Bab 6

Nadia pergi dengan sebuah mobil taksi online menuju ke rumah yang alamatnya di kirimkan oleh Louis semalam. Karena harus berada di sisi bosnya selama 24 jam. Artinya dia harus bawa semua barang-barangnya juga.

Nadia membawa dua buah koper ukuran sedang dan satu tas dengan ukuran sedang pula. Setelah taksi yang dia tumpangi tiba di alamat yang di berikan Louis padanya.

Mata Nadia terbelalak tak percaya begitu melihat dimana taksi itu berhenti.

"Pak, ini gak salah pak?" tanya Nadia.

"Bener ini neng, Jalan Pasang Giri no 77. Ya ini neng!" kata pak supir taksi sambil menunjuk ke arah nomer rumah yang ada di salah satu pagar tembok rumah tersebut.

"Wah, ini rumah apa istana?" gumam Nadia sambil turun dari mobil.

Pak supir pun membantu menurunkan koper dan tas Nadia dari bagasi.

"Neng, mau saya bantuin bawa masuk ke dalam ini barang-barang nya?" tanya supir itu yang menawarkan bantuan pada Nadia.

Supir itu melihat barang bawaan Nadia cukup banyak, sedangkan dari rumah besar itu tampak sepi-sepi saja seperti tidak ada orang. Jadi supir itu merasa kasihan kalau Nadia harus membawa barang-barang itu sendirian masuk ke dalam.

Nadia yang mendengar pak supir menawarkan bantuan padanya malah langsung buru-buru menolaknya. Sebab dia takut kalau supir itu masuk ke dalam rumah besar itu, supir itu nanti di hisap darahnya oleh bos Nadia.

"Eh, tidak usah pak. Ini ongkosnya!" kata Nadia yang buru-buru meraih uang tunai dari dalam tasnya dan memberikannya pada pak supir taksi.

"Neng, beneran? itu banyak barangnya loh. Kayaknya rumahnya juga gak ada orangnya, saya bantuin gak papa neng, saya ikhlas!" kata pak supir taksi itu meyakinkan Nadia kalau bantuannya benar-benar tulus.

'Aduh si bapak gak tahu aja, ini rumah sarang vampir. Bapak nanti bisa masuk tapi gak bisa keluar lagi gimana?' batin Nadia cemas.

"Eh beneran gak papa loh pak, saya bisa sendiri. Bapak mendingan jalan lagi, bapak kan harus kejar setoran. Iya kan pak?" tanya Nadia sambil tertawa renyah.

Pak supir taksi yang merasa memang ada yang aneh, tapi juga tak mau memperpanjangnya. Langsung mengangguk paham. Supir taksi itu pun kembali masuk ke dalam taksinya dan meninggalkan Nadia.

Sekarang Nadia tengah berdiri di depan gerbang dengan dua koper dan satu buah tas di tangannya. Baru saja Nadia akan membunyikan bel yang ada di dekat pagar tembok itu.

Wutt

Nadia sudah di kejutkan dengan kehadiran Hugo di sampingnya. Mata Nadia melotot terkejut, saat dia melihat ke arah pintu gerbang. Pintu gerbang itu sama sekali belum terbuka. Lalu bagaimana mahkluk besar berdarah dingin itu bisa ada di depannya.

"Masuk!" ucap Hugo singkat.

Pengawal David Hughes yang satu itu memang sangat irit sekali kalau bicara.

Nadia bahkan bingung, ketika pintu gerbang di buka. Dia baru akan mengambil kopernya yang tadinya ada di sampingnya. Tapi mendadak tangannya menyentuh udara kosong.

"Loh, mana koperku?" tanya Nadia bingung.

"Masuk, kopermu sudah ada di kamarmu!" seru Hugo yang tiba-tiba ada di belakangnya.

Padahal tadi saat pertama Hugo menyuruh Nadia masuk, makhluk besar berdarah dingin itu ada di dekat pintu gerbang di sebelahnya.

Pintu gerbang yang tadinya terbuka, kini mulai kembali tertutup. Nadia pun bergegas masuk ke dalamnya. Kemudian dia berjalan mengikuti langkah lebar Hugo menuju ke mansion besar itu.

Pintu besar itu terbuka, menunjukkan semua yang ada di dalamnya. Begitu mewah, benar-benar sangat luas dan semua furniture nya benar-benar antik. Banyak sekali cermin, dan juga beberapa lukisan kuno beberapa tokoh bangsawan Eropa dan sebagainya.

