mempesona dalam pandangan mereka.
" Kami selama ini tidak pernah meminta nyawa ataupun darah untuk membalas atau sebagai imbalan dari perjanjian itu. Kami hanya meminta kakeknya Deniz untuk mengatur pernikahanku dengan Deniz. Itu tertulis dengan darahnya. Kalau mereka meminta untuk menghapusnya. Maka harus dihapus dengan darah kakeknya dan harus dibayar dengan jiwanya yang harus melayang dan menjadi budak kami untuk selamanya di alam kami!" ucap Narendra.
" Jadi bangsa kalian bersikeras untuk tetap mempertahankan perjanjian itu?"
" Tentu saja akan kami lakukan. Karena kami harus mempertahankan hak kami setelah kami melaksanakan kewajiban kami selama 50 tahun lamanya untuk melindungi dan juga memberikan kekayaan untuk keluarga Barata."
" Sudahlah Putraku. Kau tidak usah lagi capek-capek untuk berunding dengan mereka. Kita langsung saja bumi hanguskan mereka dengan pasukan kita yang sudah ayah siapkan bersama ratusan ribu bala tentara kita!" tiba-tiba saja Ayahanda Narendra sudah berdiri diantara mereka dengan wujudnya sebagai raja kucing dengan mahkota di kepalanya yang sangat cantik.
Para santri tampak terkejut ketika tiba-tiba saja di antara mereka hadir ribuan kucing yang siap menerkam mereka dengan taring dan cakar yang mematikan.
" Pak Kyai, ini akan sangat sulit kalau kita harus menghadapi ribuan kucing!" ucap salah satu santri yang mulai ketakutan.
" Tenanglah! Isilah hati kalian dengan dzikir. Insya Allah pasti mereka tidak akan bisa menyentuh kalian." ucap Sang Kyai penuh percaya diri.
" Doa-doa yang anda lafalkan tidak akan mempan terhadap kami. Ayat-ayat Anda tidak akan bisa menyakiti kami karena kami adalah jenis muslim. Kami bukanlah jin kafir yang takut dengan ayat-ayat Allah. Karena setiap hari kami pun mengaji di alam kami bahkan kami pun melaksanakan shalat seperti kalian! jadi saya mohon kepada anda untuk Pergilah baik-baik dari tempat ini sebelum pasukan kami akan membumi hanguskan kalian semua. Pergilah sebelum Jenderal dan panglima kami datang. Kalau sampai mereka datang maka akan sangat sulit untuk mengendalikan keadaan. Karena mereka tidak pernah memandang bulu dalam menghadapi permasalahan apapun. Jangan sampai malam ini ada pertumpahan darah yang tidak perlu diantara kita semua!" ucap Narendra masih berusaha untuk membujuk Sang Kiai agar meninggalkan tempat mereka.
" Pak Kyai! Ayo kita pergi dari sini. Salah satu santri sudah ada yang kesurupan karena dia tidak kuat melawan pamor dari para siluman yang jumlah nya sangat banyak sekali!" ucap salah satu Santri yang saat ini sedang berusaha untuk menyadarkan temannya yang sedang meraung-raung karena kesurupan.
" Baiklah. Kami akan pergi dari sini. Tapi sebelumnya, tolong kalian lepaskan dulu santri saya yang telah tertahan jiwanya di kerajaan kalian!" ucap Kyai sambil menatap Narendra dengan wajah penuh kharisma.
" Santri Anda itu sudah melanggar kode etik ketika mengunjungi kerajaan kami. Dia berani mengambil batu merah delima yang ada di kerajaan kami. Jiwanya akan tetap tertahan di kerajaan Kami, sampai dia mengembalikan apa yang dia curi kepada kami!" ucap Narendra dengan datar dan tanpa ekspresi.
" Aji periksalah sakunya. Kalau ada batu merah delima. Kembalikanlah kepada mereka, agar kita bisa menjemput jiwanya yang saat ini sedang tertahan di kerajaan kucing dan bisa membawa pulang bersama kita!" ucap Sang Kiai memerintahkan kepada salah satu santrinya untuk memeriksa saku pakaian santri yang saat ini sedang mengamuk karena kesurupan abdi dalem kerajaan kucing yang menjaga batu merah delima yang dia curi di perpustakaan kerajaan kucing.
" Benar Kyai. Di saku bajunya ada dua buah batu merah delima!" ucap Aji yang tadi memeriksa saku pakaian milik temannya yang masih belum sadarkan diri dari kesurupannya.
Sang Kyai kemudian mengambil batu merah Delima yang tadi diberikan oleh Aji.
Setelah menerima batu merah delima tersebut kyai pun kemudian menyerahkannya kepada Narendra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 264 Episodes
Comments