Setelah selesai kuliah Deniz langsung pulang ke rumah. Dia sudah merindukan kucing kesayangannya yang ditinggalkan selama seharian penuh.
" Nare aku pulang!" ucap Deniz ketika dia sudah sampai di dalam rumahnya.
Tampak wajah berbinar dan senyum yang merekah di bibirnya menambah kecantikan seorang Deniz Bharata.
visualisasi Deniz Bharata.
" Deniz, kamu itu ya, pulang ke rumah, bukannya ucapin Assalamualaikum malah berteriak-teriak!" tegur Amber kepada putrinya yang sedang melepaskan sepatunya dan menaruhnya di rak sepatu yang ada di dekat pintu masuk rumah mereka.
" Assalamualaikum Mamaku yang cantik!" ucap Deniz sambil mencium pipi ibunya yang saat ini sedang memasak di dapur untuk makan malam keluarga kecilnya.
" Mama sama papa tidak membuang kucing kesayanganku kan?" tanya Deniz kepada ibunya.
Amber menatap putrinya dengan lekat. Tampak ada ketakutan dan rasa khawatir dirinya terhadap putrinya yang terlalu dekat dengan kucing peliharaannya.
" Bukankah kamarmu kamu kunci sayang? Bagaimana caranya kami bisa masuk ke dalam kamarmu?" tanya Amber sambil menatap Deniz dengan tatapan pasrah yang langsung berbinar matanya.
Deniz langsung berlari ke arah kamarnya yang ada di lantai 2 dia tidak memhiraukan ibunya yang memanggil dirinya untuk makan dulu. Karena saat ini dalam pikirannya adalah dia ingin segera bertemu dengan kucing kesayangannya.
" Deniz makan siang dulu! Ini sudah hamir malam, sudah sangat terlambat untuk kau makan siang. Nanti kau merasakan lapar perutnya!" ucap Amber kepada Deniz.
" Nare aku pulang!" ucap Deniz begitu dia membuka pintu kamarnya. Tetapi Deniz terkejut karena ternyata di kamar itu kosong tidak ada siapa-siapa.
Deniz mencari ke segala penjuru kamarnya tetapi nihil dia tidak menemukan keberadaan Nare di manapun juga.
" Ke mana Nare pergi? Bukankah tadi Mama bilang kalau dia tidak bisa masuk ke dalam kamarku? Tapi kenapa dia tidak ada di sini?Apakah mama membohongiku?" Deniz terus mencari keberadaan Nare dalam kamarnya maupun sekitarnya. Barangkali kucing itu pergi keluar melalui jendela atau kah melalui lubang angin yang ada di atas kamarnya. Tetapi dia tidak menemukan keberadaannya di manapun.
" Aku harus bertanya kepada Mama. Pasti ini perbuatan mama dan Papaku yang sudah membuang kucingku!" ucap Deniz dengan air mata yang mulai menetes di pipinya.
Deniz langsung berlari ke lantai bawah dan mencari ibunya yang ada di dapur.
" Mah kenapa Nare tidak ada di dalam kamarku? Apakah mama sama papa membuang kucingku lagi?" tanya Deniz kesal.
Amber yang mendengarkan Deniz bertanya dengan amarah dan tampak sangat kesal wajahnya. Akhirnya dia pun mematikan kompor dan mendekati putrinya.
" Mama tidak membuang kucingmu sayang. Tadi pagi kan mama mau membereskan kamarmu tapi kamarnya kau kunci. Papamu sudah berangkat dari tadi pagi ke Jakarta untuk bertemu dengan paman pamanmu!" ucap Amber menjelaskan segalanya kepada putrinya yang tampak menangis sedih karena kehilangan kucing kesayangannya.
Deniz menatap ibunya mencari jawaban. Apakah benar ibunya sedang berbicara jujur ataukah berbohong.
" Kalau kalian tidak membuangnya terus ke mana Nareku? Ini sungguh aneh sekali Mah! Jendela dan pintu semuanya Deniz tutup dan tidak ada celah untuk membuat dia bisa keluar dari kamarku!" ucap Deniz menyatakan keheranannya kepada sang ibu.
Amber tampak mengerutkan keningnya berpikir sangat keras dan berusaha untuk mengingat semua hal yang dikatakan oleh ayah mertuanya sebelum beliau meninggal dunia lima tahun yang lalu.