"Kamar mu di lantai dua, pintu ketiga sebelah kanan tangga. Jangan pernah keluar dari kamar, kalau tidak di perintah jangan keluar!" kata Hugo yang langsung menghilang secepat kilat dari sana.

Nadia pun melihat ke sekeliling ruangan, benar-benar sangat megah. Nadia begitu kagum dengan arsitektur dan pilihan furniture yang ada di rumah David Hughes ini. Sangat elegan, sangat berkelas.

Hanya satu kata untuk menggambarkan kekaguman Nadia pada rumah besar David Hughes itu.

"Wow!"

Setelah puas mengagumi rumah itu, Nadia pun menaiki satu persatu anak tangga hingga ke lantai dua. Tapi saat melihat lukisan yang berada tepat di depan anak tangga. Nadia merasa merinding, karena sepintas pandang tadi. Dia merasa tangan dan mata lukisan itu bergerak. Karena takut, Nadia pun lantas berlari masuk ke dalam kamarnya. Di pintu ketiga dari anak tangga, dan kebetulan pintu itu tengah terbuka.

Ceklek

Nadia langsung menutup pintu kamarnya.

"Haih, ini benar-benar seperti tinggal di rumah hantu saat karnaval tahunan. Mengerikan!" gumam Nadia gemetaran.

Beberapa saat kemudian, terdengar suara ketukan di pintu kamar Nadia.

"Keluar! tuan ingin bertemu!" kata seseorang di luar yang diyakini Nadia adalah Hugo.

Nadia dengan cepat bergegas membuka pintu, dia tidak mau membuat David Hughes marah. Dia masih ingat bagaimana bosnya itu menghisap darah wanita di kantornya saat itu. Membayangkan nya saja, Nadia sangat ketakutan.

Begitu sampai di depan David Hughes yang sedang duduk di sofa ruang tengah. Nadia benar-benar gemetaran.

"Kenapa gemetaran? belum makan?" tanya David Hughes.

"Be.. belum tuan! eh...!" Nadia spontan saja mengatakan hal itu.

"Kalau begitu makan, di sana ada dapur. Masak saja sesukamu, dan bersihkan lagi. Tidak ada asisten rumah tangga di sini, kerjakan semua pekerjaan dengan baik. Mengerti!" seru David Hughes.

Nadia langsung mengangguk paham. Sejak saat itu, Nadia mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik. Dia tidak mau membuat kesalahan, Lagipula pekerjaannya cukup ringan. Entah kenapa tidak ada debu atau kotoran yang masuk ke dalam rumah, hingga pekerjaan Nadia menjadi sangat ringan. Sebatas mengurus keperluannya sendiri.

Kalau David pergi ke kantor Nadia juga ke kantor. Tapi kalau David Hughes hanya di rumah. Nadia pun juga harus di rumah saja. Hingga suatu ketika, David mengajak Nadia pergi ke Perusahaan lain untuk mendapatkan sebuah tender penting. David pun membawa serta Nadia.

Di sebuah ruangan, terlihat sangat biasa. Namun tanpa orang-orang di dalam ruangan itu sadari sebenarnya ada dua klan vampir yang bergabung dan membaur dengan mereka.

David duduk di salah satu sisi meja panjang dan besar itu. Di belakangnya Louis dan Nadia.

Namun dari seberang meja, ada satu pria yang sejak tadi memperhatikan Nadia tanpa berkedip.

"Siapa dia Ponco?" tanya pria tersebut.

"Namanya Nadia tuan Abigail, asisten pribadi tuan David. Sudah satu minggu dia bekerja dengan tuan David!" jelas Ponco. Asisten pribadi pria tersebut.

"Sudah satu minggu, tapi aku lihat dia bahkan masih terlihat sangat segar. Dan aroma David sama sekali tidak ada di tubuhnya. Menarik sekali!" gumam pria bernama Abigail Clayton itu tanpa melepaskan pandangannya dari Nadia.

***

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Elok

Elok

Setidaknya sambutannya baik sih

2023-02-21

2

Elok

Elok

Iya kali David asal hisap darah orang. Mau minum darah kan milih-milih juga kali

2023-02-21

2

Renzy Olivia

Renzy Olivia

Haduh, gak bisa deh bayangin hidup di antara para vampir hais darah hih

2023-02-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!