Dinda bergegas lari dari ranjang Zain dan kemudian memeluk Ayahnya dengan mengurai air mata.
"Ayah... Dinda tidak melakukan perbuatan itu Ayah.Yang Ayah lihat tidak seperti apa yang ayah pikirkan.Dinda tau larangan dalam beragama itu dosa.Tolong ayah percaya sama Dinda."
Pak Ali hanya terdiam tanpa memberikan respon kepada putrinya itu yang sedang membela diri.
Tak sampai disitu,Dindapun sampai bersimpuh dihadapan ayahnya agar ayahnya percaya dengan dirinya.
Melihat putrinya yang menangis sembari bersimpuh membuat hati pak Ali menjadi terenyuh.
Kedua tangan pak Ali menarik bahu Dinda putrinya agar tidak terus menerus bersimpuh dibawah kakinya.
"Jangan menangis ya nak,ayah tau Dinda seperti apa orangnya.Tapi saat ini ayah hanya bisa percaya dengan apa yang ayah lihat."
deg....
Jantung Dinda berasa disambar petir.Kucuran air mata yang terus-terusan membasahi pipinya.
Ayah,adalah orang yang selalu menjadi pelindung pengasih dan tempat curhatnya diapun kini telah mematahkan hatinya.
"Nak,bukan kami tidak mempercayai mu nak.Tapi lihatlah kenyataan dan faktanya.Selepas kamu berbuat maupun tidak berbuat tapi dimata yang melihatnya itu adalah dosa nak."Ucap ibu Ali yang merengkuh tubuh putrinya itu.
"Hiks... Hiks... Hiks.."
Hanya tangis yang bisa dilakukan gadis belia yang berusia 20 tahun.Beribu macam cara sudah dilakukan untuk membela dirinya kini hanyalah sia-sia.
Zain Abigail Abraham hanya duduk di kursi sofa dengan masih bertelanjang dada.Dia hanya bisa terdiam menunduk dengan raut muka yang biasa saja.
"Dan kamu Zain... "Kata Opa sambil menunjuk cucu kesayangannya itu.
Zain pun tampak menoleh ke arah Opanya.
"Opa ingin kamu menikah dengan Dinda."Kata Opa.
"Opa!"Pekik Zain berdiri dari sofa.
"Maksud Opa apa?"
"Zain Abigail Abraham!Opa minta kamu bertanggung jawab!Paham kamu."
"Tapi Opa,"Kilah Zain lagi.
"Cuku Zain!"Bentak Opa.
"Apa kamu ingin melihat Opa mu ini mati berdiri didepan matamu Zain?"
Kata-kata Opa sangatlah mencekik Zain.Sehingga membuat lelaki 25 tahun itu mati kutu ditempat.
Opa adalah segala-segalanya bagi Zain.Itulah sebab mengapa Zain terdiam mati kutu ditempat.
Zain dengan langkah cepatnya menghampiri Dinda yang masih menangis dipelukan ibu nya.Dengan kasar Zain menarik tangan gadis itu dan memutar tubuhnya yang menangis memeluk ibunya.
"Astagfirullah..."Ucap Dinda dan ibunya secara bersamaan.
"Heh,kenapa kamu diam.Kenapa kamu tidak memberitahu kepada mereka?Kita tidak berbuat apa-apa paham!"Tatap Zain kepada Dinda dengan tatapan kebencian.
Dinda hanya terdiam dengan mata yang berkaca-kaca tentang apa yang sudah diucapkan oleh Zain,tuan mudanya.
"Oh,aku tau atau jangan-jangan ini akal bulus kamu untuk mendapatkan harta?"Tambah Zain lagi.
"Zain!"Teriak Opa sembari memegangi Dadanya yang sesak.
"Kamu sungguh keterlaluan Zain.Mulut kamu dari tadi Opa perhatikan seperti orang yang tidak memiliki etika.Opa tidak pernah mengajarkan kamu untuk menghina orang Zain."Tambah Opa dengan penuh amarah.
Sementara Dinda hanya terdiam menangis dan membiarkan Zain dengan seenak hati menghinanya.
Lebih baik dia diam karena itu adalah solusi terbaik.Percuma juga dia membela diri toh tidak akan menemukan hasil.
Dia hanya bisa membatin seandainya tadi dia tidak mengetuk pintu tuannya itu,masalah ini tidak akan pernah terjadi.
Qodarrulloh..
Dada Opa semakin sesak.Dia semakin kesulitan untuk bernafas.Zain segera membawa Opanya dibantu dengan pak Ali membawanya kerumah sakit.
Jarak rumah sakit dengan komplek perumahan elite Opa tidak lah jauh.Cukup butuh waktu 15 menit Opa sudah sampai dirumah sakit.
Zain bergegas turun dari mobil mendatangi suster yang kebetulan tak sengaja lewat.