" Deniz kenapa Mama berpikir bahwa kucingmu itu adalah Kucing Siluman ya?" tanya Amber dengan hati-hati takut Deniz merasa tersinggung.
" Kucing Siluman bagaimana sih mah? Hari gini masih ngomongin kucing siluman lagi. Ya Allah! Jelas-jelas dia itu kucing biasa. Kalau dia memang Kucing Siluman tidak mungkin ada manusia yang bisa menembak kakinya sehingga pincang seperti itu!" ucap Deniz menerangkan analisisnya kepada sang ibu yang langsung menganggukkan kepala karena dia juga setuju dengan apa yang dikatakan oleh Deniz.
" Kau benar ya, kalau memang benar dia adalah Kucing Siluman. Pasti orang yang menembaknya sekarang sudah mati. Karena tentu dia tidak akan membiarkan dirinya di aniyaya oleh manusia," ucap Amber sambil mengelus punggung Deniz yang saat ini sedang menangis sedih karena harus kehilangan kucing kesayangannya.
Amber kemudian kembali ke dapur dan membawakan makanan untuk Deniz yang sepertinya sedang sedih sekali.
" Ayo kau makanlah dulu sayang. Kalau urusan kucing, nanti kita cari lagi. Kalau misalkan kucing itu kan punya indra keenam ya? Kemanapun dia pergi dia pasti akan kembali kepada Tuannya. Siapa tahu, setelah kakinya sudah sembuh dia pulang ke rumah tuannya lagi. Nanti kalau dia merindukanmu dia pasti akan kembali ke sini untuk bertemu denganmu!" ucap Amber berusaha untuk menghibur Deniz agar tidak sedih lagi hatinya.
Deniz pun kemudian mengambil makanan yang tadi dibawakan oleh ibunya.
Karena memang perutnya yang sangat lapar. Karena baru pulang dari kampus, setelah itu dia panik mencari kucing kesayangannya, hingga makanan satu piring itu pun ludes hanya dalam waktu sesaat saja.
" Ya sudah kamu mandi dulu sana. Ini sudah mau sore loh. Jangan lupa kau shalat Ashar!" ucap Amber yang kemudian meninggalkan putrinya dan melanjutkan pekerjaannya di dapur yang tadi sempat tertunda karena harus menjawab pertanyaan Deniz yang panik kehilangan kucing kesayangannya.
Dengan langkah gontai, Deniz pun kemudian masuk ke dalam kamarnya. Dia merenungkan kembali kemungkinan Nare sekarang berada di mana.
" Mungkin benar apa yang dikatakan oleh Mamaku, kalau Nare sedang kembali ke majikannya yang dulu. Tetapi pertanyaannya, bagaimana caranya dia keluar dari kamar ini? Semuanya tertutup dan tidak ada celah untuk Nare bisa keluar dari sini. Ya Allah, ini sungguh sangat mengherankan sekali!" ucap Deniz di dalam kamarnya.
" Ya ampun Deniz! Kamu sedang apa toh? Cepat kau mandi kemudian shalat Ashar!" ucap Amber yang sudah berdiri di depan pintu kamar Deniz dengan berkacak pinggang. Deniz pun kemudian bangkit dari tempat tidurnya. Deniz langsung mengambil handuk untuk pergi mandi setelah itu dia pun melaksanakan shalat Ashar.
" Ya Allah semoga suatu saat nanti aku bisa bertemu lagi dengan Nare! Aku sangat mencintai kucing itu ya Allah. Dia adalah kucing yang baik dan juga manis! Aku sayang sama Nare ya Allah! Tolong kau pertemukan aku dengannya lagi!" doa Deniz setelah dia melaksanakan salat ashar. Setelah itu Deniz pun kembali lagi ke atas ranjangnya untuk beristirahat karena tubuhnya memang lelah.
" Ya ampun! Kenapa namanya seperti pangeran kucing yang pernah aku baca di sebuah legenda ya?"
Tiba-tiba saja Deniz teringat dengan apa yang dikatakan oleh Abigail ketika dia bercerita tentang nama kucing kesayangannya di kampus tadi siang.
" Ya ampun! Apakah benar kalau kucingku adalah Pangeran kucing dari alam ghaib?" tanya Deniz yang mulai merinding seluruh bulu romanya. Kemudian dia pun memilih untuk menutup matanya karena mulai merasa seram dan ketakutan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 264 Episodes
Comments
atang maulana
betul banget mbak deniz
2023-02-23
4