"Sus... Sus... Tolong Opa saya sus darurat,"Ucap Zain yang tergesa-gesa.
Suster itu pun memahami maksud dan tujuan Zain.Lalu suster bergegas menarik brankar yang tidak jauh dari ruangan IGD.
"Mari pak.. "Ucap Suster dan berjalan ke arah mobil nya.
Zain segera membopong Opa bersama dibantu dengan pak Ali ke atas brankar.
Sementara Opa keadaannya masih sesak tangannya sembari memegangi dadanya.
"Zain,O-opa ma-u pu-lang..."Ucap Opa terbata.
"Enggak Opa harus dirawat dirumah sakit.Zain enggak mau opa sakit."Ucap Zain sembari mendorong brankar menuju ruang IGD.
"Stop.. Stop.. Sus,"Ucap Opa kepada 2 orang petugas perawat yang mendorong brankar Opa Leo.
Ucapan Opa mengagetkan Zain,pak Ali dan asisten Ferdi yang turut mendampingi Opa Leo.
"Berjanjilah Zain kepada Opa kamu mau menikah dengan Dinda."Ucap Opa sembari matanya yang berkaca-kaca.
"Opa... "Jawab Zain lirih.
Belum sempat Zain menjawabnya,dada Opa mulai sesak lagi.
"Tuan mohon maaf,Tuan Leo harus segera diberi tindakan."Saran salah satu perawat itu.
"Enggak ma-u sus.."Tolak Opa.
"Its okay.. Its okay.. Opa,Zain akan menikahi Dinda.Tapi Opa harus segera dirawat paham."
Keputusan itu akhirnya diambil oleh Zain walau dengan berat hati.Enggak ada tawar menawar lagi apalagi ini adalah urusan nyawa.
Mendengar ucapan dari sang cucu,akhirnya Opa bisa mengulas senyum atas kemenangannya melawan keangkuhan hati sang cucu.
Semua orang yang berada dirumah sakit nampak melihati Zain yang berjalan sambil mendorong brankar.
Akhirnya Opa Leo sudah sampai diruangan IGD.Dan semuanya diminta untuk menunggu diluar ruang tunggu.
"****!!Kenapa sih orang-orang itu melihatku kayak orang gila."Umpat Zain sembari meninju dinding dengan kesal.
"M-maaf tuan.Tuan bertelanjang dada itulah sebabnya orang-orang sibuk melihat tuan seperti itu."Ucap asisten Ferdi yang diikuti dengan menahan tawanya bersama pak Ali.
Zain pun mencoba menunduk memperhatikan tubuh atletisnya.Dan benar yang diucapkan oleh asisten Ferdi kalau dia dalam keadaan bertelanjang dada.
"CK!Sial,kenapa kamu diam saja asisten Ferdi!"Umpatnya ke asisten Ferdi.
"Maaf tuan!"Jawabnya sembari menunduk.
"Ayah... "Teriak Dinda dari arah lorong ruang IGD.
"CK,dia lagi dia lagi."Gerutu Zain sembari memutar bola matanys yang malas dan mengacak pinggang.
Dinda melangkah kan kaki menghampiri ayahnya yang berdiri disamping asisten Ferdi.
"Bagaimana keadaan Opa ayah?"Tanya Dinda yang turut khawatir.
"Masih diperiksa dokter nak,"Jawab pak Ali.
"Semoga Opa le..."
Belum sempat Dinda melanjutkan ucapannya,tangannya sudah ditarik oleh Zain dan membuat pak Ali terkejut atas sikap Zain dan menggelengkan kepalanya.
Zain menarik kuat-kuat lengan Dinda membawanya ke lorong rumah sakit yang sepi.Lalu Zain mengibaskan dengan kasar tangan Dinda.
"Auhhh..."Ucap Dinda sembari memegangi lengannya.
"Kamu adalah sumber dari segala sumber masalah."Tunjuk Zain ke Indah dengan tatapan tajam yang menghunus.
"Ahhkk.. Pembawa sial,"Umpat Zain sembari meninju angin.
Dinda yang dicaci maki habis-habisan oleh Zain hanya terdiam sembari menatap laki-laki yang menatap tajam padanya.Dia bahkan sangat tenang dan tidak mudah tersulut emosi meski dengan berkali-kali Zain memberikan umpatan pedasnya.
Dengan sendirinya Zain berhenti mencaci maki Dinda.
"Sudah selesai Tuan?"Tanya Dinda dan Zain mulai menaikan salah satu alisnya.
"Ka..."
"Ini saya membawakan baju untuk Tuan.Tolong dipakai."Potong Dinda sembari memberikan kaos Zain tepat didada atletis itu dan ditekan oleh Dinda.
Dinda pun meninggalkan Zain yang masih terdiam kikuk dilorong rumah sakit yang sepi itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Utayiresna🌷
aku kesel sama kamu Zain😫
2024-02-13
1